Share

The Right Potion

Penulis: Cindy Chen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Claire! Bertahanlah!” seru Leon.

“Botol yang tepat akan menyembuhkan Eris,” kata Dolos lagi mengulangi kata-katanya.

Leon tidak punya pilihan, ia harus memilih di antara kedua botol yang sekilas tampak sama persis itu. Ia mendekati kedua botol itu dan mengamatinya. Yang kiri atau yang kanan? Leon sama sekali tidak tahu bedanya.

“Cepatlah, Leon...” kata Claire lemah.

“Aku tidak tahu mana yang harus kupilih. Biarkan aku berpikir,” jawab Leon.

Kiri atau kanan? Leon mulai panik. Kedua botol itu terlihat sama saja.

“Shit!” Leon mengumpat kesal.

‘Botol yang benar akan menyembuhkan Eris’

Kata-kata itu tiba-tiba terlintas di pikiran Leon.

“Botol yang benar... Kanan?” tanya Leon pada dirinya sendiri.

Leon masih ragu-ragu, tangannya bergerak perlahan. Namun tiba-tiba bunyi beep terdengar dari arah Claire. Claire mulai tak sadarkan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
mungkin aja nanti Leon ketemu ibunya di game ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Love in The Game (INDONESIA)   Perjalanan ke Sarang Medusa

    “Kamu sudah terperangkap di dalam game ini selama kurang lebih tiga tahun, Leon. Berarti kejadian hilangnya ibumu kurang lebih sudah delapan tahun yang lalu,” kata Claire.“Ah, betul juga. Aku hampir lupa kalau aku sudah berada di sini selama tiga tahun,” jawab Leon.“Ketika kita keluar dari sini, kita akan temukan ibumu,” ujar Claire lagi.“Kita?” tanya Leon.Claire mengangguk.“Aku akan membantumu, Leon. Yang penting, kita keluar dari sini dulu,” jawab Claire.“Thank you, Claire.”“You’re welcome,” jawab Claire sambil tersenyum. Ia sudah melupakan kekesalannya pada Leon saat ia pergi bersama para Hesperides.“Aku akan mencari cara, Claire. Aku berjanji.”Awan terus naik hingga mereka sampai ke permukaan jurang. Claire membuat awan itu bergerak ke daratan yang aman di tepian jurang lalu mereka turun bersama-sama.

  • Love in The Game (INDONESIA)   The Death Worm

    Leon berjalan menuju ke tepian sungai, namun semakin jauh ia berjalan pandangannya mulai kabur.“Leon? Kamu tidak apa-apa?” tanya Claire.“Aku tidak apa-apa,” jawab Leon. Ia berpikir, mungkin saja ia terlalu lelah.Claire segera berlari mendekati Leon dan membantunya naik ke tepian.“Leon! Apa itu?” tanya Claire dengan tatapan ngeri. Leon melihat ke arah pandang Claire, sesuatu berwarna merah panjang dan berlendir menempel di kakinya. Bukan hanya satu tapi banyak.“Shit!” seru Leon. Namun tatapannya kabur sekarang dan tiba-tiba ia kehilangan keseimbangannya.“Leon!!” seru Claire panik sambil menangkap tubuh Leon.“Apa itu?!” seru Claire lagi saat melihat banyaknya binatang-binatang kecil yang panjang berwarna merah cerah dan berlendir. Rasa-rasanya Claire pernah melihat yang seperti itu di film-film monster. Claire membaringkan tubuh Leon di atas rumput lalu menut

  • Love in The Game (INDONESIA)   The Lust

    “Leon, just make love to me right now,” jawab Claire.“Apa yang terjadi?” tanya Leon.“Ssshhhh!” kata Claire sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibir Leon. Ia kemudian melucuti gaunnya dengan cepat hingga jatuh ke tanah. Claire kemudian memagut bibir Leon lagi dengan rakus, mencoba membangkitkan gairah pria itu. Tanpa sadar, gairahnya sendiri pun mulai bangkit. Meskipun ia tahu orang-orang di luar sana menonton mereka, tapi Claire kini tidak peduli. Alasannya untuk melakukannya dengan Leon kini sangat kuat.“C-claire...” panggil Leon lembut. Kini ia tidak tahu harus berkata apa lagi, otaknya seakan buntu. Ia lupa tadi akan bertanya apa pada Claire. Buah dada bulat padat milik Claire menggantung indah tepat di hadapannya, membuatnya tidak bisa tidak untuk menyentuhnya. Tak hanya sekedar menyentuh, Leon kini meremasnya dengan gemas.Mereka kini berbaring di atas rumput, namun Claire menolak untuk berada

  • Love in The Game (INDONESIA)   Into The Fire

    Leon memperhatikan api unggun yang ada di hadapannya lekat-lekat. Ia ingin memastikan bahwa apa yang dilihatnya memang benar. Leon menggosok kelopak matanya lalu melihat sekali lagi, dan kini ia sangat yakin bahwa apa yang dilihatnya memang benar. Ada celah yang sangat samar di tengah api itu. Di dalamnya, Leon bisa melihat dengan sangat samar kode-kode komputer berwarna hijau cerah.Seperti dugaannya, pasti ada celah dalam game ini, dan kini ia telah menemukannya. Leon mengambil ranting kering yang ada di dekatnya lalu membakar ujungnya ke api unggun. Setelah ujung ranting tersebut menyala, Leon mengangkatnya dan memperhatikannya lebih dekat. Di titik pusat api, ia bisa melihat celah yang amat kecil dan samar. Namun celah yang ada di ranting terbakar itu terlalu kecil untuk dapat Leon masuki.Pandangan Leon kembali terarah pada api unggun yang ada di hadapannya tersebut. Ini mungkin satu-satunya kesempatan yang bisa Leon ambil, meskipun kemungkinan besar ia harus kehi

  • Love in The Game (INDONESIA)   The Plan

    “Jadi mereka tidak akan bisa mendengar kita sekarang?” tanya Claire.“Benar dan saat ini mereka pasti sedang berusaha memperbaikinya. Kita tidak punya banyak waktu,” jawab Leon sambil tersenyum.“Baiklah. Apa rencananya?” tanya Claire.“Ikuti aku,” jawab Leon lagi. Mereka kemudian berjalan menuju ke bagian hutan yang ternyata masih rapi. Tanahnya seolah tidak pernah terganggu dengan gempa bumi yang sebelumnya terjadi. Rumputnya masih hijau dan pepohonannya masih rindang. Kontras dengan tanah yang baru saja mereka tinggalkan, meskipun jarak di antaranya tidak terlalu jauh. Inilah salah satu hal yang membuat Claire menyadari bahwa ia tidak berada di dunia nyata.Leon mengajak Claire duduk di bawah salah satu pohon yang rindang. Claire bersandar pada batang kayunya sambil menatap Leon.“Kamu merelakan satu nyawamu untuk mematikan audionya?”Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mu

  • Love in The Game (INDONESIA)   The Decoy

    Setelah memastikan sekali lagi apa yang dilihatnya, Leon bangkit berdiri dan mengangkat pedangnya. Dengan penuh amarah, Leon menghunuskan pedangnya ke arah Claire. Di saat yang sama Claire membuka matanya dan dengan ekspresi kosong ia bangkit berdiri.“Di mana kamu sembunyikan Claire? Katakan!” seru Leon sambil terus menghunuskan pedangnya.“Sejak kapan kamu mengetahuinya?” tanya wanita di hadapannya itu tanpa ekspresi. Wanita itu jelas-jelas menyerupai Claire, tapi Leon bisa merasakan kalau wanita itu bukan dia.“Kamu berbaring tanpa bernapas. Selain itu, Claire tidak pernah berbaring serapi tadi. Ia selalu mengangkat kedua tangannya ke atas. Aku selalu memperhatikan itu darinya. Siapa kamu? Di mana Claire?” tanya Leon lagi.“Sangat jeli, Leon. Itu sangat jeli. Sayang sekali, kamu tidak menyadarinya lebih awal,” jawabnya lagi.“Kamu... Kamu mendengar semua yang kukatakan tadi?” tanya Leon

  • Love in The Game (INDONESIA)   The Mice

    “Apa yang terjadi barusan? Apakah kamu berhasil melakukan sesuatu?” tanya Claire lagi.“Tadinya... Ada celah dalam game ini, Claire. Kita punya harapan,” jawab Leon. Jawaban dari seorang pria yang sudah kehilangan nyawa keduanya dengan sia-sia. Semua rencananya dengan Claire pun ia katakan di hadapan George. Namun Leon tidak ingin Claire menjadi khawatir. Ia ingin Claire tetap punya harapan hidup.“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Claire lagi.“Kita istirahat dulu, lalu kita bunuh Medusa,” jawab Leon sambil membelai lembut rambut Claire.“Kita masih punya waktu? Baiklah. Aku sangat lelah, tidur adalah ide yang bagus.”“Tidurlah,” jawab Leon sambil tersenyum.Mereka berbaring di bawah pohon rindang tadi sambil menatap langit cerah penuh bintang. Beberapa menit kemudian, saat Leon menatap Claire, gadis itu sudah memejamkan matanya. Leon tersenyum melihat C

  • Love in The Game (INDONESIA)   Kill The Medussa

    “Kita pikirkan itu nanti, Claire. Kita tidak bisa lebih lama di sini. Sebaiknya kita segera habisi Medusa agar kita bisa ke level selanjutnya,” jawab Leon.Leon yakin, mereka tidak mungkin dapat menemukan celah lain yang mungkin berguna di tempat ini. Setidaknya di level berikutnya, mungkin mereka bisa menemukan sesuatu.“Baiklah. Kita pergi sekarang,” jawab Claire.Perjalanan menuju kuil tempat Medusa berjalan lancar, dan di luar dugaan mereka sampai lebih cepat dari perkiraan. Entah apa yang sedang direncanakan orang-orang di luar sana, tapi Leon dan Claire tidak punya pilihan lain selain terus bermain. Mereka sudah sampai di depan kuil saat matahari masih tinggi. Desisan dari ular-ular di kepala Medusa sudah terdengar bahkan dari luar kuil.“Apakah kita langsung menantangnya begitu saja, Leon?” tanya Claire.“Kurasa Medusa tidak akan muncul dengan cara seperti itu,” jawab Leon.“Lalu b

Bab terbaru

  • Love in The Game (INDONESIA)   The End

    “Lepaskan aku! Aku ini calon presiden kalian! Lepaskan aku sekarang juga!” seru Boston Hopkins pada para polisi yang memborgol tangannya.“Anda berhak untuk diam. Semuanya bisa Anda jelaskan di pengadilan. Anda juga bisa menyewa pengacara untuk membela Anda,” jawab polisi itu.“Pengawal! Pengawal!” teriak Boston Hopkins dengan panik. Tetapi tidak ada satupun pengawal yang mendekat. Sebab Leon sudah menyuruh mereka pergi sejauh mungkin.Boston Hopkins terpaksa menyerah kepada para polisi. Ia masuk ke dalam mobil polisi dan dibawa pergi. Sepanjang perjalanan, orang-orang melemparinya dengan telur busuk. Polisi harus menertibkan masyarakat agar tidak melempari Boston dengan telur dan benda-benda lainnya. Boston tidak percaya ini benar-benar menimpa dirinya. Padahal selangkah lagi saj

  • Love in The Game (INDONESIA)   Chasing Boston

    Fox kembali berbaring di sofa meluruskan kakinya yang sakit. Claire membantu Fox dengan mengganjal kakinya dengan bantal agar bengkaknya tidak semakin parah.“Aku bisa membantu Leon,” katanya.“Kamu tidak akan bisa membantu kalau kamu belum sehat. Istirahatlah dulu, kamu membutuhkannya,” jawab Claire.Claire pergi ke dapur dan ia pun memanaskan air untuk membuatkan teh hangat untuk Leon. Masih ada teh yang belum basi di apartemen itu. Ia pun membawakannya untuk Leon. Pria itu bahkan belum beristirahat sejak tadi. Tubuhnya masih basah kuyup.“Terima kasih,” kata Leon sambil tersenyum. Senyuman yang selalu membuat jantung Claire berdegup dua kali lebih cepat.“Apakah kamu tidak bisa ber

  • Love in The Game (INDONESIA)   Nearly

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Revealed

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Saving Fox

    “Hey bro, kamu sudah lihat berita di televisi?” tanya salah seorang bodyguard yang sedang berjaga di markas tempat Fox menjalani hukumannya.“Sudah. Aku berpikir kita sebaiknya pergi sebelum polisi menangkap kita juga,” jawab bodyguard yang satunya.“Ssst!! Pelankan suaramu. Jika yang lain mendengar kita bisa dibunuh,” jawabnya.“Hey... let me go, please...” kata Fox mengiba pada kedua orang yang sedang berbisik-bisik itu.Dua orang itu berpandang-pandangan lalu melihat ke arah Fox.“Sorry, kid. Kalau kami melepaskanmu, kami pasti akan mati. Sekarang kecilkan suaramu atau kita akan dapat masalah!” seru orang itu dengan suara berbisik.

  • Love in The Game (INDONESIA)   Hypnotized

    Tidak butuh waktu lama, Claire dan Leon sudah sampai ke apartemen lama Leon. Mereka berlari menuju ke elevator setelah memarkirkan mobil di garasi pribadi Leon. Elevator pribadi itu langsung mengantarkan mereka ke apartemen Leon yang ditinggal dalam keadaan berantakan. Bekas-bekas peluru masih ada di tembok, kaca jendela yang pecah, bahkan bantal sofa yang berlubang.Leon tidak menunggu waktu lama, ia langsung berlari ke ruang kerja lamanya lalu mengeluarkan laptop milik Claire dan segala peralatan yang ia bawa di dalam tas. Claire langsung menyalakan TV untuk mendengarkan ada berita apa di televisi. Begitu dinyalakan, berita di televisi langsung menayangkan hal yang sudah Claire dan Leon duga sebelumnya.“Sejumlah pejabat negara mendatangi kantor polisi secara tiba-tiba hari ini. Belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian tetapi informasi yang bere

  • Love in The Game (INDONESIA)   Fox's Revenge

    Api yang keluar dari mulut Chimera itu kini sudah disemburkan ke arah Claire dan Leon. Air mata Claire meleleh turun ke pipinya. Dengan perlahan dan lembut, ia menyentuhkan bibirnya ke bibir Leon. Mungkin ini ciuman mereka yang terakhir. Tidak ada cukup kata-kata bagi Claire untuk mengungkapkan perasaannya pada Leon, ia memilih untuk mengungkapkannya melalui ciuman terakhir ini.Namun sesaat sebelum api itu membakar tubuh mereka, tiba-tiba Claire dan Leon merasa diri mereka tersedot ke dimensi yang berbeda. Saat mereka membuka mata, mereka kembali ke tempat mereka semula. Ini di apartemen Claire, di depan laptop mereka.“Apakah kita sudah mati sekarang?” tanya Claire.“Kurasa tidak,” jawab Leon.“Apakah ini ilusi?” tanya Claire lagi.

  • Love in The Game (INDONESIA)   Deceiving

    “Kamu akan menyusul mereka secepatnya. Jangan khawatir,” kata Boston sambil melihat ke mana arah pandang Fox.Fox tetap tidak menjawab. Ia tetap menatap Boston tanpa ekspresi. Wajahnya memerah, senada dengan warna rambutnya. Setiap melihat wajah Boston, ia teringat bagaimana Mrs. Andrew meninggal. Kepalanya mengeluarkan darah, bahkan kini masih meninggalkan noda di pakaian Fox. Dalam hati, Fox bersumpah bahwa ia akan menuntut balas. Boston harus mati di tangannya.“Terserah jika kamu ingin tetap membisu seperti itu. Tapi sekarang kamu harus mengirimkan hipnotis pada semua orang di Amerika. Akses ke satelitnya sudah kuberikan padamu,” kata Boston Hopkins lagi.Fox hanya diam saja, menatap Boston tanpa berkata apapun. Boston mulai jengah dengan sikap Fox, ia memberikan kode pada orang yang meno

  • Love in The Game (INDONESIA)   Inside The Myth Again

    “Ayo kita lakukan sekarang. Lebih cepat, lebih baik. Kita tidak ingin kehilangan momen ini,” kata Leon lagi. Ia sudah duduk di depan laptopnya bersiap untuk kembali masuk ke dalam The Myth. Matanya menatap ke arah Claire menunggu gadis itu duduk di sebelahnya dan segera memulai misi kali ini.Claire menghela napas panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia kemudian melangkahkan kakinya dan duduk di sebelah Leon. Jantungnya berdebar, perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah. Namun, ia harus melakukan ini. Seperti kata Leon, ini mungkin kesempatan mereka untuk menghancurkan Boston Hopkins untuk selamanya.“Kamu sudah siap?” tanya Leon.“Iya,” jawab Claire singkat.Ia menatap wajah Leon lalu sesaat kemudian, tanpa

DMCA.com Protection Status