Home / Romansa / Istri Simpanan Sang CEO / 17. Ahem Semakin Viral

Share

17. Ahem Semakin Viral

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

     Intan dan Hamid mengantar pulang ke tempat kost Ishita. Karena Ishita harus banyak istirahat. Dia tidak boleh lagi naik sepeda pergi ke tempat kerja. Ada taksi yang dibayar Intan setiap bulan khusus untuk antar jemput Ishita.

    Ishita ingat bahwa Ahem akan menunggunya di Lombok Ijo Resto. Tapi dia tidak mau sering ijin keluar kantor. Sehingga dia pilih datang agak terlambat. Dengan naik taksi dia menuju tempat yang di janjikan Ahem.

    Di halaman parkiran penuh mobil maupun motor. Betapa terkejutnya Ishita kembali mendapati mobil putih itu. Mobil pembawa petaka itu ternyata ada disini juga. Dengan luapan emosinya dia masuk dan mengedarkan pandangannya. 

    Dia melihat lelaki dengan setelan jas biru berkelas, sedang duduk sendiri. Tangannya memainkan gelas yang ada didepannya. Seolah dia menunggu seseorang dengan gelisah.

     Dengan geram Ishita merebut gelas itu dan menyiramkan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Simpanan Sang CEO   18. Janji Intan Telah Dipenuhi

    Malam hari Ahem masih berkutik di ruang kerjanya. Itu cara dia untuk menjauhi Intan agar dia tidak menyentuhnya dan mengajak bercinta. Benar-benar membayangkan saja tidak bisa apalagi melakukannya. Bayang-bayang video syur Intan tidak bisa terhapus barang sekejap pun. "Ahem, lihat udah hampir jam satu, ayolah kita tidur dulu, besuk dilanjut kan?" ajak Intan yang tiba-tiba muncul di dalam ruang kerjanya. "Tidak bisa sayang, besuk untuk bahan presentasi. Kamu tidur aja duluan ya? Oh ya sayang, uang yang kamu janjikan kepada Ishita, sudah kamu berikan belum?" tanya Ahem menahan perasaannya karena menyebut namanya. Hanya dengan menyebut namanya saja, ada getar-getar perasaan aneh. "Ahem, kayaknya kamu mulai peduli padanya ya?" tanya Intan. "Tidak begitu Intan, dia sudah memenuhi janjinya memberikan kita anak. Kenapa kita belum memenuhi janji kita?" jawab Ahem.  

  • Istri Simpanan Sang CEO   19. Rencana Penyekapan

    Secara diam-diam Ahem menghubungi Hamid untuk meminta nomer ponsel Ishita. Tapi ponsel Hamid sedang di cas di gardu satpam. Sedang dia mengantar Intan berbelanja. Hari mulai larut malam dan Ahem tidak ingin pulang. Dia tidak mau ketemu Intan yang mulai mendesak mengajak bercinta. Berkali-kali Intan menghubungi Ahem tapi tidak juga diangkat. "Apakah dia lagi bersama Ishita?" pikir Intan dalam hati. "Tapi tidak mungkin, kan dia tidak punya nomer ponselnya?" bantahnya selanjutnya. Dia menghubungi hotelnya, sejak pukul 16.00, dia sudah pulang. Intan mulai gelisah, ada yang berubah pada Ahem. Apa penyebabnya? Pukul 02.00, ada pihak bar menghubungi Hamid sebagai orang yang terakhir dihubungi Ahem. Karena Ahem dalam keadaan mabuk maka pihak Bar menghubungi Hamid untuk membawanya pulang. Hamid pun mencari taksi dan memerintahkan sopir taksi untuk meluncur kencang.&nb

  • Istri Simpanan Sang CEO   20. Ishita Disekap

    Sore itu Afandy diberi tugas oleh Wahyu menemui tamu dari Korea Selatan. Kesempatan Wahyu lewat Afandy memberi tugas kepada Ishita, agar tetap tinggal sambil menunggu tempat kerja sepi dan aman. Dan setelah keadaan aman Jono membekap Ishita dengan sapu tangan yang dioles cairan bius. Wahyu dan Jono membopong tubuh Ishita dan memasukkannya ke dalam mobil yang sudah diparkir dekat dengan ruang kerja Ishita. Perjalanan sangat jauh, apalagi hari mulai gelap. "Bos, satu jam lagi saya sampai." Kata Wahyu dalam teleponnya. "Ya sudah sekarang saya meluncur kesana." Jawab Ahem kemudian menutup teleponnya. Di bangku belakang nampak tubuh Ishita yang lunglai tak sadarkan diri. Wahyu duduk dibangku depan, menemani Jono mengendalikan setir. "Apa yang direncanakan bos Ahem sih? Kalau hanya minta dia klarifikasi ke media, kenapa harus diperlakukan seperti ini? Mending dikasih aja uang

  • Istri Simpanan Sang CEO   21. Pertemuan Ahem Dengan Istrinya

    Cahaya lampu mobil Ahem dengan jelas menerangi betis dan paha Ishita yang sedang mengalir darah segar. "Apakah dia sedang hamil? Kenapa dia minta dibawa ke rumah sakit dan minta menyelamatkan anaknya? Dan ini pendarahan, apa yang terjadi?" gumam Ahem tak percaya. "Dia melompat dari lantai atas Bos!" sahut Wahyu. "Sungguh gadis gila." "Bahkan dia berlari tanpa alas kaki, kakinya penuh luka Bos." Sahut Wahyu lagi. "Kenapa kalian bengong? Cepat bantu aku masukkan dia ke mobil!" bentak Ahem kepada Wahyu dan Jono. Bergegas Ahem membopong tubuh mungil Ishita dan Wahyu membukakan pintu mobil. Dibaringkannya tubuh Ishita di bangku belakang. "Wahyu kamu bawa mobilmu, dan ikuti kami dari belakang." Perintah Ahem kepada Wahyu. Ahem memilih duduk dibangku belakang dan kepala gadis malang itu ditidur

  • Istri Simpanan Sang CEO   22. Mereka Saling Berbicara

    Ahem tertidur di bibir tempat tidur Ishita dengan wajahnya tertelungkup dan duduk disamping ranjang. "Dimana aku? Bagaimana dengan bayiku?" pekiknya begitu tersadar dan membuka matanya. Rintihan Ishita membangunkan Ahem, sontak dia mengangkat kepalanya dan bangun. "Kamu sudah sadar?" tanya Ahem sambil tersenyum bahagia. "Bagaimana dengan bayiku?"tanyanya memekik. "Tenanglah bayi kita, eh maaf bayi kamu sehat semua." Ujarnya hampir keceplosan. "Maksutnya semua, apa?" tanya Ishita penasaran. "Pasti kamu belum tahu kan kalau bayi kamu kembar tiga?" "Hah? Apa, kembar tiga?" tanya Ishita sesaat terperangah tak percaya. "Makanya kamu harus banyak istirahat, tidak boleh capek." Saran Ahem. "Kenapa kamu peduli? Bukankah kamu menyekapku karena

  • Istri Simpanan Sang CEO   23. Teman Tapi Mesra

    Ahem keluar setelah Ishita menutup sambungan teleponnya. Dia melihat Ishita sedang melamun setelah menerima telepon dari Intan. Seolah ada beban pikiran yang berat. "Ishita, ada apa?" tanya Ahem begitu keluar dari persembunyiannya. 'Tidak ada apa-apa, Pak Raden." "Ishita, kamu bilang kita sahabat kan? Bagaimana kamu tidak mau berbagi masalahmu, terus apa gunanya kita bersahabat?" gumam Ahem mendesak. "Aku malu, Pak Raden. Kehidupanku begitu rumit tak pantas diceritakan. Aku takut kamu akan menertawakannya bahkan mengejakku." Ujar Ishita ragu. "Ya tidak mungkinlah, Ishita. Kita hadapi bersama-sama suka maupun duka, bercerita lah aku siap mendengarkannya!" pinta Ahem. "Pak Raden, besuk aku dijemput oleh sopir suamiku." Kata Ishita bersedih. "Ya baguslah, kenapa kamu bersedih? Kan sebentar lagi bertemu dengan suami

  • Istri Simpanan Sang CEO   24. Afandy Menyatakan Perasaannya Lagi

    Setelah mengetahui Ishita bekerja di hotelnya, Ahem dari jauh menjaganya. "Pasti Intan juga tahu kalau Ishita sebenarnya bekerja di hotelku. Pasti dia bermaksut menyembunyikannya." Pikir Ahem dalam hati. "Dengan keadaannya yang lagi mengandung kembar tiga, dia tidak boleh terlalu capek disana. Aku harus memindahkan dia kerja di dalam, agar aku lebih mudah mengawasinya." Lanjutnya. "Afandy, kemarilah!" panggil Ahem lewat kabel telepon. "Baik Pak Bos." Jawab Afandy tegas. Sepuluh menit kemudian, Afandy sampai di hadapan Ahem. "Selamat siang Pak Bos?" sapa Afandy lelaki muda dan tampan. "Duduklah!" perintah Ahem. 'Terima kasih Bos!" "Afandy, ada anak buahmu yang bernama Ishita kan?" tanya Ahem tanpa basa basi. "Benar Pak Bos, ada." Jawab Afandy ber

  • Istri Simpanan Sang CEO   25. Sandiwara Ahem

    Pagi sekali seperti biasa, Ahem turun dari mobilnya tepat didepan pintu masuk hotel. Dia hanya mengenakan kemeja putih dengan dasi karena jas dan rompi sedang di mobil, Jono yang akan membawakan ke ruangannya. Ahem berjalan santai di loby sambil menikmati suasana dan udara segar pagi. Tiba-tiba berlari kecil, dan tergesa-gesa Ishita, karena dia berada di tempat kerja yang baru. Dia tidak boleh datang terlambat karena teman-teman barunya akan menghukumnya. Tanpa hati-hati dia bersenggolan dengan Ahem dan membuat tasnya terjatuh dan berhamburan isinya. "Gimana sih kamu, jalan jangan meleng aja dong! Punya mata tuh dipake!" hardik Ahem. Sedang Ishita gugup memberesi isi tas nya yang berserakan. "Maaf Pak, saya tidak sengaja! Saya buru-buru!" katanya sambil bangkit dari jongkoknya. Dan betapa terkejutnya baik Ahem maupun Ishita yang dipertemukan dengan cara seperti itu

Latest chapter

  • Istri Simpanan Sang CEO   87. Akhir Cinta Sejati

    Indrayana dengan menahan geram dan benci menatap Ahem dan Ishita bergantian. "Jangan sakiti dirimu sendiri, Sayang! Hanya demi lelaki tak punya hati dan pelakor murahan seperti dia! Biarkan papa yang melakukannya, anakku!" Indrayana menenangkan Intan. "Tidak Pa, biarkan aku mati bersama anak kesayangannya ini!" ujar Intan masih mencengkeram Saga dan perlahan melangkah mundur. "Berhenti, Mbak! Hati-hati jangan lakukan itu! Bicaralah apa yang harus aku lakukan, katakan!" teriak Ishita tercekam panik. "Apa kamu saja yang melompat dari sini, menggantikan anak kamu?" tawar Intan. "Kamu gila ya! Kenapa tidak kamu saja yang melompat sendiri?" sahut Affan berteriak. "Oh ya kamu masih hidup, Affan? Lantang sekali suara kamu, udah sehat?" tanya Indrayana mengejek. "Malang sekali Intan punya orang tua sebengis kamu, tidak salah kalau Intan menjadi seperti itu, ternyata karena mencontoh orang tuanya," olok Affan. "Biarkan aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   86. Yang Mana Cinta Sejati

    Ahem menatap Affan dengan kebencian yang ditahan. Dia tidak bisa melihat orang yang paling dicintai ada di dekatnya. Tapi Ahem melihat semua mata tertuju padanya, dia merasa harus bisa mengendalikan perasaannya. "Kabarku, baik," jawab Ahem sambil menyambut tangan Affan. "Kamu sendiri kelihatannya sehat-sehat saja," lanjutnya. "Iya beginilah," jawab Affan asal. "Bagaimana keadaanmu, Kak Nazim? Maaf kamu jadi menderita gara-gara keluargaku," kata Ishita lembut. "Jangan begitu, Ishi! Selamat ya, semoga kamu bahagia," ucap Nazim. "Terima kasih, Kak Nazim." Ishita kikuk akan menyapa Ahem, tapi karena dia adalah tamu yang datang belakangan, harusnya dia menyapa semuanya tanpa terkecuali. "Kak Ahem, kok sendirian? Dimana Bella dan Arjun?" tanya Ishita basa-basi tanpa berani menatap wajah Ahem. "Ada di rumah," jawab Ahem datar, juga tanpa melihat wajah Ishita. Kini hubungan mereka tiba-tiba terasa dingin dan asing seper

  • Istri Simpanan Sang CEO   85. Akad Nikah

    Affan masih tertegun menatap Ishita yang kelelahan mengangkat baju pengantin yang panjang. Wajah cantik dan bersinar cerah bagai mutiara, membuat Affan tertegun penuh kekaguman. "Baik, kalau memang kamu menginginkan pernikahan ini dibatalkan. Aku akan menghubungi Wahyu dan kawan-kawannya agar mengatakan ini kepada tamu dan penghulu. Aku tidak mau mereka menunggu lama," hardik Ishita emosi. "Biar Pak Wahyu segera mengabarkan kepada Kak Ahem tentang batalnya pernikahan ini, biar puas dia," ujar Ishita sambil mencet telepon kepada Wahyu. "Iya Nyonya?" jawab Wahyu setelah telepon Ishita diangkat. "Pak Wahyu, tolong ...," "Hentikan Ishi!" sahut Affan berteriak. "Kita menikah, sekarang!" lanjutnya pelan sambil menatap Ishita penuh penyesalan. "Kamu yakin?" tanya Ishita ragu, kemudian menutup telepon dengan Wahyu. Perlahan Affan menghampiri Ishita kemudian mbopongnya menuju mobil. Ishita membiarkan Affan membuktikan kesungguhannya. Dia

  • Istri Simpanan Sang CEO   84. Pernikahan Yang Tertunda

    Asisten pribadi Affan membantu mengurus acara pernikahan Affan dan Ishita. Affan sudah bisa berjalan layaknya orang sehat. Apalagi di balik tubuhnya yang kuat dan kekar siapa menyangka dia punya penyakit yang mengintai nyawanya. "Tuan Affan, semua persiapan pernikahan sudah selesai. "Baiklah, terima kasih, Ali," jawab Affan. "Duduklah, Mas Affan! Kamu jangan sampai capek!" pinta Ishita. "Kamu jangan memperlakukan aku seolah aku sedang sakit, Ishi! keluh Affan. "Iya udah, yang penting kamu harus bahagia, Mas Affan. Kita sebentar lagi menikah?" ujar Ishita. "Tapi kamu sendiri bahagia juga kan?" tanya Affan penasaran. "Ya iyalah, sangat bahagia," sahut Ishita. "Menurut kamu perlukah anak-anak tahu tentang pernikahan kita ini?" tanya Affan. "Kayaknya tidak perlu deh, Mas, kan mereka tahunya papa dan mamanya suami istri. Tahu-tahu baru menikah kan menjadi tanda tanya mereka?" jawab Ishita. "Benar juga s

  • Istri Simpanan Sang CEO   83. Pertemuan Affan dan Ishita di Singapura

    Satpol PP mengirim Nazim ke rumah sakit, Kini dia terbaring tak berdaya dengan luka bakar di tubuhnya. Ishita mengetahui dari berita media sosial maupun berita di televisi. Ditemani Wahyu dan anak buahnya, Ishita menuju rumah sakit. Dia melihat Nazim tergolek tak berdaya. Dari jendela kaca Ishita hanya bisa memandangnya. "Kak Nazim, bagaimana keadaan anak-anakku?" gumam Ishita lirih. "Dimanakah mereka, Kak Nazim?" lanjutnya. Ishita masih terpaku, dia tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia akan menemui masalah seberat ini. Ishita juga sedang memikirkan Affan yang harus menyembunyikan sakitnya karena tidak mau membuatnya bersedih. "Bagaimana keadaanmu, Ishi?" tanya Ahem yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ishita. Ishita terdiam bergeming, dia tidak mau menatap mata Ahem. Dia tidak mau hatinya akan luluh dan melupakan Affan yang sudah banyak mempertaruhkan hidupnya. "Aku baik. Kapan semua ini berakhir, Kak Ahem? Semua ini bermula

  • Istri Simpanan Sang CEO   82. Keluarga Baru

    Tifa berdiri di dekat orang-orang yang nongkrong di pagar lokasi pemakaman Cina. Langkahnya terhenti, dia tidak jadi masuk ke lokasi dimana Nazim berbaring sakit. "Kak mau tanya, apa yang kakak ceritakan itu orang yang sedang sakit di bangunan putih dan hijau itu?" tanya Tifa sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang lumayan bagus. "Iya betul seorang lelaki yang sakit di bangunan itu tadi diciduk Satpol PP,' ujar salah seorang diantaranya. Tifa sambil mengedarkan pandangannya, takut kalau ada poster yang menempel yang mengumumkan sayembara untuk menemukan dirinya. Dengan penasaran Tifa tetap menempuh jalan setapak menghampiri gubug itu. Betapa terkejutnya Tifa, dia mendapati tempat itu sudah kosong. "Om Nazim ...!" tangisnya memanggil. "Dimanakah kamu? Harusnya aku tidak meninggalkan kamu sendirian," lanjutnya. "Kamu mencari siapa, Nak?" tanya seseorang yang sedang membersihkan makam itu. "Saya mencari Om Nazim, dia om saya se

  • Istri Simpanan Sang CEO   81. Sayembara Dari Ahem

    Ahem sudah tidak mau lagi bertemu dengan Intan semenjak Bella mengirimkan rekaman video itu. Ahem bersama Bella tinggal di rumah yang dibeli Ahem untuk Ishita. Beberapa bodyguard mengamankan rumahnya. Hendrakusuma dan Wina ikut tinggal bersama karena mengawasi Bella dan merawat Ahem. Karena kecelakaan itu Ahem terkena gegar otak ringan. Tapi kini sudah berangsur membaik. Kabar mengenai Nazim dan Saga serta Tifa belum juga ada titik terang. Tapi Ahem sedikit lega karena mereka selamat dari rencana pembunuhan Intan dan Indrayana. "Kumpulkan semua bukti kejahatannya untuk menjerat mereka ke jalur hukum, Ahem," usul Hendrakusuma. "Iya Pa, kita bisa mencari celah agar saat dia melakukan kejahatan kita menangkap basah, sehingga dia tidak bisa berkelit dan hukuman yang berat menanti," ujar Ahem bersiasat "Pa, kenapa mama Ishi belum kembali bersama Saga dan Tifa?" tanya Bella sedih. "Sabar ya sayang, mama sama Om Wahyu masih mencari Om Naz

  • Istri Simpanan Sang CEO   80. Lolos Dari Rencana Pembunuhan.

    Ahem membuka video yang dikirim Bella ke ponselnya. Ternyata pembicaraan antara Intan dan Indrayana. "Pa, hidupku dalam bahaya kalau Ishita dan anaknya kembali. Singkirkan mereka secepatnya, Pa! Semua Pa, tanpa ampun, meskipun si bocah cacat yang merepotkan itu juga," pinta Intan dengan geram. "Mereka sudah menemukan persembunyiannya, kamu jangan khawatir, serahkan semuanya kepada papa!" ujar Indrayana. "Apa yang papa rencanakan?" tanya Intan. "Anak buahku membakar rumah yang ditempati mereka. Aku yakin sebentar lagi mereka terpanggang di dalamnya." jawab Indrayana. "Kalau di depan mamamu kamu jangan kelihatan membenci Affan, bagaimanapun dia adalah keponakannya," pesan Indrayana. "Iya Pa, saya mengerti," jawab Intan dengan lirih penuh siasat. "Biarkan Affan mati dengan sendirinya, kanker darah itu dengan sendirinya akan membunuhnya," ujar Indrayana. Sambil tersenyum puas. "Apa? Jadi Affan terkena kanker darah?" Ahem te

  • Istri Simpanan Sang CEO   79. Memory Yang Telah Kembali

    Akhirnya rasa kemanusiaan bisa mengalahkan kekhawatiran akan keselamatan anak-anaknya. Ahem yang terkapar tak berdaya membuat Ishita luluh. "Bagaimanapun dia adalah mantan suamiku, pasti dulu aku pun mencintaimu, kamu ganteng dan kaya,' batin Ishita. "Pak, bantu aku bawa ke rumah sakit ya? Nanti aku bayar tiga kali lipat," pinta Ishita kepada sopir taksi. "Tapi kepalanya banyak darahnya, Mbak, takutnya nanti kena jok mobil susah dibersihkan," kata sopir taksi ragu. "Jangan khawatir kepalanya aku pangku, lagian ada kain untuk bantalan kok," ujar Ishita meyakinkan. "Tapi tolong hati-hati ya, Mbak," pesan sopir taksi. "Jangan khawatir, Pak, aku janji!" jawab Ishita. "Pak, jangan berlebihan deh, bayangkan dia adalah keluargamu!" teriak salah seorang diantara mereka. "Iya Mas, baik aku tolong! Jangan nyumpahi gitu dong! Ayo bantu masukin ke mobil!" pinta sopir taksi kemudian. Begitu Ahem dibawa masuk ke taksi kepalan

DMCA.com Protection Status