Semua Bab Love in The Game (INDONESIA): Bab 31 - Bab 40

131 Bab

The Way to Hera's Garden

“Bagaimana cara mendaratkan benda ini?” tanya Claire.“Hmmm... Mendaratlah wahai Angin Notus?” ujar Leon dengan nada tidak yakin.Mereka menunggu beberapa saat, namun tidak ada yang terjadi.“Tadi itu sangat menggelikan,” ujar Claire sambil tertawa dengan nada menyindir. Karakter Eris membuatnya tak tahan untuk tak menyindir.Namun tiba-tiba, awan yang mereka naiki turun perlahan menuju tepian jurang. Suara gemericik air mulai terdengar saat mereka sudah berada di mulut jurang, meskipun tidak terlihat dari mana. Jurang itu terlihat begitu dalam dan gelap, tidak ada yang tahu seberapa dalamnya jurang tersebut. Awan dari angin Notus itu tiba-tiba menghilang setelah mereka mendarat.“Mereka bilang kebun buah milik Hera berada di balik air terjun yang ada di dalam jurang ini, kan?” tanya Claire.“Betul,” jawab Leon.“Lalu bagaimana cara kita masuk ke dalam jurang ini dan me
Baca selengkapnya

Snakes

Guncangan terasa semakin kuat dan bebatuan mulai jatuh entah dari mana. Claire mulai panik, begitu pula Leon. Pria itu hanya berpegangan pada serabut halus awan tempatnya berada. Claire berkonsentrasi, ia tidak punya banyak waktu. Ia kemudian merasakan kekuatan Notus mulai mengaliri dirinya dan seketika tubuhnya terasa lebih ringan.Claire membuka matanya yang kini bersinar kehijauan. Ia kemudian terbang melesat bagai angin ke arah air terjun. Ia berputar-putar mencari ke sekeliling air terjun itu ke arah atas dan bawah, namun ia tidak melihat sedikitpun ruangan yang dimaksudkan para Graeae. Ia mencoba mencari lebih ke bawah dan tiba-tiba ia merasakan angin dari balik air terjun itu.Claire menemukannya! Ada sebuah lorong gelap kecil di balik air terjun itu. Ia mencoba melesat kembali ke arah Leon berada. Namun bebatuan mulai berjatuhan ke bawah. Leon sedang menghancurkan bebatuan yang menghujani dirinya dengan pedang Perseus. Pedang itu berwarna keemasan bersinar dala
Baca selengkapnya

Ladon

“Leon, jangan bercanda!” seru Claire.“Percayalah, Claire, aku sama sekali tidak berminat bercanda,” jawab Leon.“Shit! Gambar apa saja yang ada di sana?” tanya Claire.“Gambar tameng, cermin, pedang, sepatu, dan yang terakhir gambar baju zirah,” jawab Leon“Tameng dan cermin sudah terpilih tadi. Tidak mungkin dua kali, kan?” tanya Claire.“Kamu benar, coret tameng dan cermin. Berarti tinggal pedang, sepatu, dan baju zirah,” jawab Leon.“Pedang... Perseus sudah punya pedang andalannya, bukan? Apakah mungkin dia menggunakan pedang lain?” tanya Claire.“Masuk akal... Jika kita mencoret pedang, berarti pilihannya tinggal sepatu dan baju zirah,” jawab Leon.“Sepatu dan baju zirah... Keduanya Perseus juga sudah punya. Ah sial!” seru Claire mengumpat.“Tunggu... sepatu itu modelnya sedikit aneh, tapi bukankah baju
Baca selengkapnya

Hesperides

Claire berteriak saat tubuhnya terjun bebas ke tanah. Leon berusaha menggapai tangannya, tapi percuma saja sebab Leon juga sedang terjun bebas bersama Claire. Mereka bersiap kehilangan satu nyawa lagi sebelum tiba-tiba sekelebatan cahaya putih bergerak cepat di bawah mereka. Claire dan Leon merasakan tangan-tangan halus memeluk mereka dari belakang lalu mereka dibawa melayang dan melesat cepat di udara.“Hesperides... Jangan halangi aku!” kata seratus kepala Ladon bersamaan. Suaranya yang berat, dalam, dan sedikit serak bergema di seluruh taman.Saat mereka berhenti melayang dan mendarat ke tanah, Claire dan Leon baru menyadari kalau mereka telah diselamatkan oleh empat wanita cantik berkulit putih dengan tubuh harum bunga-bungaan. Mereka semua bergaun putih tipis melayang dengan aksen floral yang indah.“Mereka berdua adalah tamu kami, Ladon!” seru salah seorang dari mereka. Rambutnya coklat gelap sewarna dengan tanah, matanya hijau sewa
Baca selengkapnya

The Battle

“Stop it!” seru Leon sambil menghindar dari serangan pedang empat Hesperides yang mendendam itu.Namun nampaknya, para Hesperides itu tetap menyerang Leon yang masih dalam keadaan birahi. Leon melompat ke belakang sofa sambil mengumpulkan konsentrasinya dan mengambil pedangnya. Entah apa yang dilakukan Perseus pada mereka sebenarnya, Leon tidak pernah membaca sesuatu seperti itu dalam mitologi Yunani.Seperti yang diduga Leon, para Hesperides itu melompat dan menghunuskan pedangnya ke belakang sofa. Leon sudah bersiap sekarang. Ia menangkis empat pedang itu sekaligus dan membuat para Hesperides terjatuh mundur.“Kita bisa bicarakan semua ini dengan baik-baik!” seru Leon.Tapi, ini sebuah game. Negosiasi tidak bisa dilakukan semudah itu. Terkadang Leon melupakan hal penting seperti itu sebab semuanya terasa dan terlihat nyata. Para Hesperides mengepungnya dari empat penjuru dan mereka menyerang secara bersamaan. Leon melompat tinggi
Baca selengkapnya

Escaping The Dragon

Leon benar-benar melihat mata salah satu kepala Ladon mengikuti gerak tubuhnya. Jantung Leon berdebar kencang ketika Ladon mulai membuka mulutnya dan menyemburkan api ke arah Leon. Leon tahu, ia tidak akan bisa menghindari api itu dan sudah terlalu terlambat untuk mengeluarkan tameng yang seharusnya ia persiapkan sedari tadi.Namun tiba-tiba, Leon merasakan hembusan angin kencang datang hampir bersamaan dengan semburan api. Angin itu berasal dari arah yang berlawanan dengan kepala Ladon. Meskipun angin membuat api semakin besar, tetapi ia meniupnya kembali ke arah kepala Ladon, memberikan sedikit kesempatan untuk Leon menghindar.Leon sempat menoleh dan melihat Claire yang sudah terbang melesat. Leon bisa menebak siapa yang membuat hembusan angin kencang tadi. Sambil berlari, Leon membuka kotak peralatan digitalnya dan mengambil tameng. Dalam sekejap, tameng itu sudah berada di tangannya. Dengan tangkas ia berlari, namun tidak mudah melewati naga dengan kepala seratus.
Baca selengkapnya

Pilihan

Seketika setelah teriakan Leon terdengar mengalahkan bisingnya badai. Petir besar turun dari langit dan menyambar Ladon hingga naga itu menjerit dengan puluhan kepalanya yang masih tersisa.“Thunder!!” seru Leon sekali lagi pada langit.Lalu langit menurunkan petir yang jauh lebih besar dibandingkan yang pertama ke tubuh Ladon membuat naga itu jatuh berdebam ke tanah. Langit perlahan-lahan mulai menjadi cerah dan pusaran angin mulai menghilang.“Claire!! Dimana kamu?” panggil Leon sambil turun bersama pusaran angin yang hampir menghilang.Leon kemudian melihat tubuh Claire mulai nampak melayang lemah di pusaran angin yang memudar. Ia menutup matanya, tampaknya tidak sadarkan diri. Dengan kekuatan yang tersisa, Leon menangkap tubuh Claire dan kemudian mendarat ke tanah.Di hadapan mereka, Ladon terbaring tak berdaya di atas tanah. Tapi tidak seperti yang lain, ia tidak berkedip lalu menghilang. Suara napas dari puluhan kepala
Baca selengkapnya

Apa yang Kamu Takutkan?

Seketika bulu kuduk Leon meremang setelah mendengar pertanyaan dari Dolos tersebut. Apa yang ia takutkan? Apa maksud Dolos saat berkata bahwa ia sudah melihatnya? Namun sebelum Leon sempat bertanya, ia merasa dirinya sudah berada di tempat yang lain. Dimensi di sekelilingnya berubah.Leon kini berada di sebuah ruangan yang terasa tidak asing. Ruangan putih yang seluruhnya empuk, mulai dari lantai hingga dinding-dindingnya dilapisi dengan semacam busa tebal berwarna putih bersih. Leon memakai pakaian serba putih dengan jaket putih yang menyilangkan tangannya ke depan dada lalu diikat ke punggungnya. Jaket untuk menenangkan orang tidak waras.“No!” teriak Leon.Dia tidak ingin kembali kesini. Suara-suara itu kembali berbisik di telinganya.'Kenapa kamu tidak menyelamatkan ibu, nak? Leon dimana kamu?'Suara ibunya terdengar berbisik di telinganya.“Ibu? Ibu?” tanya Leon bingung sambil berputar-putar melihat ke s
Baca selengkapnya

The Halucination

‘Kamu membunuhku, Leon! Kenapa kamu membunuhku!’”Tidak! Ibu menghilang saat kita sedang bermain game! Aku tidak membunuhmu!” seru Leon sambil memejamkan kedua matanya, berusaha agar suara-suara yang mengganggunya itu hilang.Suara-suara yang sudah ia lupakan itu kembali lagi sama seperti lima tahun yang lalu setelah Leon menetap di rumah sakit jiwa. Ia mulai mendengar suara-suara yang menyalahkannya. Leon saat itu mulai meragukan kenyataan yang selama ini ia percaya. Ia mulai meragukan kalau ibunya benar-benar menghilang. Ia mulai sedikit mempercayai cerita kalau dialah yang membunuh ibunya.Kini segala perasaan itu kembali. Leon tidak bisa menangis, seolah-olah bola matanya sudah kering. Mungkin jika sebutir saja air mata Leon bisa keluar dari salah satu bola matanya, rasa sakit di hatinya bisa tersalurkan sedikit saja. Tapi tidak ada sedikitpun air mata yang mengalir dari bola matanya.Tiba-tiba dimensi di sekeliling Le
Baca selengkapnya

The Right Potion

“Claire! Bertahanlah!” seru Leon.“Botol yang tepat akan menyembuhkan Eris,” kata Dolos lagi mengulangi kata-katanya.Leon tidak punya pilihan, ia harus memilih di antara kedua botol yang sekilas tampak sama persis itu. Ia mendekati kedua botol itu dan mengamatinya. Yang kiri atau yang kanan? Leon sama sekali tidak tahu bedanya.“Cepatlah, Leon...” kata Claire lemah.“Aku tidak tahu mana yang harus kupilih. Biarkan aku berpikir,” jawab Leon.Kiri atau kanan? Leon mulai panik. Kedua botol itu terlihat sama saja.“Shit!” Leon mengumpat kesal.‘Botol yang benar akan menyembuhkan Eris’ Kata-kata itu tiba-tiba terlintas di pikiran Leon.“Botol yang benar... Kanan?” tanya Leon pada dirinya sendiri.Leon masih ragu-ragu, tangannya bergerak perlahan. Namun tiba-tiba bunyi beep terdengar dari arah Claire. Claire mulai tak sadarkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status