Beranda / Urban / EUFORIA / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab EUFORIA: Bab 31 - Bab 40

209 Bab

Penguasa Ranjang

“Jadi, apa kalian masih kuat?” tanyaku sambil tersenyum keji pada dua wanita yang bersembunyi di balik selimut.“Aku nyerah.”“Aku juga.”Memang seharusnya begitu. Berjam-jam kulalui dan tubuh mereka telah habis kugerayangi dengan segala macam permainan. Mereka menjerit dan memohon, tetapi aku terus-menerus memaksa mereka menerima seranganku.Tidak diragukan lagi, ini bentuk dari kekecewaan dan kegalauanku. Aku merasa siapa pun harus aku taklukkan tanpa terkecuali. Betapa brutalnya aku, bahkan melebihi adegan yang biasa aku lakukan saat syuting.Sudah sewajarnya karena adegan yang dibuat telah dibatasi terkait genre film yang dipilih.Selesai mengenakan pakaian, aku melemparkan puluhan uang kertas dengan nominal paling tinggi hingga berserakan di atas ranjang.“Makan uang itu.”Mereka begitu senang melihat uang seperti kucing yang mendapatkan ikan segar.“Kapan-kapan,
Baca selengkapnya

Seorang Lelaki dengan Kehidupannya

Jangan salah paham dulu. Meskipun aku mengajaknya masuk ke mobil, ini tidak berarti aku ingin melakukan sesuatu yang buruk pada Kiana. Aku hanya ingin mengetes dirinya. Apakah sebenarnya dia mengetahui diriku seorang aktor film panas?Jika iya dan dia masih bersikap begitu baik dan lembut layaknya diriku seseorang yang normal seperti laki-laki kebanyakan, akan kuacungi empat jempol untuknya.Namun, saat diriku sudah berada di dalam mobil, dia belum mengambil langkah serius untuk ikut masuk. Dirinya hanya berdiri di luar mobil dan membungkuk.“Aku di sini aja, ya.”Begitulah. Kupikir dia memang gadis normal atau mungkin juga sebaliknya. Reaksi yang wajar karena tidak akan ada gadis yang dengan tiba-tiba mengikuti perintah orang yang baru dikenal.Dan aku juga tahu wajahnya seolah-olah mengambil langkah antisipasi akan hal buruk yang bisa saja terjadi padanya.“Gue akan mengantar lo pulang,” ucapku kemudian.Dia
Baca selengkapnya

Deklarasi Perang Ranjang

Sekarang aku berada di situasi yang gawat. Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang sedang aku hadapi. Bahkan diriku sendiri pun berpikir ini mengancam hormon di dalam tubuhku.Dua gundukan lemak yang jauh lebih besar daripada milik Victoria. Aku bahkan tidak pernah membayangkan ukuran sebesar itu. Tidak bisa aku perkirakan ukuran spesifiknya. Namun, percayalah. Gadis berpinggul besar di hadapanku telah memicu hasrat seksual ini lagi.Bibirnya yang besar dan memiliki pesona tinggi seolah-olah tidak membiarkan mataku menatapnya.Dia menatapku dengan lamat, memberikan senyuman yang lebar dan beberapa kali kedipan yang dapat membuat laki-laki mana pun mabuk kepayang.Tunggu dulu, aku tidak akan jatuh ke dalam pesona dan gairah yang ia coba tarik keluar. Demikian aku berusaha mengatur napas.“Kamu yang bernama Adrian?”Dia jauh lebih dewasa daripada Victoria. Atau bahkan dari diriku yang terbilang masih muda dan memiliki sifat
Baca selengkapnya

Tak Memiliki Strategi

Seorang lelaki dengan kehidupannya. Untuk kesekian kalinya, aku membaca judul yang tertera di sampul depan buku yang beberapa hari lalu Kiana berikan. Sejak saat itu, aku belum membaca, bahkan sedikit mengintip isinya.Jika aku tak salah persepsi, buku itu menceritakan seorang laki-laki dan sekelumit kehidupannya. Ah, itu sudah jelas karena dapat dilihat hanya dengan membaca judulnya.Namun, yang jauh lebih membuatku bingung, mengapa Kiana memberikanku buku tersebut?Bagaimanapun kerasnya aku berpikir, jawabannya tetap tidak ketemu. Apakah mungkin dia melihat kehidupanku yang kelam ini, sama seperti penggambaran sampul buku itu?Tidak mungkin. Secara pasti, Kiana tidak mengetahui diriku, tidak mengenal siapa jati diriku dan tentu saja tidak mengetahui aku seorang bintang film dewasa.Meski tidak sepenuhnya yakin, tetapi aku sudah membuktikannya cukup sering. Aku sengaja memancingnya dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh dan menggiringnya ke sebuah opi
Baca selengkapnya

Tuan Ranjang

Keringat bersimbah di seluruh tubuh, napas menderu hebat dengan ritme yang kacau. Veramita membelalak menatapku tengah berada di atas tubuhnya.Sedangkan diriku menyeringai meski demikian juga bergelimang rasa lelah.“K-kamu … hebat,” katanya dengan napas yang berusaha diatur sedemikian rupa. Tangannya bergerak menyapu peluh yang berkumpul di kening, lalu menarik selimut hingga menutupi tubuh hingga leher.“Gue udah bilang ‘kan kalau gue yang jadi pemenang dari pertempuran ranjang ini.”Sekarang terbentuk sebuah kurva yang sangat tipis. Mungkin itu suatu bentuk ketidakinginannya untuk mengakui kehebatanku.Padahal, beberapa waktu lalu, dia benar-benar menjerit, meronta, memohon, dan meremas begitu lamat seprai polos berwarna putih tanpa motif itu.“Lo udah kalah, Veramita. Dan lo harus mengakui kalau gue yang terkuat.”Sambil tertawa, dia berkata, “Okay, okay. Ak
Baca selengkapnya

Takdir atau Kebetulan?

Aku telah mengalami sial bertubi-tubi sejak bekerja di agensi CatHub. Seperti yang kalian ketahui, aku sudah melakukan hal panas dengan banyak perempuan, sebagiannya memang tak kuceritakan karena tak terlalu penting.Aku cenderung menikmati sebagiannya, tetapi menolak keras sebagiannya lagi. Sebab, hal-hal tak waras dan menyimpang dalam hal seksual membuatku agak merinding.Aku hanya tidak ingin menjadi babu sebuah nafsu menjijikkan para perempuan seperti itu. Yah, aku tahu mereka telah kecanduan dengan segala macam jenis percintaan palsu.Memang, bagi kami, ranjang adalah singgasana yang kedudukannya paling tinggi. Berada di ranjang, artinya kami menjadi raja atau ratu.Di luar sana, telah banyak orang yang memuja-muja kami, berkomentar dan memberikan ulasan positif tentang seberapa bergairahnya mereka dengan pasangan masing-masing karena menonton film yang kami perankan.Pada dasarnya, bekerja di bidang seperti ini tidak membutuhkan keahlian khus
Baca selengkapnya

Manajer Cantik dan Rencana Terselubung

Biar kuberitahu kalian satu hal, aku begitu jarang mengandalkan orang lain dan tidak pernah mengharapkan orang lain untuk membantuku dalam segala hal.Di agensi, satu-satunya orang yang tidak memiliki tim manajemen seperti kebanyakan artis dan aktor lainnya mungkin hanya aku.Elaine pernah memintaku untuk merekrut seseorang yang bisa memanajemen waktu dan jadwalku bekerja. Namun, aku menolak dengan keras usulan itu.Aku lebih senang melakukan semuanya sendirian. Aku bisa bebas dan tidak terikat pada aturan yang diterapkan orang lain. Lagi pula, aku begitu malas diatur-atur orang lain. Itu salah satu hal yang aku benci dari sekian hal lainnya.Namun, Elaine membuat keputusan sepihak lagi. Tanpa persetujuan dariku, dia memperkenalkan padaku seorang perempuan berambut sebahu.Aku menatap perempuan dengan jas abu-abu dan rok selutut tersebut.“Kenalkan, dia Susanti. Dan dia yang akan menjadi manajermu mulai sekarang.”Tatapank
Baca selengkapnya

Terpicu Gumpalan Lemak

Bangun tidur hanya mengenakan sebuah dalaman, aku seketika tercengang ketika berjalan ke kamar mandi dan melihat Susanti telah duduk di ruang tamu sambil menyilangkan kedua tangan.Padahal, nyawaku belum pulih sepenuhnya. Namun, akibat itu, mataku jadi melek dan tubuhku bergeming.Ini bukan masalah malu atau tidak karena aku hanya mengenakan dalaman. Namun, aku tidak habis pikir mengapa perempuan itu bisa masuk ke rumah orang.Aku sama sekali tak lupa telah mengunci pintu. Bahkan gerbangnya sudah kugembok dan lilit dengan rantai. Jadi, apa sebenarnya aku melewatkan hal penting?“K-kenapa lo bisa ada di sini?”Karena aku hanya mengenakan dalaman, Susanti tidak menatap ke arahku. Dia lantas menatap lurus ke depan dan mulai membuka mulut.“Karena saya memiliki kunci rumah ini.”Aku rasa itu tidak perlu dipikirkan terlalu keras. Satu-satunya orang yang memiliki kunci cadangan rumahku ialah Elaine. Ya, pasti wanita
Baca selengkapnya

Apa Dia Masih Virgin?

Sebenarnya ini sama saja seperti aku tidak lagi memiliki hidupku sendiri. Pekerjaan secara penuh telah merampasnya. Yah, kupikir awalnya ini sangat menyenangkan.Bagaimanapun, Elaine memintaku harus memahami keadaan karena aku perlahan-lahan telah menjadi seorang bintang yang semakin banyak diinginkan media.Terlepas dari semua itu, aku tetaplah harus menyingkirkan Susanti, bagaimanapun caranya.Setelah beberapa waktu lalu memberiku tamparan yang sangat menyakitkan, bukan berarti aku harus menyerah. Coba saja pikirkan, orang lain tidak berhak mengatur kehidupan kalian.“Woy! Buatkan gue kopi.”Aku langsung duduk di sofa.“Maaf, itu bukan bagian dari pekerjaan saya. Saya bukan pembantu, tapi manajer Anda.”Aku terbelalak dengan jawabannya. Lalu, untuk apa dia ada di rumah ini jika pada akhirnya hanya berguna dalam mengatur jadwalku?Buang-buang uang dan tidak efisien. Sebuah perangkat lunak bahkan jauh le
Baca selengkapnya

Topeng Kemunafikan Susanti

Susanti menggeliat saat aku mencoba mengelus leher dan tengkuknya. Aku pikir ini suatu pertanda bahwa dirinya benar-benar ingin aku gerayangi.Walau begitu, aku masih ragu untuk membobol gawang pertahanannya. Bagaimana jika Elaine marah?Aku yakin Susanti ditugaskan dengan diberi bekal beberapa hal yang tidak boleh ia lakukan denganku. Namun, dia bisa saja beralasan bahwa aku melakukannya secara paksa.Ah, menurutku itu juga tidak akan membuat kemarahan Elaine urung.Mengesampingkan hal itu, aku demikian menelan saliva karena desau yang keluar dari mulut Susanti.Apalagi saat ini matanya tengah terpejam. Apakah sebegitu pasrahnya ia atas tindakan senonoh yang aku lakukan padanya?Tak lama berpikir, kaki Susanti telah menendang keras selangkanganku.“Aw! S-sialan!” kataku sambil menjauh darinya.Senyuman keji itu kembali terlihat di wajah Susanti. Dia masih berbaring di ranjang.“Anda pikir saya akan dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status