Home / Romansa / Athanasia / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Athanasia: Chapter 21 - Chapter 30

61 Chapters

BAB XXI

Sia bersembunyi untuk menemui teman-teman Arsa yang sedang menunggu di kafe dekat rumahnya. Mereka sudah berjanji akan bertemu, untuk membahas tentang Arsa. Ia melewati tempat yang biasa ia lewati saat malam, kabur bersama Arsa. Tapi hari ini ia hanya bisa menatap sendu ke lubang tersebut dan akhirnya tanpa memikirkan apapun ia berhasil keluar, karena kalau ia terlalu lama membayangkan Arsa, bisa-bisa ia ketahuan dengan bodyguard Papa. Ia pun dengan cepat memberhentikan salah satu tukang ojek yang tak sengaja lewat di sana, "Mas tolong antar ke cafe Elegi." Awalnya tukang ojek itu terkejut saat tiba-tiba seorang gadis cantik menghalangi jalannya, hampir saja ia menabrak gadis itu kalau ia tidak cepat menarik rem motornya. Tukang ojek itu mengangguk dan melajukan motornya menuju arah yang disebutkan Sia. Tak perlu menunggu waktu lama untuk sampai di cafe yang letaknya hanya 7 menit dari rumahnya. Tak lupa memberi bayaran kepada tukang ojek yang sudah m
Read more

BAB XXII

Kabar Mira sedang mengandung anak Arsa pun sampai ke telinga Tama. Tama jujur malu, semua kliennya memutuskan hubungan dengannya lantaran karena latar belakang keluarganya yang acak-acakan dan juga anak brengsek itu.Tama masuk ke rumah dengan keadaan mata yang merah tajam dengan dasi yang sudah tak beraturan serta rambut yang berantakan."Dimana Arsa! Anak sialan itu, selalu saja berbuat masalah," pekik Tama. Diana yang sedang membantu pembantu di dapur terkejut mendengar teriakan sang suami.Ia melepaskan Apron yang ia gunakan dan dengan cepat melangkah menghampiri Tama yang sedang duduk sambil menyenderkan punggungnya, "Ada apa lagi si Yah, selalu saja tiap pulang kerja seperti ini," cetus Diana.Tama menoleh ke Diana, "Ada apa kata kamu?! Anak kamu itu selalu saja bikin masalah, an
Read more

BAB XXIII

Satria sudah mengirim lokasi atau cafe tempat Diana meminta bertemu dengan Mira. Satria enggan datang walau tadi disuruh Mira untuk menemani, karena ia tahu ini masalah pribadi Mira dengan Ibunda Arsa jadi Satria mempertemukan mereka berdua.Sebenarnya niat Satria mempertemukan Diana dan Mira untuk membuat Mira berhenti berbohong dan membuatnya kapok karena berulah seperti kemarin.Ia sudah menjelaskan semuanya kepada Ibunda Arsa, awalnya Diana marah besar karena gadis itu dengan seenaknya membuat berita seperti itu. Tapi entah kenapa saat ia melihat tubuh Mira yang sedang berbadan dua dan dengan susah berjalan, sebagai seorang Ibu tentu Diana juga merasakan itu.Tanpa seorang suami di sampingnya membuat Diana miris menatap Mira.Di depannya gadis itu sudah duduk sambil menyeka keringa
Read more

BAB XXIV

Tama menghukum satu persatu anak buahnya, ia melayangkan kepalan tangannya dan mengarahkannya ke bagian perut 5 orang yang sedang berdiri tegak di depannya."Bodoh! Mencari preman seperti itu saja tidak bisa, kerja kalian ini apa! Sebegitu susahnya mencari preman. Cari di bar ataupun tempat hiburan, anak itu pasti bersembunyi di sana," tutur Tama sambil mengacak rambutnya kasar."Maaf Pak, saya sudah mencari di seluruh tempat hiburan yang pernah dikunjungi oleh tuan muda. Tapi, selama sebulan ini tak ada satu orang pun yang melihatnya, Pak," jawab salah satu pemuda yang tengah berdiri tegak.Tama mendengus dingin, "Bukannya tak ada, tapi kalian mencarinya kurang teliti. Saya tunggu sampai besok, kalau anak bermasalah itu tidak ketemu. Saya akan turun tangan dan kalian semua dipecat. Camkan itu!" ketusnya dan mengangkat kakinya meninggalkan gedung kosong tersebut.Setelah keluar dari gedung kosong tersebut. Tama mendapatkan ponselnya berdering, hampir ia m
Read more

BAB XXV

Setelah kejadian kemarin, ia pingsan dan hari ini Arsa memaksakan diri untuk rawat jalan saja dari pada harus bermalam di rumah sakit. Namanya juga Dokter Daniel yang akan memaksanya menuruti perkataannya, tetapi pasiennya ini adalah Arsa anak yang keras kepala.Arsa menuju ke basement rumah sakit untuk mengambil motornya yang diparkiran oleh Daniel di sana. Tetapi ia merasakan ada yang janggal di sekitarnya dan ia juga mendengar langkah kaki dari tadi di belakangnya. Awalnya ia mengira orang tersebut berjalan ke arah yang sama.Tapi, saat Arsa memelankan langkahnya, orang di belakangnya juga mengikutinya. Ada yang tidak beres menurut Arsa.Saat ia memberhentikan langkahnya. Ia otomatis menoleh ke belakang dan melihat orang tersebut dengan sikap acuh melewatinya. Mungkin perasaan Arsa saja.Ia mengusap wajah sambil memejamkan matanya. Dengan perlahan Arsa membuka matanya, ia bertatapan dengan mata tajam seperti elang dan beberapa orang lainnya yang telah
Read more

BAB XXVI

Arsa duduk di halaman rumah sakit. Ia memijat keningnya. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi dan perkataan Dokter tadi membuatnya merenung. Flashback onArsa berlari memasuki rumah sakit dan menaruh Mira di salah satu ranjang pasien ruang UGD. Ia meminta perawat lekas memanggil Dokter. Tapi saat ia ingin pergi mencari Dokter yang berada di sekitar sana juga, tangannya dicekal oleh Mira, "Sa, anak aku ga bakal kenapa-kenapa kan?" tanyanya dengan mata yang sudah bengkak karena menangis sepanjang jalan ke rumah sakit.Arsa menggeleng, "Lo jangan mikir yang macem-macem. Gua panggil Dokternya dulu," ucap Arsa dan melepas tangan Mira.Dokter tersebut datang bersama perawat tadi dan langsung memeriksa Mira. Arsa menunggu di luar. Setelah menunggu beberapa menit, Dokter tersebut datang.Arsa langsung menghampirinya, "Bagaimana keadaannya, Dok?""Tidak terjadi apa-apa, cuma kontraksi dari bayinya karena sang Ibu stress dan itu membuat pe
Read more

BAB XXVII

Mereka berangkat bersama dengan mobil Satria. Setelah sampai di tempat tujuan, mereka semua turun dan berjalan masuk.Sebelum memasuki pintu masuk, Arsa berhenti dan membalikkan tubuhnya, "Kalian tunggu di sini, gua aja sendiri yang ke dalam. Ini masalah gua sama dia," celetuknya.Radit menggeleng, "Engga, kalau lo kenapa-napa nanti nambah ribet, mending salah satu dari kita temenin lo di dalam. Gua takut teman-temannya malah buat lo babak belur, sementara kondisi lo aja masih begini," jelasnya. Satria serta Gibran mengangguk menyetujui ucapan Radit.Arsa menghela napasnya, "Yaudah Dit, lo ikut gua. Satria dan Gibran, kalian tunggu di sini, jangan kemana-mana." Mereka berdua mengangguk mengikuti instruksi dari Arsa. Setelah itu, Arsa dan Radit masuk ke dalam Kelab Malam itu, suasana di sana sangat riuh dan juga suara musik yang mampu memekakkan telinga.Dengan santai mata Arsa fokus menyusuri setiap sudut ruangan di Kelab Malam tersebut. Kare
Read more

Bab XXVIII

Arsa : Lo di mana? Arsa : Gua mau ngejelasin semuanya Arsa : Mungkin memang terlambat Arsa : Tapi tolong beri kesempatan buat gua, sekali aja untuk menjelaskan semuanya. Arsa : Setelah itu, semuanya tergantung pada keputusan lo Arsa : Kalau lo minta gua buat ga lanjutin hubungan ini, gua akan terima apa adanya. Arsa : Gua mohon sama lo untuk jawab pesannya. Arsa : Dan satu pesan gua buat lo. Jangan pernah melawatkan jam makan.   Pesan singkat dari Arsa membuat Sia termenung memikirkannya.
Read more

Bab XXIX

Mira meminta bertemu dengan Sia. Sebenarnya sudah tak ada hal yang terkait dengan Sia, pikir gadis itu. Karena Sia sudah menjauhi Arsa sesuai kemauan gadis tersebut.Mira duduk seraya mengelus perutnya yang sudah besar. Sia datang mengedarkan pandangannya mencari sang empu, setelah memerlukan waktu 2 menit untuk mencari gadis itu. Sia menghampirinya dan mendudukkan bokongnya di kursi tepat depan gadis berambut sebahu itu."Datang juga lo, gue kira ga bakalan dateng karena ga mau melepaskan Arsa," ketus Mira dengan pandangan tajam ke arah Sia.Sia menghembuskan napasnya, seolah-olah ia lelah dengan gadis dihadapannya itu, "Berulang kali aku tegaskan kalau Arsa dan aku udah ga ada hubungannya lagi. Jadi berhenti menelepon terus," tuturnya.Mira menyunggingkan senyumnya, "Oh gitu, kenapa masih kontakan sama ayahnya Aurel," ucapnya dengan menekankan kata Ayah Aurel di kalimatnya."Segitu ngemisnya ya sama Arsa. Sampai kamu ngaku-ngaku kalau itu anak Ar
Read more

Bab XXX

Arsa berjalan cepat menuju tempat parkir meninggalkan Gibran yang berusaha menyusulnya dari belakang. Sesampainya di sana, Arsa membalikkan badannya dan melihat Gibran sedang mengatur napasnya, "Kunci," ucapnya kepada Gibran.Lelaki jangkung yang berusaha mengatur napasnya yang sudah tak karuan malah diajak berbicara oleh Arsa. Tanpa berpikir panjang Gibran melempar kunci mobilnya ke Arsa dan lelaki itu dengan cepat masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi setir. Gibran yang melihat itu menautkan kedua alisnya, " ...Bentar lo yang mau b-bawa mobil?" tanyanya dengan napas tersengal-sengal."Gua pinjem bentar. Lo bisa balik pesen taksi kan, gua buru-buru," cetusnya dan langsung menancapkan pedal gas meninggalkan sang pemilik di area parkiran dengan raut wajah bingungnya.Sedangkan Arsa, perasaannya tak karuan sekarang. Antara bingung dan kesal, kesal karena seharusnya ia tak langsung menuduh Sia tanpa bukti apapun. Ia kalut de
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status