Alan berusaha tegar setelah semalaman dia menangis karena pernyataan Gavin yang ingin menceraikannya. Hancur sudah, tak ada harapan lagi. Namun, dia akan tetap berusaha agar Gavin kembali menarik kata-katanya. "Wah, baunya harum sekali. Boleh untukku ya, Al," serobot Nay. Nay yang datang tiba-tiba berusaha merebut kotak berisi makan siang yang Alan buat untuk Gavin. "Kau bisa ambil di dapur, ini untuk Gavin," ujar Alan. Gadis enerjik itu mencebilkan bibirnya, namun mata birunya berkilat tersirat penuh godaan. "Wah, kau memasak spesial untuk Gavin, ya. Al, kau baik-baik saja." Kedua alisnya naik turun. "Aku baik, kenapa?" Mata indah Alan yang tersembunyi di balik kacamata tebal bergerak gelisah. "Soal ucapan Gavin kemarin, jika dia...." "Aku akan berusaha, agar Gavin menarik kata-katanya lagi. Bukankah aku juga istrinya, sudah cukup
Read more