Beranda / Urban / EUFORIA / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab EUFORIA: Bab 21 - Bab 30

209 Bab

Victoria, Gadis Berambut Pirang

Lihat, betapa indah berkilauan rambut pirang lurus milik gadis bertubuh ramping dengan dua gundukan yang cukup besar. Tipis bibirnya membawa siapa pun yang melihat, masuk ke jurang kenikmatan imajinatif.Pinggul yang sedikit lebih lebar, perut yang seksi dan tinggi tubuhnya yang sangat pas dan proporsional. Aku tidak akan melupakan apa yang kulihat. Sesungguhnya, ini kali pertama aku berhadapan dengan gadis luar negeri.Sambil duduk dengan menggenggam mug, sesekali dirinya menyesap kopi hangat yang baru saja Elaine suguhkan.“Dialah Victoria, gadis yang akan berpasangan denganmu untuk film kedua.” Elaine berucap setelah menyesap habis rokok putih kesukaannya.“Hai, namaku Victoria, asal dari United State,” katanya dengan senyuman.Untungnya aku pernah sekolah dan tidak terlalu bodoh dalam berbahasa Inggris. Sehingga itu, aku merespons sambil mengacungkan tangan kanan.“Nama gue Adrian.”“Cool!
Baca selengkapnya

Besar dan Menggairahkan

Saat keluar dari kamar mandi, Victoria berdiri di depan pintu, mengejutkanku dengan pakaian minimnya yang transparan dan menampakkan jelas lekuk tubuhnya.“Hai, Adrian.”Tampaknya, dia tengah berusaha menggodaku. Aku menghindari dirinya, sekuat tenaga agar kedua mata ini tidak melihat gundukan yang terpampang begitu jelas dengan dua bola kecil yang terlihat di sana.Sayangnya, Victoria segera meraih tanganku dan memaksa agar aku memperhatikan dirinya.“Bagaimana menurutmu?” tanyanya berusaha mendapatkan komentarku mengenai pakaian laknatnya yang telah berhasil membuat hasrat itu kembali menyerangku.Sambil menelan saliva, aku menjawab, “Ya … bagus.”“Terima kasih.”Segera kulepaskan tangan dari cengkeraman Victoria. “Gue pasang pakaian dulu.”Tentu, gadis berambut pirang dengan bola mata kuning tersebut tidak serta-merta membiarkanku pergi. Dia malah berjalan di
Baca selengkapnya

Sebatas Reranting yang Rapuh

Victoria membuatku benar-benar kesusahan dan merasa panas-dingin setiap kali berusaha menggodaku. Keresahan semakin membalut diriku dan aku terpaksa harus menghindari segala pesonanya dengan keluar dari rumah.Meski pada akhirnya gadis itu sering kali memaksa ikut ke mana pun aku ingin pergi, kesempatan selalu kucuri saat dia akan mengganti pakaian. Hasilnya, aku berhasil bebas dari jerat godanya.Betapa menyebalkannya Elaine yang terus-menerus mengundur waktu syuting kami. Aku ingin cepat-cepat gadis bule itu enyah dari rumahku dan mendapatkan kembali kehidupan normal.Kuembuskan napas panjang, kemudian melangkah masuk ke minimarket demi membeli sebotol minuman dingin segar dan camilan yang rasanya ingin kunikmati sambil bertatap bosan di dalam mobil.Memang tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Bersenang-senang ke tempat hiburan pun akan percuma karena beberapa orang pasti akan mengenali wajahku.Untungnya, aku hanya seorang bintang film dewasa,
Baca selengkapnya

Sebuah Akhir Pembalasan Dendam

“Sebelum kita ke hotel, gue boleh nggak ngajak lo ke suatu tempat?”“Ke mana?”“Ke suatu tempat. Gue bakal tunjukin jalannya.”Sebenarnya aku telah tidak sabar untuk membalaskan dendam dan kebencianku selama ini pada Nindya. Betapa kurang ajar mulut tajam dan sikapnya yang seolah-olah memiliki derajat lebih tinggi dariku.Walau begitu, aku demikian menyetujui permintaannya untuk sekali ini saja. Maka, di persimpangan empat, aku berbelok ke kiri mengikuti instruksi Nindya.“Gue nggak sabar, sih, mau menikmati malam panjang nan indah sama lo.”Jangan berpikir dia berkata manis dengan senyuman yang begitu tulus seperti gadis-gadis dalam dongeng. Aku melihat dengan jelas kilatan cahaya di matanya yang menandakan betapa licik dan keji gadis berambut sebahu itu.Menanggapi perkataannya, aku hanya mengangkat satu sudut bibir. Memangnya dari mana kepercayaanku bisa tumbuh lagi padanya? Tak lagi
Baca selengkapnya

Serangan Mental

Victoria membuka pintu rumah, kuempaskan kepala di antara dua gundukan besarnya. Pastinya, dia akan bertanya-tanya tentangku. Seperti yang dia ketahui, aku begitu sulit diajak melakukan hal panas akhir-akhir ini.Namun, kini seolah-olah aku menginginkannya. Ini akibat stres yang menyerang saat semua cerca paling keji menghantam diriku hingga terlempar ke keadaan paling kosong.“Ada apa denganmu, Adrian?”Tak ada jawaban sama sekali dariku. Tak lama, Victoria menarikku masuk, lalu membaringkanku di sofa.“Matikan lampunya, Victoria.”Tanpa perlu bertanya, gadis berambut pirang itu menekan saklar yang terpasang di dinding. Dia kembali mendekati, menatap raut wajah kekosonganku dengan penuh selidik.“Gue nggak akan menjawab apa pun pertanyaan lo. Jadi, sebelum lo bertanya, sebaiknya gue katakan lebih dulu.”“It’s okay. Tapi, aku perlu tahu kamu habis dari mana?”&ldquo
Baca selengkapnya

Kebencian yang Berusaha Kuredam

Syuting film kedua berakhir dalam waktu satu bulan. Dan selama itu, aku banyak menghabiskan waktu bersama Victoria. Menurutku, dia jauh lebih baik dari beberapa gadis yang kukenal di agensi.Meskipun kadang sering menggodaku, tetapi itu tak menjadi masalah yang besar. Dia tidak punya niat buruk sama sekali dan hanya bertujuan menghiburku. Lagi pula, jika aku menolak, dia tidak pernah memaksa.Sayang sekali, dia harus kembali ke negaranya dan aku akan kembali hidup sendirian di rumah besar nan mewah bersama sunyi yang selalu kukutuk akhir-akhir ini.“Adrian, kamu baik-baik, ya. Jangan bersedih lagi. Aku harap kita bisa bertemu lagi dan melakukannya bersama. Kamu harus janji padaku untuk tidak bersedih lagi.”Itu yang dia katakan sambil menyentuh kedua pipiku dan tersenyum lebar begitu tulus. Sayang sekali, dia tidak akan lagi kutemui dalam wujud nyata. Dan sepertinya aku akan sedikit merindukan dua gundukan besarnya yang sangat kusukai.
Baca selengkapnya

Siapa yang Paling Kejam?

“Apa yang sebenarnya terjadi di sini, Elaine?! Lo harus jelasin sama gue!”Sambil mengepal keras kedua tangan dan menatap Nindya yang berdiri di mulut pintu, aku menajamkan tatapan, seketika kebencian itu kembali mengoyak perasaan.Tidak kusangka akan bertemu dengan seorang perempuan pecundang yang telah merusak reputasiku. Bahkan dia telah mengatakan pada semua orang bahwa aku hanya seorang bintang film panas yang telah menjadi sampah masyarakat.Dia membuat-buat isu bahwa semua pilihan yang aku ambil merupakan akibat dirinya memutuskan hubungan kami.Bayangkan saja jika kalian dibicarakan seperti itu dan ratusan orang berkomentar hal yang sama, mengutuk kalian dengan kata-kata yang tidak pernah terbayangkan.“Oh, santai dulu, Adrian sayang. Kamu tidak perlu marah-marah begitu,” ucap Elaine berusaha menenangkanku.Dia mendekatiku dan memaksa diriku kembali duduk. Walau demikian, kebencian itu tak juga pudar. Aku tida
Baca selengkapnya

Dia yang Pertama Kali Kunikmati

Bagi sebagian orang di dunia ini, memaafkan adalah perbuatan mulia yang bisa dilakukan untuk membuktikan kemuliaan hati. Namun, aku termasuk di dalam sebagian orang yang bertentangan dengan ideologi seperti itu. Bagaimanapun, telah banyak rasa sakit yang diciptakan Nindya dalam hidupku. Membuatku patah semangat, menyajikan pilihan bunuh diri, dan tidak memberikan pilihan bagiku untuk bertahan hidup atau sekadar meringankan beban di pilunya sebuah hati. Jangan tanya apakah nuraniku masih berfungsi dengan baik. Justru karena aku hanyalah manusia biasa yang punya hati, maka itulah yang membuatku mudah tersakiti. “Lo boleh membenci gue, Adrian! Tapi, tolong dengerin gue kali ini aja!” “Gue nggak mau mendengar kalimat busuk dari mulut busukmu, Nindya. Udah cukup gue merasa direndahkan. Gue udah nggak sanggup menahan semuanya. Dan lo masih meminta gue bertahan?” Tak lagi aku ingin berlama-lama menatap wajahnya. Sehingga itu, aku pun memutuskan masuk
Baca selengkapnya

Kenikmatan di Tengah Hujan

Jadi, memang tak ada lagi yang bisa kami bicarakan. Waktu seolah-olah membeku di tengah derasnya hujan. Yang terdengar hanya deru rintik air yang jatuh ke bumi. Sementara itu, sesekali Nindya kulihat menyeka air mata.“Gue mau tidur,” kataku seraya beranjak pergi. Akan tetapi, segera tangan gadis itu menghalangiku.“Ada apa lagi?”“G-gue … boleh nginap di sini?”Aku heran, mengapa dia terdengar tak seperti Nindya keji yang aku kenal? Bahkan saat kulihat wajahnya, ekspresi jahanam yang selalu benci untuk kulihat itu kini seolah sirna.“Emangnya lo pikir bisa pulang saat hujan kayak gini?”Tentu, Nindya sudah tahu jawabanku. Meskipun aku sangat membenci momen saat hanya berdua dengannya dan seketika kenangan yang pernah kami jalani merasuk ke ingatan menghantui, aku tak akan tega membiarkannya berjalan di bawah deras hujan.“Temenin gue, Adrian.”Aku demikian hany
Baca selengkapnya

Gadis Pembawa Tiga Buku

Setelah hari saat kami bersama-sama memberikan kenikmatan, aku dan Nindya semakin sering bersama. Aku memang penjilat pecundang yang hanya bisa berkata-kata, nyatanya perasaan nostalgia itu mampu menaklukkan diriku dalam sekejap mata.Namun, kali ini Nindya benar-benar berubah. Raut keji yang selalu kusaksikan tak lagi pernah terlihat. Itulah satu-satunya hal mengapa aku pada akhirnya dengan tulus memaafkan gadis tersebut.Seiring waktu berjalan, Nindya memiliki banyak relasi dan teman di agensi. Banyak pria yang menginginkan dirinya untuk dijadikan sekadar pelampiasan mengempas kenikmatan.Dan entah mengapa, saat film perdananya rilis dengan seorang laki-laki yang tentu bukan diriku, hatiku merasa tidak terima atas semua itu.Pencapaiannya sama sekali tidak membuatku bangga dan berkewajiban untuk mengucapkan kata-kata keju yang dapat memicu semangatnya dalam bekerja.Aku mulai meneliti hati sendiri. Tidak disangka, aku yang membenci, ternyata haru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status