Home / Romansa / ADDIVA / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of ADDIVA: Chapter 51 - Chapter 60

84 Chapters

50. Rooftop

Melihat Adit yang terjatuh akibat dipukul dari belakang oleh salah satu orang yang berbaju hitam, membuat Abang Justin bergegas menghampirinya. Mereka hanya bisa menoleh sekilas ke arah Adit karena pertarungan masih berlangsung, tetapi di dalam hati mereka berdo'a semoga Adit baik-baik saja."Dit, bangun!"Adit mengerjapkan matanya beberapa kali, kepalanya terasa begitu pening."Gue tahu lo kuat," ucap Abang Justin.Adit mengangguk, kemudian berdiri secara perlahan dengan di bantu Abang Justin. Setelah Adit berdiri dengan sempurna, mereka berdua kembali berkelahi dengan orang berbaju hitam itu.Setelah hampir 2 jam mereka habiskan untuk bertarung, akhirnya pihak lawan tumbang semua. Dengan napas yang tidak beraturan, sahabat Adit serta sahabat Diva melangkah mendekat, berkumpul menjadi satu. Wajah mereka semua terdapat luka, bahkan beberapa ada yang keluar darah."Dit, beberapa anggota ada yang tumbang, mereka hanya pingsan," ucap Daniel mem
last updateLast Updated : 2021-07-28
Read more

51. Koma

Lorong rumah sakit begitu ramai, derap langkah kaki saling bersahutan, berlari dengan wajah panik serta air mata yang mengalir deras. Mereka adalah orang tua Adit dan Diva. Setelah mendapat kabar bahwa Adit dan Diva terjun dari rooftop, mereka segera berangkat menuju rumah sakit. Orang tua mana yang tidak kaget, jika mendengar berita kalau anaknya jatuh dari rooftop. Semuanya syok, tidak menyangka kalau akan terjadi hal seperti ini. "Adit sama Diva mana?" tanya Bunda Desi setelah sampai di depan ruang UGD. "Masih di tangani, Tan," jawab Daniel. "Duduk dulu, Bun!" ajak Ayah Aryo menuntun Bunda Desi untuk duduk. Mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing, di dalam hati mereka terus berdo'a untuk keselamatan Adit dan Diva. Mama Githa yang terlalu shock sampai jatuh pingsan, membuat tangis ketiga sahabat Diva semakin keras. Mereka tahu apa yang dirasakan Mama Githa, apalagi Diva merupakan anak perempuan satu-satunya. "Diva akan baik-baik aja 'ka
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

52. Singapura

Seseorang yang Diva panggil, langsung mendongakkan kepalanya. "Ngapain lo disini, Karin?" tanya Diva datar. Ya, ternyata seseorang yang duduk di samping Ayah Aryo adalah Karin. Sahabat Adit dan sekaligus duri di dalam hubungannya. "Memangnya enggak boleh?" tanya Karin melirik Diva sinis. "Diva, mau ketemu Adit ya?" tanya Bunda Desi menyela, dia tidak mau ada keributan disini. Walaupun sebenarnya sedari tadi dia sudah gedek ingin mencakar wajah Karin. "Iya, Bunda," jawab Diva. Karin yang melihat cara bicara Bunda Desi pun menjadi kesal. Sedari tadi, mereka tidak ada yang mengajaknya berbicara. Sekalipun ada, nada bicara mereka akan ketus, tidak seperti kepada Diva yang lemah lembut. Gue akan balas lo, Va, Batin Karin tersenyum miring. "Pa, Adit," ucap Diva meminta Papa Afnan mendorong kursi rodanya mendekati pintu ruangan Adit. Papa Afnan me
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

53. Ayo Dance!

"Lo ngomong apa, Bar?" tanya Revan yang samar-samar mendengar ucapan Bara. "Itu ... hidungnya Diva keluar darah," jawab Bara menunjuk darah yang menetes ke lantai. Mendengar ucapan Bara, sontak semuanya langsung mengalihkan pandangannya ke arah Diva yang memejamkan matanya. "Nak," panggil Mama Githa menepuk pipi Diva pelan. "Bawa ke ruangannya, Bang!" perintah Papa Afnan cemas. Dia takut terjadi apa-apa dengan Diva. Apalagi Diva yang baru saja sadar dan langsung mendapat kabar tentang Adit. Tanpa berkata apa pun, Abang Justin langsung berlari kencang, tetapi tetap hati-hati dan diikuti Papa Afnan dan Mama Githa. Sahabat Diva dan Adit yang baru saja akan menyusul, langsung menghentikan langkahnya kala mendengar ucapan dari Karin. "Itu karma karena sudah mengambil Adit dari gue," ucap Karin tersenyum puas. "Karma? Seharusnya yang dapat karma itu lo, karena sudah menjadi orang ketiga di hubungan Adit dan Diva. Lagian dulu lo nolak Adit 'k
last updateLast Updated : 2021-07-31
Read more

54. Hati Gue Sepi

Mereka menjadi terdiam dengan kepala yang menunduk, merasa bersalah. Mereka tidak ada pikiran sampai sejauh itu. Jika tahu begini, mungkin mereka akan mengiyakan ajakan Diva tanpa berpikir dua kali."Sorry, Va. Kita enggak tahu," sesal Mira menatap Diva dengan raut sendunya. Dia terus merutuki dirinya sendiri yang kalau berbicara suka asal ceplos.Dada Diva menjadi sesak, air matanya berlomba-lomba untuk keluar. "Apa kalian pikir, gue mau dance itu cuma untuk have fun aja?""Dek, sudah. Mereka lagi capek, belum istirahat dari tadi. Kamu tidur aja yuk!" ajak Abang Justin melerai."Maaf," ucap Diva menghapus air matanya lalu berbaring. Mungkin dengan tidur bisa menenangkan hati dan pikirannya.Setelah memastikan bahwa Diva sudah tertidur lelap, Abang Justin berjalan menuju sofa, tempat para sahabat adiknya berada. Dia merasa tidak enak, padahal mereka telah membantu dia menyelamatkan Diva."Obati dulu luka kalian dan maaf karena ucapan Diva ta
last updateLast Updated : 2021-08-02
Read more

55. Sekolah

Sudah terhitung satu minggu sejak Diva keluar dari rumah sakit. Semuanya berjalan dengan lancar, sekolah seperti biasa. Namun, yang membedakan adalah tidak ada Adit dan Karin disekitar mereka. Jika Adit masih berada di Singapura, berbeda dengan Karin yang hilang seperti ditelan bumi."Va," panggil Tika. Saat ini mereka sedang berada di sekolah, lebih tepatnya di dalam kelas. Tadi, mereka berangkat terlalu pagi. Itu semua karena Mira yang mengajak berangkat bersama dan menjemput mereka satu-persatu. Kalau kata Mira sih, dia kangen kebersamaan mereka berempat. Jika dulu mereka kemana-mana selalu bersama, berbeda dengan sekarang yang berkumpul hanya ketika di sekolah saja. Apalagi setelah kejadian Diva kemarin, mereka jadi dilarang main."Apa?" tanya Diva yang tersadar dari lamunannya."Lo mikirin apa sih?" tanya Mira penasaran karena sedari tadi Diva terus melamun. Bahkan, ketika mereka berbicara Diva hanya merespon seperlunya, setelah itu kembali melamun. Diva se
last updateLast Updated : 2021-08-04
Read more

56. Tidak Kenal

Mereka semua langsung memusatkan fokusnya ke seseorang yang tiba-tiba berdiri di samping Adit. Bahkan Diva sampai membulatkan matanya tidak percaya. Karin, seseorang yang selama seminggu ini tidak ada kabarnya dan sekarang tiba-tiba datang bersama Adit. Apa Karin memang menyusul ke Singapura?"Heh, lo kenapa bisa sama Adit?" tanya Mira mewakili yang lain."Memangnya ada yang salah?" tanya Karin angkuh."Ya salah, dia itu sudah punya pacar," sahut Tika kesal."Oh ya? Coba kalian tanya sendiri sama Adit." Karin menyunggingkan senyum miringnya."Adit, kenapa kamu bisa berangkat sama Karin?" tanya Diva menatap lekat mata tajam Adit."Pacar," jawab Adit singkat.Tubuhnya mematung sejenak. Pasokan oksigen di sekitarnya seakan menipis. Pandangannya mulai memburam, karena air mata yang berlomba-lomba untuk keluar."Maksud kamu apa? Pacar kamu itu
last updateLast Updated : 2021-08-06
Read more

57. Adit Amnesia

Suara dehaman seseorang membuat mereka langsung menoleh, terutama Diva yang sedang meyakinkan Adit."Lo kalau mau deham bisa lihat kondisi enggak sih?" tanya Diva kesal kepada seseorang yang menurutnya pengganggu dan orang itu adalah Bara."Kok gue sih?" tanya Bara yang tidak terima. Sedangkan Revan dan Daniel yang memang berada di sebelah Bara hanya bisa menahan tawa. Tadi mereka berdua sudah mengingatkan Bara untuk tidak menganggu, tetapi dengan entengnya Bara bilang bahwa dia ingin menjadi host, gila memang."Ya memang salah lo. Gue itu lagi ngomong sama Adit dan dengan seenaknya lo nyela. Kalau mau gabung ya diam, cukup perhatikan, enggak usah pakai deham-deham segala," sungut Diva dengan wajah yang mulai memerah karena emosi. Seharian ini Diva sensitif karena Adit tidak mengenalinya, wajar saja kalau ada yang berbuat salah sedikit saja langsung berkobar."Bar, minta maaf!" perintah Daniel menyenggol l
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

58. Cemburu

Ternyata yang datang adalah Adit dan Karin. Mereka langsung menoleh ke arah Diva yang terpaku pada tautan tangan kedua sejoli itu. Kenapa tangan mereka seakan ada lemnya? Terlihat begitu nyaman dan tidak rela untuk dilepas."Kamu kenapa ikut kesini?" tanya Bunda Desi mencoba mencairkan suasana, apalagi setelah melihat tatapan mata Diva yang mengisyaratkan kecemburuan. Dia tidak tega, lagi pula perempuan mana yang akan sanggup melihat kekasihnya berpegangan tangan dengan perempuan lain, tepat di hadapannya."Saya masih kangen sama Adit, Tan," jawab Karin dengan nada manjanya."Heh, Ulat bulu. Seharian di sekolah memang enggak cukup ya? Apalagi itu tangannya sudah mirip cicak, nempel ke tembok terus," ketus Tika menatap tidak suka ke arah Karin. Sejak pertama kali datang, dia sudah tidak suka dengan Karin.Bara dan Revan menundukkan kepalanya menahan tawa, begitu pula dengan Bunda Desi. Ucapan Tika sangat jujur, sangat mewakili mereka."Adit, dia nga
last updateLast Updated : 2021-08-10
Read more

59. Tidak Percaya

"Jaga ucapan kamu, Adit!" teriak Bunda Desi kesal. Kenapa anaknya menjadi seperti ini? Semua ini pasti ada hubungannya dengan Karin."Bun, enggak papa. Diva memang aneh kok, aneh karena masih mencintai Adit yang jelas-jelas menggoreskan luka paling dalam di hati. Adit, saat ini kamu memang tidak mengingat aku, karena kamu amnesia. Namun itu hanya sementara, suatu saat akan kembali dan aku pastikan kamu menyesal telah mengatakan kalau aku perempuan aneh, murahan yang mau merusak hubungan orang," ucap Diva panjang lebar, bibirnya bergetar menahan tangis yang akan pecah."Bun, Diva pulang dulu ya," pamit Diva mencium punggung tangan Bunda Desi. Kemudian mengambil tasnya yang berada di sofa dan berjalan cepat keluar dari rumah Adit. Dia tidak tahan jika harus berlama-lama disana. Cintanya pada Adit memang masih utuh, tidak berkurang secuil pun. Namun ketika mendengar ucapan Adit, hatinya merasa sakit. Meskipun dia terkenal dengan kesabarannya, tetapi dia juga manusia, sama
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status