Ahem sudah membawa Enggar ke hotelnya. Enggar adalah teman sepermainan Ahem waktu kecil, dia sudah seperti saudara laki-laki. "Istirahatlah dulu di kamarmu! Nanti malam kita ke rumahku, kita makan malam di rumah." Ujar Ahem. "Iya, aku juga lama nggak ketemu Intan. Aku ikut sedih dengan apa yang menimpa istrimu, Ahem. Kamu jangan khawatir, kamu bisa angkat anak yatim piatu, Ahem. Tidak harus melahirkan sendiri untuk mendapatkan anak." Ujar Enggar menghibur. "Iya kawan, aku optimis." Katanya sambil menepuk pundak Enggar. "Sudah, istirahatlah dulu, aku meneruskan pekerjaanku sebentar!" lanjutnya, kemudian meninggalkan Enggar di kamar hotel. Ahem ingin segera masuk ke kantornya, agar bisa menatap wajah Ishita dari jauh. Dia ingin menyaksikan sendiri bahwa Ishita benar-benar baik-baik saja. Semakin lama menatapnya semakin dia jatuh cinta.&nbs
Baca selengkapnya