Di sinilah aku, dan Alena sekarang. Di depan ruangan orang paling penting di perusahaan ini. Sudah sekitar lima menit sampai, baik aku maupun Alena, belum ada yang berani mengetuk pintu ruangan CEO. Aku menyuruh Alena supaya mengetuk pintu, dan masuk duluan, namun dia menolak, dan malah balik menyuruhku. "Udah, deh, Bismillah aja, semoga kita nggak dimarahin," ucapku. "Tapi, feeling gue nggak enak, La. Jangan-jangan bener kalau pak Gaza mau marahin kita, gara-gara tadi kita ngomong kek gitu ke Lashira." Alena tampak gusar. "Kan yang ngomong gitu ke Lashira, itu lo. Gue nggak." "Tapi kan kita tadi barengan pas ketemu sama Lashira." Menghembuskan napas kasar, aku menyudahi adu pendapat dengan Alena. "Ya udahlah, ayo masuk aja. Udah sore ini. Persetan nanti dimarahin kek, dihukum kek, bahkan dikasih SP juga bodo amat." "Ya, lo duluan sana yang masuk." Alena mendorong tubuhku ke arah
Read more