Beranda / Urban / EUFORIA / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab EUFORIA: Bab 51 - Bab 60

209 Bab

Merindukan Pisang?

“CUT!”Seruan itu menjadi penghenti sesi syuting hari ini dan aku berhasil mengalahkan sepuluh perempuan nakal bermulut besar.Segera aku bangkit dan mengenakan handuk untuk menutupi senjata kelelakianku, kemudian meninggalkan arena pertempuran gairah kenikmatan itu dengan terhuyung.Kekosongan datang lagi padaku. Mataku telah tidak memiliki cahaya atau sekadar warna lain, kecuali hitam dan putih.“Minum dulu.”Kulihat sebuah tangan menawarkan sebotol mineral dingin. Elaine tersenyum lebar penuh makna. Tentu, kali ini dia akan sangat puas telah berhasil membuatku mengeluarkan semua kemampuan.Kuembuskan napas panjang dan mengambil mineral, menariknya dengan sedikit memberikan tekanan tenaga.“Benar-benar di luar dugaan, Adrian. Saya memang tidak salah memilihmu. Kamu adalah legenda di sini.”Seperti biasa, dia mengucapkan kalimat tanda kepuasan itu dengan seringai licik dan kilatan yang serin
Baca selengkapnya

Mencobanya Mungkin Ide Bagus

Tiba-tiba aku berpindah ke tempat lain. Objek pertama yang kulihat adalah lampu bulat kecil yang bercahaya sangat terang. Tidak lagi gundukan kenikmatan atau wajah Nindya Nirmala.Sejauh yang kuingat, Nindya melepaskan handuk yang menutupi senjata kelelakianku. Namun, sekarang handuk itu sirna entah ke mana dan aku sudah mengenakan pakaian berwarna putih tipis yang terlihat seperti daster.“Hmm, kamu sudah sadar ternyata.”Meskipun penglihatanku masih sayu dan kabur, tetapi kutahu pemilik suara itu adalah Elaine.“Gue kenapa?” tanyaku langsung ke intinya.Ini hal yang membingungkan bagiku. Mana mungkin aku berpindah tempat secara ajaib, lalu melupakan apa yang selanjutnya terjadi setelah Nindya berusaha menyetubuhi diriku.Sebaiknya aku tidak menggunakan kata menyetubuhi, itu mungkin terlalu kasar bagi perempuan sepertinya. Bagaimana kalau kita ganti saja.Nindya berusaha memaksaku melakukan hal panas lagi.
Baca selengkapnya

Si Gadis Mungil dan Si Tinggi

Dengan alasan sakit, untungnya aku bisa ambil cuti dan dapat beristirahat seharian. Nikmat yang bukan sekadar nikmat. Untungnya lagi, senjata kelelakianku bisa beristirahat dengan tenang dan tentram kali ini.Tidak seperti sebelumnya saat aku punya waktu libur, tetapi Elaine selalu saja membuat istirahatku tak nyaman. Entah alasan ingin memperkenalkan artis baru, menghafal skenario, dan lain sebagainya.Kuembuskan napas panjang, lalu menyeruput kopi hangat yang baru saja kubuat. Sepertinya hari ini akan kugunakan untuk bermalas-malasan, menonton film atau membaca buku yang diberikan Kiana padaku.Sayang. Rencana itu gagal setelah aku membuka pintu rumah dan terlihat Silvia berdiri dengan senyuman mengembang.Hanya sedetik, lalu kututup kembali pintu.“Adrian! Kenapa pintunya ditutup lagi?! Buka, dong! Ayo, buka!” teriak perempuan bertubuh tinggi itu sambil menggedor-gedor pintu.Yang benar saja! Ini baru pukul 10.00 pagi dan renc
Baca selengkapnya

Memberi Kehangatan Bibir

Apa-apaan dengan suasana canggung ini? Bahkan dalam sepuluh menit terakhir, baik Silvi maupun Gladis tak memulai pembicaraan apa pun.Untuk ukuran perempuan seperti Silvi yang biasa cerewet dan nakal, dia hanya menatap ke arah Gladis sampai-sampai membuatnya malu untuk lebih leluasa dalam bersikap.Hal yang sepele sebenarnya. Di saat Gladis tak memiliki hubungan istimewa denganku, begitu pun dengan Silvi.Mungkin intuisi perempuan merekalah yang membuat suasana ini terkesan cukup sunyi.“K-kalian mau minum sesuatu?” tanyaku akhirnya memutuskan agar memecah keheningan.Tak satu pun dari mereka menjawab tawaran itu. Aku benar-benar tidak pintar mengubah reaksi orang-orang.“Kalau gitu, gue buatkan sesuatu dulu di dapur.”Ketika akan melangkah ke dapur, Gladis dengan cepat meraih tanganku. Dia menggeleng pelan, seolah-olah tidak ingin aku pergi meninggalkannya, mati di ruangan yang bersuasana sangat dingin.
Baca selengkapnya

Menawarkan Kesucian

Sebenarnya bukan hal yang patut dikejutkan bahwa Gladis tidak bisa menahan perasaan dan memutuskan untuk mengungkapkannya padaku.Hanya saja, kata-katanya bagai lesatan peluru yang langsung menembus jantungku. Tidak mungkin aku bisa menjawab dengan cepat pernyataan cinta yang diucapkan dengan ekspresi manja itu.“Adrian, aku selalu ingin melakukannya denganmu. Aku benar-benar merasa udah jatuh cinta.”Kini, tak lagi bisa aku menatap matanya dengan lamat seperti yang biasa aku lakukan sebelumnya.Kurasa mencintai seorang aktor film dewasa sepertiku bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Meski masa depannya akan cerah secara materil, tetapi tak dipungkiri bahwa Gladis akan menanggung malu yang teramat.Keberadaanku tidak akan pernah dianggap penting di tengah masyarakat umum. Aku hanya seonggok sampah yang jika didaur ulang pun hanya akan menjadi sampah.Tangan Gladis menggapai rahangku, membuatku menoleh seolah-olah tak boleh berpali
Baca selengkapnya

Menjadi Kakak yang Hangat

Meskipun dalam keadaan begini sebenarnya kemungkinan untuk bisa berpikir jernih hanya beberapa persen, aku berusaha melawan setiap hasrat yang keluar ketika menatap Gladis tanpa dibalut sehelai pun benang.Menjadi seorang aktor film dewasa bukan berarti aku harus menjadi lelaki yang tidak menghargai perempuan. Aku menjunjung tinggi kehormatan mereka, tetapi dalam beberapa kondisi yang berbeda, tentu saja akan menghasilkan pemikiran yang berbeda pula.Oleh karena itu, aku menjejakkan langkah ke kamar. Bukan untuk meninggalkan Gladis sendirian yang tengah diterkam gairah sendiri.Tidak ada alasan untuk mengambil kesucian gadis polos sepertinya yang masih menempuh pendidikan di jenjang perkuliahan.Maka, menyelimuti dirinya dengan kain tebal untuk menutup semua bagian tubuh menggodanya yang terlihat merupakan pilihan yang aku ambil.“Jangan menyakiti diri lo sendiri lebih dari ini.”Kuberikan dirinya pelukan yang begitu hangat, yang
Baca selengkapnya

Tante-Tante

“Siapkan mental untuk bertemu para penggemarmu, Adrian.”“Ketemu penggemar? M-maksud lo apaan?”Sambil menumpu dagu dengan tangan di atas meja kerja, Elaine menatap ke arahku dan mulai menjelaskan mengapa aku harus siap bertemu dengan penggemar.“Agensi punya semacam event tahunan yang dinamakan Adult Zone Meet & Greet. Event itu akan dihadiri oleh para penggemar dari seluruh penjuru dunia.Nah, dalam event inilah agensi berusaha meraup keuntungan juga dengan menjual berbagai merchandise. Saya rasa kamu tidak perlu memahaminya secara teknis.Kamu cukup mempersiapkan diri saja saat waktu itu tiba,” jelas Elaine yang kemudian mengangkat mug di hadapannya.Memang benar-benar sial. Aku tidak bisa menjadi seorang aktor yang tetap bersembunyi di balik layar. Pada kenyataannya seperti itu, sebab film yang tersebar saja tanpa sensor sedikit pun.Wajahku terpampang jelas, senjata kelelakianku, apalagi. D
Baca selengkapnya

Tante Manda yang Menggoda

“Nih, ya. Kamar lo di sini.”Dengan perasaan lega, kuletakkan koper super berat milik Manda. Seharusnya jika koper itu hanya berisi pakaian, pasti tidak akan seberat itu hingga membuatku harus mengeluarkan tenaga dua kali lipat dan bercucur keringat.“Baik, Adrian. Terima kasih banyak.”Kuembuskan napas panjang. Mataku masih fokus pada koper miliknya.“Itu isinya apaan? Kok berat amat, sih?”“Cuma beberapa pakaian aja, kok.”“Ya, udahlah. Mungkin gue aja yang udah lemah. Ngangkat satu koper aja jadi lembek kayak gini.”“Tapi, kamu nggak lemah di ranjang, kan?”Apa-apaan dengan tampang normal wanita itu? Memang benar dia tidak seperti para perempuan lain yang bahkan pernah menginap di rumahku.Hanya saja, ini terkesan agak mencurigakan. Ini bukan berarti aku yang terlalu sensitif dengan keadaan sekitar.“Mana mungkin.”&ldquo
Baca selengkapnya

Kenikmatan Bersama Tante Manda

Ini, sih, namanya bukan ganas dan liar lagi, tapi terkesan lebih brutal. Atau mungkin lebih dari brutal dan entah apa namanya.Manda tidak hanya menjilati leherku, tetapi menggigitku seolah-olah dirinya itu vampir. Aku yakin sekarang sudah menjadi vampir karena darahku sudah diisap olehnya.“A-apa yang lo lakuin, woy!”Tidak bisa kupungkiri, sambil protes, desau kenikmatan keluar dari mulutku.Memangnya, bagaimana bisa aku menolak kenikmatan yang secara paksa masuk ke dalam diriku. Sementara itu, aku tidak punya daya untuk menghentikan aktivitas Manda.Tangannya dibelenggu sejak beberapa waktu lalu.“Tunggu sebentar, ya, Adrian. Tante akan mengambil sesuatu dulu.”Kali ini, dia melepaskanku, tapi tetap saja merasa was-was jika dia akan melakukan hal yang lebih brutal lagi.Kulihat, dia malah menutup pintu kamar dan menguncinya. Dibukanya koper yang tersandar di dinding.Sekarang aku tahu mengapa b
Baca selengkapnya

Terbaring Lemah

Di kamar yang kuberikan untuk ditempati Manda, kutemukan diriku masih dalam keadaan diikat. Dengan kepala yang agak pusing dan pandangan yang kabur, aku mengangkat kepala.Tubuhku terasa pegal-pegal dan sakit, terutama di bagian pinggang. Malam tadi, aku benar-benar melalui penyiksaan batin di fisik secara bersamaan.Sama sekali tidak ada kenikmatan di dalamnya.Sementara itu, Manda kulihat terbaring di ranjang dengan pakaian terbuka seperti tadi malam.Tak lama, dia bangun dan mulai bergerak menatapku.“Ya, ampun. Adrian, kamu nggak apa-apa?” tanyanya sambil bergegas membalik tubuhku yang sedang berposisi tengkurap.Lalu, Manda membuka tali yang mengikat tubuhku sangat erat.“Ini pasti kerjaan Wanda. Maafin aku, Adrian.”Memang sialan sebenarnya. Aku bahkan tidak bisa beristirahat dengan tenang karena wanita licik ini membelenggu dan menyiksaku bagai di neraka.Memangnya dia itu malaikat pencabut
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
21
DMCA.com Protection Status