Beranda / Urban / EUFORIA / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab EUFORIA: Bab 41 - Bab 50

209 Bab

Totally Virgin?

Sangat mengesankan! Bahkan Susanti memanggilku dengan sebutan tuan? Hal gila macam apa lagi ini? Dugaanku seratus persen benar.Untung saja aku banyak belajar dari pengalaman di masa lalu. Mereka yang marah hanya karena bersentuhan dengan para lelaki, ternyata betul-betul menginginkan aktivitas panas. Meski aku tidak berpikir semua perempuan seperti itu.Kuhentikan gerakan tangan. Susanti membuka mata dan bertanya, “K-kenapa Anda berhenti?”Aku hanya mengangkat satu sudut bibir, lalu menjauh darinya.“Gue nanya beberapa hal sama lo.”Perempuan itu sebenarnya sudah terlihat sangat berantakan. Mulai dari pakaian yang compang-camping, beberapa kancing kemejanya terbuka dan memperlihatkan dalaman berwarna putih miliknya.Meski aku sangat penasaran untuk membuktikan virgin atau tidaknya dia, ada hal yang harus aku pastikan lebih dulu padanya.Tidak seperti sebelumnya, entah pergi ke mana keberaniannya itu. Dia telah
Baca selengkapnya

Sebelum Membobol Gawang

Kami telah sama-sama berada di puncak hasrat yang segera ingin diledakkan. Namun, ketika aku menyadari sebuah kehadiran dan bau asap rokok, pandanganku teralihkan ke pintu kamar.Aku tercengang dengan saliva yang sulit dicerna. Elaine berdiri sambil menyandarkan punggungnya di kusen pintu. Sesekali, dia memicingkan mata ke arah kami yang tengah melakukan aktivitas panas.Padahal, sedikit lagi kelelakianku menembus gawang pertahanan Susanti. Sayangnya, aku urung dan segera menjauh.Aku mengambil handuk yang terletak di nakas dan menutupi amunisi kerasku.“Tidak selamanya keras itu kelam, kan? Kalau kehidupan yang keras, itu sangat tidak menyenangkan. Tapi, kalau barangmu yang keras, itu terasa sangat nikmat.”Entah apa maksud perkataan Elaine barusan. Aku belum bisa mencernanya dengan baik. Yang jelas, Susanti pun segera menutupi setiap bagian tubuhnya dengan selimut.Ada rasa malu yang terlihat di wajahnya dan ia tidak berani men
Baca selengkapnya

Selai Coklat dan Teror yang Manis

“Ada bingkisan untukmu, Adrian.”Elaine meletakkan sebuah kotak yang dibalut kertas kado warna-warni bermotif bunga dan simbol cinta di atas meja. Meski mengatakan bingkisan tersebut untukku, dia tidak mengatakan siapa yang memberikannya.Jadi, aku cukup heran. Biasanya, jika Elaine memberikanku sebuah hadiah, pasti tidak akan dibungkus secantik kado tersebut.“Dari siapa?” tanyaku kemudian sambil memperhatikan kado itu dengan lamat, meraba-raba dan memperkirakan beratnya.“Saya tidak tahu. Security berkata dari seorang perempuan yang bukan salah satu artis di agensi ini.”Ini menambah kesan misteri. Terlalu sulit untuk dipecahkan karena aku sama sekali tidak memiliki teman di luar sana.Atau mungkin dari Kiana?Tidak mungkin. Dia mana tahu aku bekerja di CatHub. Aku sudah berkali-kali menyelidikinya dan dia benar-benar tidak mengetahuinya. Maksudku, tidak ada tanda-tanda bahwa dia mengenalku sebelu
Baca selengkapnya

Gadis Bernama Gladis

Dan kami berakhir di sini, Lina Cafe & Bar. Tak kusangka gadis berambut kucir dengan celemek berwarna cokelat itu bekerja di tempat tersebut. Dia menuntunku duduk di meja yang dekat dengan jendela. Posisi yang nyaman karena bisa melihat rintik hujan yang berjatuhan ke bumi. Cuaca yang dingin membuatku harus menggigil beberapa kali. Sialnya, aku tidak membawa sweater. Tak lama kemudian, gadis itu keluar dari dapur dan membawakan pesananku, yaitu kopi cokelat dan camilan berupa roti bakar berselai cokelat. Memang pas untuk udara yang dingin. Apalagi, cokelat merupakan salah satu favoritku. Tak lupa juga, ada satu porsi kentang goreng dengan sambal balado yang begitu lezat. Aromanya menguar ke pernapasan. “Thanks, ya.” Gadis itu lalu tersenyum, dia menyelipkan nampan di balik kedua tangan, menempel dan sejajar dengan perutnya. “Silakan dinikmati, ya. Sekali lagi, maaf. Gara-gara aku, kamu jadi …” “Gue yang salah. Kenapa lo har
Baca selengkapnya

Gladis yang Masih Gadis

Hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya bahwa hubunganku dengan Gladis berlanjut dalam waktu jangka panjang. Aku tahu selama ini banyak mengenal para perempuan, tetapi dia yang merupakan orang dari luar agensi, juga telah mengetahui jati diriku tidak sedikit pun melihatku sebagai laki-laki menjijikkan.Dia amat terbuka. Kami selalu bertemu di kafe dan kadang aku mengantarnya pulang ke rumah sewaan yang bisa dikatakan sangat besar dan mewah.Gladis, seorang gadis yang demikian masih gadis, berkuliah di salah satu universitas, bekerja sebagai pelayan di Lina Cafe & Bar, paruh waktu.“Adrian, makasih, ya, karena kamu udah mau berbaik hati ngantar aku pulang.”Dia sedikit berbeda dengan para perempuan yang aku kenal. Wajah Gladis bisa dikatakan seperti orang-orang Jepang karena memiliki mata sipit, wajah kecil, serta tubuh yang juga kecil.Badannya pun jauh lebih pendek dariku. Saat berada di luar jam kerja, dia selalu mengenakan rok mi
Baca selengkapnya

Cara Lain untuk Memberinya Kenikmatan

Aku memberikan Gladis apa yang diinginkan. Namun, hanya sebatas menempelkan bibirku ke bibirnya. Aku tak berniat untuk melakukannya lebih jauh. Sialnya, gadis itu tahu apa yang harus dilakukan sehingga pengecapku tertelan masuk ke mulutnya begitu saja.Mau mengata-ngataiku? Silakan.Di dunia ini, mungkin tidak ada orang munafik secara mutlak, juga tak ada orang yang realistis secara mutlak. Masing-masing dari kita memiliki ideologi yang kadang tidak berkenan dengan kenyataan yang ada.Saat kita harus menikmati, kita akan memiliki keraguan dan ketakutan. Saat kita harus ragu, kita tidak akan bisa merasakan kenikmatan.Itulah mengapa aku menyebut semua ini sebagai “gairah kegelapan” yang tidak ingin pergi dari kepala dan hatiku.“Lagi,” lirih Gladis setelah menyadari aku menarik kepala karena merasa akan membuang terlalu banyak waktu jika meladeninya.Benar, ada sesi pemotretan hari ini dan aku tidak boleh melewatkannya
Baca selengkapnya

Bersama Puluhan Perempuan?

Dan beginilah kami akhirnya, terdiam meratapi apa yang telah terjadi setelah setiap gairah itu dikeluarkan dalam bentuk jerit yang memuncak.“Udah lega, kan?” tanyaku pada Gladis yang mencengkeram keras ujung selimut.Dia mengangguk sebagai jawaban. Kulepaskan dekapan dan keluar dari selimut untuk segera mengenakan pakaian.Tidak. Ini bukan berarti aku telah merusak keintimannya. Pada akhirnya, aku menggunakan cara lain untuk membuat gairah lenyap seketika.“Kalau gitu, gue balik dulu, ya. Gue ada sesi pemotretan hari ini yang nggak bisa dilewatkan.”Sebelum berhasil menjejak, dia bangkit dan menyebut namaku. Aku menatapnya, menunggu Gladis kembali membuka mulut.“Apa … kita akan bertemu lagi setelah ini?”Dengan senyuman pasti, aku menjawab, “Tentu. Lo bisa menemui gue kapan pun.”Merupakan hal yang sangat berat sebenarnya untuk berjanji bertemu dengannya lagi. Sebab, aku
Baca selengkapnya

Nikmat yang Bervariasi

Yang benar saja! Melakukan hal panas dengan puluhan perempuan dalam satu sesi syuting. Aku benar-benar tidak bisa membayangkannya.“Baiklah, Adrian. Biar saya perkenalkan kamu dengan para perempuan cantik ini.”Dengan mata terbelalak, aku menatap sepuluh perempuan yang berdiri di hadapan dengan berbagai macam bentuk tubuh dan kurva senyuman. Ada yang berukuran kecil, sedang, dan besar.Ada yang berhidung lancip dan pesek. Intinya seperti itu, aku tidak akan bisa menyebutkan secara spesifik bagaimana ciri-ciri mereka.Hanya satu hal yang pasti bahwa tidak satu pun di antara mereka yang berpakaian tertutup.“Hai, Adrian!” ucap mereka serentak sambil melambaikan tangan dan mengembangkan senyuman.Sepertinya aku harus bicara pada kejantananku untuk sedikit lebih sabar dalam menjalani latihan hidup ini. Jika tidak, aku yakin akan kalah sebelum mulai berperang.“Ani, Silva, Rahma, Desi, Cahya, Intan, Permata, M
Baca selengkapnya

Penulis dan Tokoh Dalam Cerita

“Gue keluar!”Ya, aku keluar dari ruangan itu dan menghindar dari puluhan perempuan yang dengan ganas menggerayangi tubuhku. Sambil berlari menuju tempat parkir, kuperbaiki pakaian yang tampak compang-camping.Benar-benar sadis!Hal gila pertama yang aku alami sampai-sampai membuatku merinding puluhan kali. Memangnya siapa yang dapat bertahan dari puluhan tangan perempuan ganas itu tanpa meminum pil penambah stamina?Kuembuskan napas berulang kali, menumpu tubuh dengan tangan di mobil. Kurasa sudah cukup pemanasan hari ini dan aku berakhir dengan rasa lelah yang telah ingin diistirahatkan.Kali ini, bintang malam bersinar terang. Tak ada awan hitam seperti malam-malam sebelumnya.Niatku untuk berlama-lama di agensi demikian urung. Mungkin aku harus mencari udara segar kali ini untuk menenangkan segala pikiran dan mengalihkan gairah dalam diri ke hal yang jauh lebih positif.Di luar portal agensi yang terbuka, seketika kuli
Baca selengkapnya

Penindasan Sepuluh Perempuan

Akhirnya hari yang mendebarkan itu datang. Aku telah berubah dalam mode “siap berperang” dengan tanpa mengenakan pakaian, tetapi hanya mengenakan denim.Memangnya naskah macam apa yang ditulis penulis skenario ini sehingga dalam sesi syuting pertama pun aku harus membuka pakaian?Sejauh yang kuingat, Elaine berkata ini hanya proyek sampingan atau percobaan. Wanita itu memang senang berinovasi dan membuatku sampai harus kesusahan seperti sekarang.Aku bergerak maju mendekati tumpukan kardus yang diletakkan di samping sofa berwarna merah. Melihat isinya saja sudah membuatku membayangkan seperti apa adegan yang akan aku perankan nanti.Dalam kardus itu terdapat banyak alat bantu seksual. Silakan bayangkan sendiri apa yang akan kulakukan dengan alat-alat tersebut. Yang jelas, itu berfungsi untuk memanaskan mesin para perempuan itu.“Hai, Adrian sayang.”Silvia, perempuan bertubuh tinggi yang hanya mengenakan dalaman mengi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status