Semua Bab I'm Your Wife : Bukan Dia Tapi Aku: Bab 21 - Bab 30

56 Bab

Kenyataan Pahit

"Ana!"  Suara itu seolah meruntuhkan nyali yang telah Alan kumpulkan. Tubuhnya bergetar hebat, wajahnya sontak menunduk ketakutan. Dia takut pria itu akan melayangkan pukulan atau tamparan di wajahnya seperti dua tahun silam. Begitu pria dengan rambutnya yang telah berubah warna menjadi putih di beberapa bagian itu berjalan angkuh ke arah mereka. Semua orang membungkuk 90 derajat kepada laki-laki pemimpin perusahaan raksasa yang merajai kerjaan industri, di benua Amerika tersebut. "Ana!" Suara itu sekali lagi menyapa indera pendengaran Alan. Namun, wajahnya tak berani untuk sekedar mendongak menatap sosok yang adalah ayahnya. "Tuan Smitt, maaf saya datang tidak memberi kabar," ucap Peter yang merasa tidak enak karena dia tiba-tiba datang tanpa memberi tahu sebelumnya. Niatnya dia ingin memberi kejutan untuk pria berwajah dingin tersebut. Pria itu hanya melirik Peter sesaat, dan kembali mengalihkan atensinya pada sosok putrinya yang masih
Baca selengkapnya

Perasaan Yang Ikut Terbawa Pergi

Joseph sudah frustasi, ia tak bisa menemukan di mana keberadaan putri bungsunya, dan juga menantunya. Sial, bahkan dia telah menyewa detektif  terbaik untuk mencari Zenaya, dan Alanair di seluruh daratan Amerika, tapi tak juga menemukan jejak kedua perempuan itu. Mereka seolah lenyap ditelan segitiga bermuda. Apalagi puterinya, dia sangat khawatir dengan Zenaya yang tak kunjung ada infomasi tentangnya.   "Suamiku, apa orang suruhanmu belum mampu menemukan di mana Nay berada?" tanya Grifida yang setiap hari menekan suaminya itu. Wanita itu masuk tanpa permisi, dan sekarang memilih menghempaskan tubuhnya di atas sofa.   Joseph menatap nyalang sosok wanita yang ia nikahi 25 tahun silam. Ia mengeratkan kepalan tangannya. Sungguh, jika saja ia mampu menghubungi keponakannya, pasti dia telah mencecar pemuda itu. Dia
Baca selengkapnya

Alexander Murka

Wanita itu masih menunduk. Bibirnya terkatup rapat tak berani menjawab pertanyaan dari ayahnya.  Saat ini Alanair masih bersimpuh di depan ayahnya. Alexander yang masih enggan menatap putrinya dengan tangan saling tertaut di belakang punggungnya. Dia hanyalah seorang ayah yang berharap memiliki seorang anak yang mampu dia banggakan, menjadi penerus kerajaan bisnis Smitt yang merajai perindustrian di Amerika. Tetapi apa, puteri yang ia banggakan kini merusak nama baiknya sendiri. "Papa, kumohon terimalah aku kembali di dalam keluarga ini," ujarnya. Ia rendahkan harga dirinya. Ia tepis rasa malunya agar kembali mendapat pengakuan dari sosok yang berdiri angkuh tepat di hadapannya. "Alasan apa aku harus menerimamu kembali, bahkan kau sudah mencoreng nama keluarga Smitt, haruskah aku masih berbaik hati untuk menerimamu kembali. Setelah apa yang kau perbuat selama ini, Alana!" seru Alexander. Tangan pria itu mengepal. Jujur, rasa kecewa itu masihlah besar unt
Baca selengkapnya

Bangkit Kembali

"Dari mana saja kau!" teriak Gavin pada sosok istrinya yang kini berjalan mengendap-endap seperti pencuri masuk ke dalam kamarnya. Dia pikir, Gavin telah terlelap. Namun, ternyata pria itu masih terjaga dengan tatapan mata tajam dan tangan yang terlipat di depan dada di bawah temaramnya lampu kamar tepat di sisi kiri jendela yang menghubungkannya pada balkon. "Gav, aku pikir kau sudah tidur," ucapnya begitu santai seolah tak ada rasa takut di dalamnya. Ia melenggang masuk ke dalam tanpa ada beban sedikitpun. "Jika aku tidur, kau akan bebas berkeliaran di luaran sana, huh!" serunya. Wajahnya yang datar terlihat menyeramkan dengan mata sipitnya yang menatap nyalang. "Aku hanya mencari hiburan. Kau pikir terkurung di rumah ini akan sangat menyenangkan begitu, omong kosong!" Dia balas berteriak. Luna berjalan santai dan memilih menghempaskan tubuhnya di atas sofa, lalu melempar tas miliknya ke sembarang tempat. "Tidak bisakah kau diam di rumah. Kau istrik
Baca selengkapnya

Lucas Dan Kisah Cintanya Yang Rumit

Zenaya meniup gelas berisi coklat panas yang baru saja ia pesan dari kantin rumah sakit. Udara pagi ini cukup dingin, jadi dia memilih memesan secangkir coklat panas untuk menghangatkan tubuhnya dan sepotong wafle untuk sarapan paginya. Di sampingnya duduk seorang Lucas yang juga tengah menyesap kopi hitam. Bibirnya menguap berkali-kali menahan kantuk. Semalaman mata sipit pria tampan itu tak terpejam sedikitpun. Ia terus menemani Nay, mencari sosok kakak iparnya. Bahkan kini mereka terdampar di rumah sakit, di daerah Edlen, yang berjarak 200 mill dari kota Brigston.   Zenaya memaksanya mencari Alanair di rumah sakit di beberapa kota di negara bagian ini.   Helaan napas berat yang Nay hembuskan, membuat tatapan pemuda Marques itu beralih padanya. Matanya yang sipit dengan segera menangkap tubuh Nay yang terlihat g
Baca selengkapnya

Belum Bisa Move On

Lucas memang tak akan mampu membohongi Zenaya yang serba ingin tahu. Tatapan matanya mengarah ke arah jendela di mana butiran salju turun begitu lebat pagi ini hingga jalanan tertimbun salju dan pemandangan serba putih yang tergambar di sana. Dia mendesah berkali-kali. Haruskah dia bercerita, masa lalu yang seharusnya sudah ia kubur dalam-dalam. Kini harus kembali ia bongkar paksa. Saat kedua pasang mata itu saling beradu pandang, ada harapan yang tersirat di kedua mata biru Nay agar Lucas mau bercerita padanya. Rasanya semua keingintahuannya tak mampu ia simpan lebih lama lagi. "Aku tidak bisa menceritakannya sekarang, Nay. Nanti jika waktunya tiba. Aku pasti akan memberitahukannya padamu." "Apa kau akan merahasiakannya terus, sampai kapan?" Nay terlihat sangat kesal.  "Aku hanya tak bisa menceritakannya sekarang, Zenaya Wildberg!" seru Lucas mengundang decakan sebal dari bibir gadis itu. Nay terlihat mendengus, lalu mengalihkan atensiny
Baca selengkapnya

Ada Apa Dengan Alan

Alan terus termenung di kamarnya. Sudut matanya memerah. Sudah dua pekan sejak kembalinya ia ke mansion Smitt, dan berkali-kali ia mendapat amarah dan bentakan dari ayahnya karena dirinya masih saja cengeng.Jika teringat kehidupannya yang dulu, Alan memang sulit untuk meninggalkan kebiasaannya. Dia memang diperlakukan seperti seorang pelayan di rumah keluarga Welington maupun keluarga Wildberg, tetapi Alan terima dengan lapang dada. Dia pikir itulah balasan karena keluarga itu sudah mau menampugnya yang terlunta-lunta hidup di jalanan selama berhari-hari karena penolakan ayahnya yang saat itu dirinya tengah hamil tanpa ikatan pernikahan. TokTokTokSuara ketukan pintu tertangkap telinga Alan. Wanita itu langsung menoleh dan mendapati seorang pelayan wanita yang usianya masih muda berdiri di ambang pintu kamarnya yang memang tidak tertutup.Ia mengusap matanya yang sembab dengan kasar lantas berjalan ke arah pintu."Helena, ada
Baca selengkapnya

Alan Hamil

Alexander seperti orang bodoh saat ini. Berjalan tak tentu arah ke kanan dan ke kiri di depan pintu kamar puterinya yang tertutup. Menunggu kepastian dari dokter pribadi keluarga Smitt yang ia datangkan untuk memeriksa Alan yang jatuh tak  sadarkan diri di kamar mandi siang tadi.Ia beberapa kali melihat jam di tangannya sudah 30 menit dokter pribadi itu berada di dalam dan belum ada tanda-tanda akan keluar. Alexander tak sabar rasanya ia ingin mendobrak pintu itu saja. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Alana. Trauma akan kematian istrinya masih membekas di kepala Alexander.Saat tubuhnya berbalik dengan deru napas memburu, terdengar suara pintu kamar milik Alan terbuka, dan tubuh Alexander langsung kembali berbalik dan mendapati dokter pria berusia setengah baya muncul dari dalam kamar Alan."Apa yang terjadi dengan puteriku, dokter Wasburn?" tanyanya. Ada raut gelisah tertangkap kedua mata dokter Wasburn dari wajah Alexander."Saya ingin berta
Baca selengkapnya

Mencoba Bangkit

Hampir 30 menit Alexander dirajam rasa takut. Pria kaya raya itu berjalan mondar-mandir di depan ruang pemeriksaan puterinya. Jika kenyataan memang puterinya hamil ia akan terima dan tak akan mengusir Alanair kembali. Sudah cukup kebodohannya di masa lalu hingga ia harus kehilangan istri dan cucunya. Ia akan menanggung segala lara milik Alana.Begitu ruangan itu terbuka, seorang dokter wanita berambut pirang dengan mata birunya yang cantik keluar dengan senyum teduhnya menyambut Alexander yang panik."Dokter, bagaimana dengan puteriku?" tanyanya tak sabaran. Wanita berjas putih itu kembali tersenyum. "Mari ikut saya ke ruangan, saya akan menjelaskan semuanya."Alexander mengangguk lalu melirik dua orang pelayan wanita yang ikut bersamanya tengah berdiri di belakang pria kaya itu dengan seragam yang sama."Maria, Helena!" panggilnya membuat kedua pelayan yang masih berusia muda itu lantas mengangguk dan berjalan mendekat pada Alexander.
Baca selengkapnya

10 Tahun Kemudian

10 Tahun Kemudian.Kyoto, JepangMentari pagi yang terlihat malu-malu kini memulai hari dengan begitu cepat. Angin dingin mulai berhembus di pertengahan musum gugur kali ini. Asap yang mengepul dari cangkir yang berisi penuh coklat yang baru diseduh menjadi pemandangan di atas meja yang terbuat dari kayu mahoni yang terletak di Gazebo sebuah mansion mewah bak istana raja di kota Kyoto, Jepang.Ada tawa yang menjadi penghangat di saat cuaca begitu mencekat hingga ketulang. Tawa hangat dari seorang bocah berusia 9 tahun yang kini duduk seorang diri sambil menikmati manisnya coklat berpadu caramel yang mengisi kerongkongannya sedikit demi sedikit. Di pangkuannya ada sebuah laptop bermerek terkenal yang tengah menyala, yang menjadi sumber tawa pemuda tinggi tersebut."Sepertinya kau sedang melihat hal yang menyenangkan."Pemuda itu menoleh saat suara orang yang begitu ia sayangi berada tepat d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status