Victoria membuka pintu rumah, kuempaskan kepala di antara dua gundukan besarnya. Pastinya, dia akan bertanya-tanya tentangku. Seperti yang dia ketahui, aku begitu sulit diajak melakukan hal panas akhir-akhir ini.Namun, kini seolah-olah aku menginginkannya. Ini akibat stres yang menyerang saat semua cerca paling keji menghantam diriku hingga terlempar ke keadaan paling kosong.“Ada apa denganmu, Adrian?”Tak ada jawaban sama sekali dariku. Tak lama, Victoria menarikku masuk, lalu membaringkanku di sofa.“Matikan lampunya, Victoria.”Tanpa perlu bertanya, gadis berambut pirang itu menekan saklar yang terpasang di dinding. Dia kembali mendekati, menatap raut wajah kekosonganku dengan penuh selidik.“Gue nggak akan menjawab apa pun pertanyaan lo. Jadi, sebelum lo bertanya, sebaiknya gue katakan lebih dulu.”“It’s okay. Tapi, aku perlu tahu kamu habis dari mana?”&ldquo
Baca selengkapnya