Beranda / Romansa / Athanasia / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Athanasia: Bab 11 - Bab 20

61 Bab

Bab XI

Arsa diantar oleh Satria pulangnya, kendaraan lelaki itu di titipkan di rumah Gibran yang kebetulan tidak jauh dari Club tersebut. Lelaki itu mabuk berat dan terus meracau tak jelas. "Lo tau ga Sat, bibirnya Sia manis banget, buset dah. Buat gua kecanduan," racaunya. Satria menggeleng sambil membopong tubuh Arsa, "Gila lo berat banget anjing," ketusnya. Ia membukakan pagar rumah Arsa, ini sudah pukul 2 dini hari. Segera Satria ketuk pintu rumah tersebut, ia tidak tahu apakah ada yang membukakan pintu untuk Arsa. Akhirnya pintu terbuka dan terdapat Arka sedang menatap Arsa sambil menghela napasnya, setelah itu mengambil lelaki itu dari Satria, "Makasih ya Satria, maaf kalau Arsa ngerepotin," ucapnya. Satria menggeleng, "Engga kok, Ka. Kalau gitu gue pamit pulang ya," ujarnya, Arka mengangguk dan membawa masuk Arsa. Arka dengan langkah pelan membawa Arsa masuk ke dalam kamarnya, tapi baru beberapa langkah Ayah mereka sudah ada di ruang t
Baca selengkapnya

Bab XII

Arsa dan Sia masuk ke dalam satu club yang berada di pusat kota. Awalnya Sia sedikit ragu untuk masuk ke dalam sana, tapi lelaki itu menggenggam tangannya dan tersenyum tulus ke arahnya seakan lelaki itu bilang kalau ia akan menjaganya. Club ini adalah tempat berkumpulnya Arsa serta teman-temannya, lelaki itu membawa Sia menuju di sudut ruangan, Satria yang melihat Arsa langsung melambaikan tangannya. Arsa.berjalan menuju ke arah mereka dan menyapa temannya, setelah itu memperkenalkan Sia kepada mereka, "Kenalin ini Athanasia, panggil aja Sia, di umurnya di bawah kalian semua," ucap Arsa. Sia tersenyum sambil menunduk kepalanya sedikit, "Halo," sapanya. Mereka langsung serempak menjawab. "Gue kayaknya lebih enak manggil Hana deh. Kenalin gue Satria," cetus Satria sambil mengulurkan tangannya ke arah Sia. Sia tersenyum manis, "Sia, eh kok tau Hana?" tanyanya. "Tentu dong, kita mutualan di twitter. Gue juga yang ngenalin Arsa sama lo," j
Baca selengkapnya

Bab XIII

Bunda yang baru pulang dari pasar menemani pembantu rumah tangganya belanja, terkejut saat ada sebuah mobil terparkir di depan rumahnya dan juga terlihat Satria sedang membawa barang Arsa keluar dan dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Tanpa berpikir panjang ia keluar dari mobil dan menanyakan sesuatu ke Satria, "Satria, ini kenapa?"Satria mengigit bibir bawahnya, tak lupa ia menyalimi tangan Ibunda Arsa tersebut, "Hm, anu Tante."Karena Satria tak kunjung menjawab pertanyaannya Diana masuk ke dalam kamar dan melihat Arsa sedang memasukkan baju ke dalam koper berwarna emas tersebut. Lantas Diana langsung menarik tangan Arsa, anak itu menepis tangan Diana."Kamu mau ngapain Sa, mau kemana?" tanya Diana yang menatap putranya itu agar memberinya penjelasan.Tapi Arsa tetap bungkam dan menghiraukan Diana yang terus-menerus melontarkan pertanyaan. Karena merasa dihiraukan, Diana langsung mengambil koper tersebut dan menyerakkan isinya. Arsa menatap tajam Bundany
Baca selengkapnya

Bab XIV

Laki-laki tersebut pagi-pagi sudah ada di depan gerbang rumah Sia, tak lupa menyapa Pak Udin yang tengah menyesap kopinya sambil bersenandung kecil, "Pagi, Pak Udin," sapanya.Pak Udin yang tadinya tengah menikmati pagi, tiba-tiba langsung menyemburkan kopinya karena terkejut melihat Arsa yang berada di luar gerbang seraya tersenyum tipis ke arahnya.Ia buru-buru keluar pos satpamnya dan menghampiri Arsa, "Ya ampun Mas Arsa teh ngapain disini lagi, ga jera sama yang kemarin?" ucapnya.Arsa menggeleng kecil. Pria tersebut menepuk keningnya, "Ya gusti, mending Mas pulang. Sebelum Pak Jhonny ataupun Tuan Brian keluar, soalnya Tuan Brian belum pergi kerja," jelasnya."Bagus dong Pak, sekalian saya mau minta izin sama beliau mau ajak anaknya keluar." Pria tersebut langsung menggeleng dan menyuruh Arsa lekas pergi, tapi lelaki itu tetap kekeuh dengan niat ingin menjahili Pak Udin tersebut."Pak Udin!" panggil seseorang, dengan kewalahan Pak Udin langsung
Baca selengkapnya

Bab XV

Laki-laki bertubuh bongsor itu seperti biasa sudah memarkirkan kendaraan di depan gerbang rumah Sia. Arsa memanggil Pak Udin yang tengah asyik mendengarkan lagu lewat earphone."Pak Udin!" panggilnya. Tapi tetap saja pria paruh baya itu tak mendengarkannya.Arsa berusaha memanggil Pak Udin, tetap saja pria tersebut tak mendengarnya, karena sudah lelah Arsa pun terpaksa memanjat pagar yang tinggi itu. Setelah memanjat ia pun segera pergi ke pos tempat Pak Udin berada.Pak Udin membelalakkan matanya saat melihat Arsa yang sudah berada di pintu posnya, "Lah, Mas Arsa kapan masuknya?" tanyanya sambil melepaskan earphone yang ia pakai."Barusan, Pak Udin terlalu asik menikmati lantunan lagu di earphone itu, sampai saya masuk saja Pak Udin tak tahu," jawabnya."Kalau saya bilang ke Om Brian, bagaimana?" timpalnya. Pak Udin langsung meminta maaf kepada Arsa dan janji tidak akan mengulanginya lagi, "Bercanda, Pak," ucapnya diiringi dengan tawa
Baca selengkapnya

Bab XVI

Sia sedang kesal dengan Arsa yang kemarin tanpa pamit meninggalkannya sendirian. Bagaimana bisa ia pulang dan menyuruh Om Johnny untuk menjemputnya. Masa bodoh sekarang, ia terlalu kesal dengan lelaki itu yang meninggalkannya sendirian tanpa sepatah kata.Flashback.Sia terkejut karena Arsa tiba-tiba mengangkat kepalanya dari bahunya, "Sa, kamu udah bangun."Sia melihat wajah Arsa yang pucat pasi langsung panik, "Tunggu, kamu pucat, ayo ke rumah sakit," cetus Sia dan memegangi wajah Arsa, tapi lelaki itu menepisnya.Arsa menggeleng dan segera bangkit, "Aku ke toilet sebentar," ucapnya dan meninggalkan Sia sendirian."Sa!" panggil Sia yang bingung karena lelaki itu pergi dengan niatan ke
Baca selengkapnya

Bab XVII

Arsa sudah janji untuk ke rumah sakit khususnya ruangan Dokter Daniel. Ia akan memberikan hasil usg hati Arsa, karena menurutnya ada sesuatu penting yang harus ia katakan kepada lelaki itu.Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan Dr. Daniel Yogaswara spesialis Hati. Tak lupa mengetuk dahulu dan masuk ke dalamnya. Dokter Daniel mengukir senyumnya dan menyuruh Arsa untuk duduk di kursi yang berada di depannya."Ini hasil usg hati kamu kemarin," ujar Dokter Daniel sambil memberikan foto hasil usg kemarin.Arsa menatap hasil usg tersebut dan menyunggingkan senyumnya tipis, "Ini apa, Dok?" tunjuknya, saat melihat sesuatu yang aneh di hatinya dan menatap ke arah Daniel yang menghela napas panjang.Daniel mengusap wajahnya dengan kasar, "Maaf, saya lalai dalam mengobati alcoholic fatty liver disease kamu, saya minta maaf, Arsa," jawabnya dengan mata berkaca-kaca.Arsa menggeleng dan tersenyum kepada Daniel, "Bukan salah dokter, jus
Baca selengkapnya

Bab XVIII

Sia berlari turun ke bawah saat melihat motor Arsa masuk ke perkarangan rumahnya. Dengan cepat Sia membuka pintu rumahnya, berlari ke arah Arsa dan memeluk pemuda itu. "Maaf tentang kemarin, aku yang salah. Maaf ya, Sa," gumamnya seraya memeluk tubuh lelaki itu dengan erat. Arsa menggeleng, "Bukan salah lo, gua aja yang terlalu emosi kemarin. Seharusnya gua yang harus minta maaf," ucapnya sembari mengusap rambut Sia. Sia melepaskan pelukannya, kemudian menggenggam tangan Arsa, "Ayo masuk, ada banyak hal yang perlu kamu tau," cetusnya sambil tersenyum manis ke arah Arsa. Arsa mengangguk, Sia langsung menarik tangan kekasihnya. Saat masuk ke dalam rumah, tak sengaja mereka berpapasan dengan Brian yang baru saja keluar dari kamarnya, "Pa! Aku mau ajak Arsa masuk ke kamar
Baca selengkapnya

Bab XIX

Jam menunjukkan pukul 09.30, Sia sudah bersiap untuk piknik di luar bersama Arsa menikmati bukit yang katanya bagus di wilayah tersebut. Sia menyetujuinya, kemana saja asal bersama Arsa, Sia siap ujarnya. Sesudah berpakaian dengan rapi, ia langsung turun ke bawah menghampiri Bi Jami yang sedang mengaduk kopi hitam, "Bi," panggil Sia sambil menyenggol lengan Bibi Jami. "Astaga Non, bikin kaget aja," ucapnya. Hampir saja air panas tidak tumpah ke tangan Bi Jami. Si empu hanya cengar-cengir melihatnya, "Bi, bikinin bekal dong," pinta Sia. Bi Jami lantas menoleh ke arahnya, "Untuk apa? Mau dibawa ke atas?"  Sia menggeleng cepat seraya mengambil ponselnya di saku celana dan memperlihatkan gambar makanan, "Bekal gini yang lucu-lucu gitu, buat aku bawa jalan-jalan bareng Arsa. Bisa ga, Bi?"  Bi Jami menjentikkan jarinya, "Ini mah kecil, gampang buat Bibi mah. Mau dibawa kapan?" Sia menepuk tangannya, "Wih Bibi hebat, kalau b
Baca selengkapnya

BAB XX

Sudah hampir seminggu Arsa tak kunjung muncul batang hidungnya. Terakhir kali mereka berkumpul di pesta wisuda Gibran, para sahabat Arsa pun begitu, berulang kali menelepon nomor Arsa karena lelaki itu tak ada di apartemen Satria, awalnya mereka mengira Arsa balik ke rumahnya tapi setelah 3 hari Arsa menghilang itu, Bunda Diana selaku ibu Arsa menelepon Satria untuk menanyakan kabar anaknya.Mereka sedang berkumpul di apartemen Satria."Arsa kemana coba dah, bikin khawatir anjing!" gerutu Satria sambil memijit kepalanya."Gua tanya-tanya ke setiap cewe yang dia deketin dan mereka bilang kalau Arsa sudah lama ghosting mereka dan malah ngeblok kontak mereka. Ah gila tu anak, kemana dah," jelas Radit menggaruk kepalanya frustasi.Gibran mengusap wajahnya kasar, "Mungkin dia nginep di ruma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status