Home / Romansa / ADDIVA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of ADDIVA: Chapter 31 - Chapter 40

84 Chapters

30. Taman

Setelah acara tahunan kemarin, murid-murid diliburkan satu hari. Dengan tujuan agar mereka bisa beristirahat setelah acara, yang otomatis menguras energi.Diva sedari tadi hanya berguling-guling di atas kasurnya. Gabut melanda, dia bingung mau ngapain."Adit kok enggak chat sih," gumamnya melihat hp untuk yang kesekian kalinya. Sedari tadi dia mengecek siapa tahu ada chat dari Adit yang mengajaknya jalan. Karena sudah terlalu bosan, Diva berlari menuju kamar sang Abang berada."Abang," panggil Diva dengan menyembulkan kepalanya."Apa?" tanya Abang Justin yang sedang duduk di kursi belajar."Main yuk!" ajak Diva memelas."Mau ke taman aja?" tanya Abang Justin.Diva mengangguk semangat. "Boleh." Yang kemudian berlari ke kamarnya untuk berganti pakaian.Abang Justin menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik satu-satunya itu."MAMA," panggil Diva berteriak."Ada apa, Sayang?" tanya Mama Githa yang baru
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

31. Bertemu

"Hai," Diva menepuk pundak seseorang yang sedang bercanda dengan orang lain di atas ayunan.Keduanya menoleh dengan raut muka yang berbeda. Seseorang yang Diva tepuk tadi badannya seakan kaku, sedangkan satunya lagi menatap tidak suka ke arah Diva."Kamu ngapain disini?" tanya Diva lembut."Gue main," jawab seseorang itu singkat."Gue? Sejak kapan kamu menggunakan kata gue, Adit?" tanya Diva mencoba tenang.Ya, seseorang yang Diva kenal itu adalah Adit. Kekasihnya yang sedang berduaan dengan wanita lain."Adit, dia siapa?" tanya perempuan yang berada disebelah Adit dengan raut polosnya."Teman aku," jawab Adit lembut.Diva menatap tidak percaya ke arah Adit. Apa tadi dia bilang? Teman? Lalu hubungan mereka mau dikemanakan? Dan kenapa Adit berbicara menggunakan aku kepada dia, sedangkan dengan dirinya menggunakan gue?"Tema
last updateLast Updated : 2021-07-06
Read more

32. Menutupi Sesuatu

"Adek, kenapa belum berangkat?" tanya Papa Afnan. Dirinya baru saja keluar untuk berangkat ke kantor dan mendapati Diva yang masih duduk di bangku depan rumah, padahal hari sudah semakin siang."Diva nunggu Adit, Pa," jawab Diva tersenyum."Ini sudah siang. Ayo sama Papa aja, mungkin Adit lagi ada halangan di jalan," ucap Papa Afnan.Mendengar ucapan Papanya, Diva melihat jam tangannya. Ternyata benar, hari sudah semakin siang. Tidak terasa dirinya menunggu Adit sudah satu jam dan Adit tidak kunjung datang. Tadi sebenarnya dia diajak berangkat bersama Abang Justin, namun karena semalam Adit bilang ingin menjemputnya jadi dia menolak."Ayo, Sayang. Nanti kamu terlambat loh," desak Papa Afnan yang tidak tega melihat putrinya menunggu.Diva mengangguk menyetujui. "Iya, Pa."Seperti biasa, selama perjalanan tidak pernah hening jika satu mobil bersama Diva. Dia menceritakan apa
last updateLast Updated : 2021-07-07
Read more

33. Karin

Tidak ada yang lebih menyakitkan saat kita melihat kekasih sendiri sedang menyuapi wanita lain, sekalipun itu adalah sahabatnya. Yang membuat Diva hampir menangis adalah karena melihat Adit yang berduaan dengan perempuan yang sama seperti di taman kemarin."Va, lo mau kemana?" tanya Mira mencekal pergelangan tangan Diva."Bentar ya," ucap Diva tersenyum kemudian berjalan menghampiri meja inti danger."Hai," sapa Diva ceria.Ketiga sahabat Adit langsung mendongak saat mendengar suara yang begitu familiar."Hai, Cantik," sahut Bara dengan semangat begitupun Revan dan Daniel. Mereka layaknya bunga layu yang baru saja disiram."Sini duduk, Va," ucap Daniel menepuk kursi kosong di sebelahnya dan itu berhadapan dengan Adit.Diva mengangguk dan mendudukkan dirinya. Namun, pandangan matanya tidak lepas dari kedua sejoli yang asik dengan dunianya sendiri. Seakan-ak
last updateLast Updated : 2021-07-08
Read more

34. Drama Queen

"Adit!" teriak Karin yang menghentikan pertengkaran antara Adit dan Revan. Saat Adit menoleh ternyata Karin sudah duduk di lantai."Kamu kenapa?" Adit dengan sigap membantu Karin berdiri.Diva dan yang lain hanya memperhatikan apa yang dilakukan keduanya. Hati Diva seakan teriris saat mendengar nada bicara Adit yang begitu lembut, berbeda saat berbicara dengan dirinya tadi. Ada sedikit rasa iri di hati Diva, ingin sekali dia berada di posisi Karin. Jika menjadi sahabat bisa diprioritaskan, dia dengan senang hati lebih memilih menjadi sahabat Adit daripada pacar."Aku didorong, Adit," cicit Karin dengan air mata buayanyaMira langsung memalingkan muka, muak dengan drama sepasang sahabat yang berada di hadapannya ini."Siapa?" tanya Adit menatap tajam ke arah sahabatnya.Mereka kompak menggelengkan kepalanya. Karena mereka memang tidak berbuat apa pun sama Karin. "Adit, sakit," rengek Karin."Gue tanya sekali lagi. Siapa?"
last updateLast Updated : 2021-07-09
Read more

35. Kedai Es Krim

Wajar saja jika seorang sahabat tidak ingin terjadi sesuatu kepada sahabatnya. Mereka terlalu takut untuk melihat salah satu sahabatnya terluka. Dan itu semua yang dirasakan oleh ketiga sahabat Diva. Sewaktu di kantin yang keadaannya banyak orang saja Adit berani berbicara kasar kepada Diva, apalagi sekarang yang hanya berdua.Setelah dibujuk, mereka menjadi yakin untuk meninggalkan Diva bersama Adit."Ada apa?" tanya Diva saat Adit tidak kunjung membuka suara."Aku mau minta maaf," ucap Adit bersungguh-sungguh.Diva menatap mata Adit, berusaha mencari kebohongan. Namun, yang dia dapat adalah sebuah ketulusan dan penyesalan."Karin dimana?" tanya Diva."Kenapa tanya karin?""Kalau ada karin kamu enggak akan ngomong halus seperti ini." Diva sama sekali tidak bermaksud menyindir. Namun memang itu kenyataannya bukan?"Maaf, Va. Karin masih be
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

36. Bayi Singa

"Sekarang kamu boleh ketawa, tetapi jangan keras-keras ya," bisik Diva. Adit menjauhkan kepalanya dari Diva. Merasa geli saat embusan napas Diva tepat di telinganya. "Kenapa?" tanya Diva bingung ketika Adit menggosok-gosok telinganya. "Geli, Va," jawab Adit. "Padahal aku belum selesai ngomong loh," ujar Diva seraya duduk di hadapan Adit. "Kamu enggak bisu, Va. Ngomong biasa aja, enggak usah bisik-bisik segala. Geli!" gerutu Adit. Bukannya merasa kesal, Diva justru tertawa keras. Menurutnya, Adit sangat lucu jika menggerutu seperti itu. Dia memang sengaja mengembuskan napasnya di telinga Adit, untuk mengetes Adit mudah geli atau tidak. Ternyata Adit sangat parah. "Ketawa aja terus sampai ngompol." Adit melirik Diva sinis, rasa kesalnya menambah dua kali lipat. Bukannya meminta maaf, malah tertawa. Kelihatan sekali kalau Diva mengejeknya.
last updateLast Updated : 2021-07-11
Read more

37. Teror

"WOI!" Diva melepaskan pelukannya dengan kesal, sangat mengganggu. "KITA KHAWATIR DAN KALIAN DENGAN TENANGNYA PELUKAN?" Rupanya yang berteriak adalah Abang Justin. Diva mendengkus kesal, abangnya itu tidak tahu kondisi saja. Dengan langkah lebar Abang Justin menghampiri Diva yang memanyunkan bibirnya."Jangan gitu mukanya," tegur Adit."Kesal. Lagi enak peluk kamu juga." Muka Diva semakin tertekuk lucu."Kamu ini, kita khawatir karena kamu belum pulang. Malah pelukan disini, ayo masuk," ajak Abang Justin menarik tangan Diva."Lo enggak mau masuk?" tanya Abang Justin kepada Adit. Meskipun dia sedang kesal dengan sepasang kekasih ini, namun dia masih memiliki rasa sopan. Apalagi Adit sudah mengantarkan Diva pulang dengan selamat. "Maaf, Bang. Gue langsung pulang aja, nitip salam buat om dan Tante," jawab Adit datar namun sopan."Oke. Makasih ya," ucap Abang Justin menarik Diva untuk masuk."B
last updateLast Updated : 2021-07-12
Read more

38. Sakit

Saat ini Diva sedang tertidur pulas setelah meminum obat penurun panas. Tadi setelah mengetahui bahwa Diva demam, Mama Githa langsung mengambil obat sebelum panasnya semakin tinggi.Papa Afnan dan Abang Justin sedang berada di ruang kerja, membahas surat teror tadi."Pa, isi suratnya?" tanya Abang Justin penasaran."Kamu baca aja sendiri." Papa Afnan menyodorkan kertas yang terdapat noda darah itu ke Abang Justin.Dengan menahan mual, Abang Justin mengambil surat itu. Siapa yang tidak akan mual jika mencium aroma darah yang begitu menyengat.Tangan Abang Justin yang memegang surat menjadi bergetar setelah membaca tulisan yang ada disana. Di takut, kenapa adik kecilnya harus mengalami hal seperti ini? "Pa." Suara Abang Justin seakan tercekat di tenggorokan. Surat ini lebih mengerikan dibandingkan dengan isi kotak hitam tadi."Papa juga sama takutnya, Bang. Mulai sekarang kita harus menjaga Diva lebih ketat," ucap Papa Afnan yang
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

39. Keras Kepala

"Sayang!" Mereka berempat melerai pelukannya, menoleh ke arah pintu yang terdapat Papa Afnan dan Abang Justin dengan napas naik turun. Tidak lupa juga di wajah keduanya tersirat kepanikan. Tadi sewaktu berunding di ruang kerja, Papa Afnan tidak sengaja melihat cctv yang memperlihatkan Diva menangis histeris, alhasil mereka berlari kencang untuk melihat keadaan Diva. Mereka khawatir dan takut terjadi sesuatu dengan putri kesayangan keluarga purnama itu."Sayang," panggil Papa Afnan berjalan mendekati Diva yang masih sesenggukan.Diva tidak menjawab melainkan langsung memeluk tubuh kekar sang Papa, super heronya. Dia selalu merasa aman dan nyaman jika berada di dekapan keluarganya. "Cup cup, jangan nangis terus nanti sesak," ucap Papa Afnan mengelus punggung Diva lembut.Brak!"Diva kenapa?" tanya Mama Githa panik yang memasuki kamar dengan membanting pintu."Ma, kaget tahu." Mama Githa tidak mempedulikan ucapan
last updateLast Updated : 2021-07-14
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status