Semua Bab Istri Simpanan Sang CEO: Bab 11 - Bab 20

87 Bab

11. Menjelang Malam Terakhir

    Akhirnya Ahem mengangkat telepon dari Intan. Dia bisa menahan perasaannya untuk suatu tujuan yaitu memiliki anak.     "Halo sayang?" sapa Intan.     'Kenapa sih ponsel kamu tidak aktif sejak kemarin malam?" hardik Ahem.     "Sayang, ponsel aku ketinggalan di butik saat aku membeli baju. Dan aku baru saja mengambilnya pagi ini. Kamu pasti gelisah ya? Aku yakin kamu pasti merindukan aku, meskipun ada wanita lain disishmu, iya kan?" tanya Intan menggoda.     "Kamu sudah mengenalku luar dalam, Intan? Sehingga apa yang aku rasakan kamu  pun mengetahuinya. Kapan kamu pulang?" tanya Ahem datar.     "Besuk Ahem. Bukankah malam ini adalah malam terakhir buat kamu dan Ishita?" tanya Intan seolah mengingatkan.     "Iya aku ingat, Intan." Kata Ahem sedih.     "Kenapa kamu bersedih? Tidak rela ini menjadi malam terakhir? Udah waktunya ganti aku sayang?
Baca selengkapnya

12. Malam Kelima Adalah Malam Terakhir

    Ahem mulai ditutup matanya dan duduk di bibir ranjang. Hamid mengetuk pintu dan mengajak Ishita masuk. Dia membawa Ishita duduk disamping Ahem.     "Bos, saya pergi dulu!" pamit Hamid, kemudian menutup pintu.      "Ishita?" sapa Ahem lirih serupa mendesah. Sambil tanganya maraba mencari tangan Ishita. Dan Ishita pun menyambutnya. Setelah tangan mereka bertemu, Ahem pun menarik tubuh Ishita untuk dipeluknya. Akhirnya mereka saling berpelukan. Malam ini Ahem sudah berencana untuk banyak berbagi hati.     "Gimana kalau penutup mata ini kita buka saja, Ishita! Kita akhiri permainan gila ini, Ishita!" usul Ahem.     "Tidak Kak! Jangan!" sahut Ishita. "Biarkan permainan ini sampai usai. Bila bulan ini aku belum hamil, kita masih akan bertemu lagi. Baru kita buka penutup matanya." Usul Ishita.     "Tapi aku ingin sekali melihat wajahmu, Ishita!" pekik Ahem.     "Sa
Baca selengkapnya

13. Kesan Malam Kelima

     Ahem kembali meraih Ishita dan mendekap erat tubuhnya.     "Aku ingin sekali melihat wajahmu, Ishita! Aku takut kita ketemu di jalan aku tidak bisa mengenalimu." Bisik Ahem ditelinga Ishita.     "Aku belum siap, Kak!" jawab Ishita lembut. "Sementara ini aku lebih nyaman seperti ini." Lanjutnya.     "Baiklah, aku tidak memaksamu. Tapi yang satu ini aku harus memaksamu." Kata Ahem sambil mengangkat dan menggendong tubuh Ishita dan membawanya masuk kamar mandi. Perlahan kaki melangkah karena dia harus hati-hati agar tidak terbentur dinding ataupun pintu.      "Apa yang kau lakukan Kak? Kakak  ini matanya masih tetap tertutup kan?" tanya Ishita ragu.     "Ya iyalah sayang, kau ragu kenapa aku bisa berjalan dengan mata tertutup? Ini rumah aku, tanpa melihat aku hafal." Kata Ahem sambil menurunkan Ishita dibawah shower dan segera membuka krannya.     "A
Baca selengkapnya

14. Intan Pulang Dari Singapura

     Ishita sampai rumah, langsung tidur tanpa mengecek hadiah dari Ahem. Badannya terlalu capek dan mengantuk.      Paginya, seperti biasa dia bangun pagi sekali, setelah sholat subuh dia tidak pergi memasak. Melainkan membongkar hadiah dari Ahem. Dia mulai membongkar kotak perhiasan. Ada gelang dan giwang cantik. Sambil tersenyum Ishita memandangi gelang dan giwang cantik itu. Dia sadar bahwa Ahem sedang memanjakan dirinya. Dirabanya kalung yang sudah dikenakan Ahem, juga cincin berlian yang disematkan semalam. Dia merasa bahagia, bukan karena perhiasannya, tapi kehangatan cinta yang dirasakan semalam masih membekas. Satu persatu paperbag dibukanya, dia membuka gaun-gaun indah dan berkelas yang dibelikan Ahem untuknya.     "Aku semakin mencintaimu, Kak Ahem. Kamu memperlakukan aku seperti Cinderella, Kak." Batinnya.     Pagi ini, dia malas untuk pergi ke dapur. Badannya terlalu capek dan mengantuk, tapi dia
Baca selengkapnya

15. Menguak Luka Lama

    Dengan bengisnya Ishita marah saat semua kenangan masa lalu itu datang hanya dengan melihat mobil itu.    "Kamu memutuskan kontrak dengan tiba-tiba, membuat perusahaan ayahku jatuh bangkrut. Ibuku yang hipertensi, karena terkejut, membuatnya pecah pembuluh darah otak, akhirnya meninggal. Kamu pembunuh ibuku! Sampai sekarang ayahku sakit-sakitan, aku tidak bisa kuliah. Kamu lelaki brengsek itu yang menghancurkan kebahagiaan keluargaku!" tangisnya makin histeris.    "Dasar gila, kamu siapa? Aku tidak mengenalmu?" bantah Ahem heran.    "Aku anaknya Herlambang, dan  perusahaan ayahku Berlian group! Saking banyaknya orang yang kamu sakiti sehingga kamu tidak bisa mengingatnya, iya kan?" Umpatnya semakin berapi-api.    "Herlambang? Berlian group?" Ahem masih berusaha mengingat-ingat.    "Kembalikan nyawa ibuku! Kembalikan kebahagiaanku! Kamu merenggut semuanya dariku. Harusnya buka
Baca selengkapnya

16. Ishita Positif Hamil

     Pagi ini Ahem sengaja berangkat awal, dia ingin tahu siapa gadis itu sebenarnya.  Ahem marah kenapa dia harus mencemarkan nama baiknya hanya untuk lepas dari tanggungjawab ganti rugi perbaikan mobil.     Seperti biasa pada jam yang sama Ishita memang lewat perempatan jalan traffic light, Ahem sedang menunggunya. Kali ini wajah Ishita tidak secerah biasanya. Dia nampak murung dan bersedih.      Tanpa di sadarinya, mobil Ahem mengikutinya. Lumayan kesulitan mengikutinya, karena sepeda jelas jalanya lambat, tak sebanding dengan mobil.      Seperti biasa, di gang kecil itu Ishita masuk. Dan Ahem tidak bisa lagi mengikutinya karena mobil tidak bisa masuk. "Haruskah aku jalan kaki mengikutinya kemana dia pergi?" kata Ahem dalam hati.     Mobil Ahem berhenti tepat di depan gang masuk. Akhirnya dia mencoba berjalan kaki masuk ke gang kecil itu. Ada empat rumah disitu, di sebelah kiri j
Baca selengkapnya

17. Ahem Semakin Viral

     Intan dan Hamid mengantar pulang ke tempat kost Ishita. Karena Ishita harus banyak istirahat. Dia tidak boleh lagi naik sepeda pergi ke tempat kerja. Ada taksi yang dibayar Intan setiap bulan khusus untuk antar jemput Ishita.     Ishita ingat bahwa Ahem akan menunggunya di Lombok Ijo Resto. Tapi dia tidak mau sering ijin keluar kantor. Sehingga dia pilih datang agak terlambat. Dengan naik taksi dia menuju tempat yang di janjikan Ahem.     Di halaman parkiran penuh mobil maupun motor. Betapa terkejutnya Ishita kembali mendapati mobil putih itu. Mobil pembawa petaka itu ternyata ada disini juga. Dengan luapan emosinya dia masuk dan mengedarkan pandangannya.      Dia melihat lelaki dengan setelan jas biru berkelas, sedang duduk sendiri. Tangannya memainkan gelas yang ada didepannya. Seolah dia menunggu seseorang dengan gelisah.      Dengan geram Ishita merebut gelas itu dan menyiramkan
Baca selengkapnya

18. Janji Intan Telah Dipenuhi

     Malam hari Ahem masih berkutik di ruang kerjanya. Itu cara dia untuk menjauhi Intan agar dia tidak menyentuhnya dan mengajak bercinta. Benar-benar membayangkan saja tidak bisa apalagi melakukannya. Bayang-bayang video syur Intan tidak bisa terhapus barang sekejap pun.     "Ahem, lihat udah hampir jam satu, ayolah kita tidur dulu, besuk dilanjut kan?" ajak Intan yang tiba-tiba muncul di dalam ruang kerjanya.     "Tidak bisa sayang, besuk untuk bahan presentasi. Kamu tidur aja duluan ya? Oh ya sayang, uang yang kamu janjikan kepada Ishita, sudah kamu berikan belum?" tanya Ahem menahan perasaannya karena menyebut namanya. Hanya dengan menyebut namanya saja, ada getar-getar perasaan aneh.     "Ahem, kayaknya kamu mulai peduli padanya ya?" tanya Intan.     "Tidak begitu Intan, dia sudah memenuhi janjinya memberikan kita anak. Kenapa kita belum memenuhi janji kita?" jawab Ahem.    
Baca selengkapnya

19. Rencana Penyekapan

     Secara diam-diam Ahem menghubungi Hamid untuk meminta nomer ponsel Ishita. Tapi ponsel Hamid sedang di cas di gardu satpam. Sedang dia mengantar Intan berbelanja.     Hari mulai larut malam dan Ahem tidak ingin pulang. Dia tidak mau ketemu Intan yang mulai mendesak mengajak bercinta. Berkali-kali Intan menghubungi Ahem tapi tidak juga diangkat.       "Apakah dia lagi bersama Ishita?" pikir Intan dalam hati. "Tapi tidak mungkin, kan dia tidak punya nomer ponselnya?" bantahnya selanjutnya.     Dia menghubungi hotelnya, sejak pukul 16.00, dia sudah pulang. Intan mulai gelisah, ada yang berubah pada Ahem. Apa penyebabnya?     Pukul 02.00, ada pihak bar menghubungi Hamid sebagai orang yang terakhir dihubungi Ahem. Karena Ahem dalam keadaan mabuk maka pihak Bar menghubungi  Hamid untuk membawanya pulang. Hamid pun mencari taksi dan memerintahkan sopir taksi untuk meluncur kencang.&nb
Baca selengkapnya

20. Ishita Disekap

     Sore itu Afandy diberi tugas oleh Wahyu menemui tamu dari Korea Selatan. Kesempatan Wahyu lewat Afandy memberi tugas  kepada Ishita, agar tetap tinggal sambil menunggu tempat kerja sepi dan aman. Dan setelah keadaan aman Jono membekap Ishita dengan sapu tangan yang dioles cairan bius. Wahyu dan Jono membopong tubuh Ishita dan memasukkannya ke dalam mobil yang sudah diparkir dekat dengan ruang kerja Ishita. Perjalanan sangat jauh, apalagi hari mulai gelap.     "Bos, satu jam lagi saya sampai." Kata Wahyu dalam teleponnya.     "Ya sudah sekarang saya meluncur kesana." Jawab Ahem kemudian menutup teleponnya.     Di bangku belakang nampak tubuh Ishita yang lunglai tak sadarkan diri. Wahyu duduk dibangku depan, menemani Jono mengendalikan setir.     "Apa yang direncanakan bos Ahem sih? Kalau hanya minta dia klarifikasi ke media, kenapa harus diperlakukan seperti ini? Mending dikasih aja uang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status