All Chapters of Takdir Yang Tertunda: Chapter 81 - Chapter 90
143 Chapters
Episode 82
Hari itu juga aku menghilang mendadak. Bahkan ponsel genggam juga aku matiin. Tidak kerja dan juga sudah pindah rumah.  Jujur saat ini aku hanya ingin sendiri, menghilang dan tidak ada yang menggangguku. Bahkan tidak ingin aku dengar kabar apapun dan dari siapapun. Tidak ingin pula dicari. Di tempat terpencil ini, aku mulai nyaman. Kabar terakhir dari Nathan, dia sudah terbang ke Los Angeles untuk pekerjaan dinasnya. Dan aku tak perlu apapun lagi dengan dia. Biaya ngontrak rumahnya sudah aku transfer untuk selama 6 bulan. Bulan setelahnya aku akan pergi dari kota ini, berpetualang kemanapun aku mau. Hatiku terperangah, bahkan kata kaget dan terkejut pun sudah tidak bisa menggambarkan reaksiku waktu itu. Ketika aku tahu rahasia besar apa yang disembunyikan oleh keluarga Dinata. Lebih mirisnya, aku yang jadi tokoh utama dari skenario juga konspirasi itu. Alangkah sakitnya aku menerima kenyataan itu. Kenapa aku bisa berurusan dengan orang-orang yang
Read more
Episode 83
Melihat notifikasi di ponselnya, jantung Ray seakan berhenti. Ada yang menusuk di ulu hatinya. Siapkah besok dia bertemu dengan sosok yang untuk pertama kali akan dia temuinya. Hatinya tiba-tiba didera kesakitan. Apakah ini cara terbaik. Ketika Move pergi menghilang untuk kesekian kalinya, seseorang yang seperti berhak sekali atas diri perempuan itu.  Dengan gontai dia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja kerjanya, berusaha membagi berita itu pada keluarganya. "Ma!" suaranya terputus, ketila mendengar panggilannya di sahutin sang mama. "Besok dia, datang" ucapnya sekali lagi yang membuat suara mamanya tiba-tiba menghilang. Ray hanya menghela napas sesak mengetahui orang yang melahirkannya itu seolah sock mendengar kabar itu. Ray tahu betul, sebenarnya wanita separu baya itu juga tidak menginginkan pertemuan yang seperti ini. Untuk pertama kalinya, dia akan bertemu dengan orang yang sangat mirip dengan dirinya bahkan mungkin
Read more
Episode 84
Tenggorokan Ray seperti tercekat mendengar permintaan lawan bicaranya di seberang. Hatinya benar-benar berkecamuk. Harus jawab apa dia dengan permintaan laki-laki yang tak lain adalah Farhan Dinata saudara kembarnya. "Raya!" Panggil Farhan dari seberang telpon. "Eh, iya, Far sorry. Aku lagi di jalan, nanti Aku telpon kamu lagi. Bye! Klik." Sambungan telpon terputus. Ada titik keringat yang mengembun di dahinya yang bersih dan berwarna gading itu. "Ada apa?" tanya Careld dengan serius. "Dia minta nomor telpon Move." Careld memandang wajah sepupunya itu. Ada rasa iba tapi itu cukup buat menghukum Ray atas semua yang dilakukannya pada Move selama 6 tahun. "Itu hak dia, kasihlah. Toh nomor telpon itu juga nggak aktif sekarang." "Bukan itu masalahnya?"  Careld kembali menatap dalam wajah Ray, dahinya berkerut tanda dia tak mengerti. "Dari mana dia tahu, kalau aku mengenal Move!" Deg! Benar! Darim
Read more
Episode 85
Pagi ini, keluarga Dinata menjadi trending topik di media berita. Kedatangan Farhan yang wajahnya bagai pinang dibelah dua benar-benar mengundang kekagetan semua orang. Semua orang tidak pernah menyangka kalau selama ini di keluarga Dinata ada anak kembar. Saudara kembar Raya Dina bernana Farhan Dinata. Yang tak sedikitpun mereka berbeda. Hanya saja kalau Raya Dinata sosok yang lebih angkuh dan dingin sedangkan Farhan Dinata adalah sosok yang ramah dan hangat. Murah senyum walau ada sisi kurangnya. Apapun yang menjadi keinginan seorang Farhan harus dia dapatkan. Media berita mana saja hari ini menerbitkan Headline yang sama. Berita yang menghebohkan masyarakat dan menjadi trending topik. Viral di media sosial manapun. Bahkan menggelar konferensi pers. Untuk menjelaskan duduk permasalahannya. Karena dengan kedatangan Farhan ternyata menimbulkan pro dan kontra. Banyak dari para pembaca media sosial yang pro dan kontra, mengomentari tentang kemanakah sel
Read more
Episode 86
Aku tercekat dengan tenggorokan kering, melihat sosok yang sudah tepat berada di hadapanku."Astaga! Ini siapa? Ray, kah? Farhan, kah?" Tiba-tiba aku merasa pening mendapati sosok di depanku ini tidak bergeming. Hanya tatapan dinginnya membuatku beringsut ke belakang.Tanpa diperintah sosok tampan itu berangsur mendekatiku. Mencoba menggapai tanganku. Tapi aku semakin terpojok. Mencari sesuatu yang mampu membuatku tenang.Ini sebenarnya siapa? Bahkan dalam keadaan seperti ini, pikiranku pun tak mampu ku ajak bekerja sama. Sungguh, aku tak mengenali siapa pria ini?Terlalu mirip! Sama bahkan. Dari garis rahangnya yang keras, lengkung hidungnya yang mancung, bahkan sinar pendar di matanya, pun sama warnanya. Coklat mengkilat.Sampai tubuhku menyentuh dinding belakang, laki-laki itu bahkan tak melepaskan ku. Tubuhku gemetar, kaki dan tanganku bergetar. Sesaat panik attack itu menderaku, mengkoyak keberanianku. Dengan bibir thremorku mencoba mencari ta
Read more
Episode 87
"Plak-plakk--!" Aku meringis dan mengusap pipi kanan dan kiriku.  "Dasar perempuan tak tahu diri!" Kembali wanita itu mengayunkan tangannya namun urung dijatuhkan dipipiku lagi. Aku meregang, mengepalkan tembok mendengar apa yang barusan keluar dari mulut perempuan itu. "Sekarang, kamu puas melihat mereka saling memukul dan membunuh?! Inikah yang kamu inginkan. Kamu mau membalas dendam kepada mereka?!" Bertubi-tubi pertanyaan bernada pernyataan itu. Aku hanya bergeming di tempatku berdiri. Tak kutampik semua yang dikatakan perempuan itu, Aliya mama dari si kembar Ray dan farhan Dinata.  Iya! Akulah yang nenyebabkan pertengkaran demi pertengakara mereka. Memang seharusnya aku nggak di sini. Dengan cepat aku berkari menuju ke pelataran gedung perusahaan Dinata Group. Ingin secepatnya aku menghilang dari dunia mereka. Sudah cukup rasanya aku dihina oleh mereka. Tak ingin lagi aku ada diantara meteka lagi. "Move!"
Read more
Episode 88
Panggilan itu membuatku tersentak. Aku nggak menyangka ada yang mihatku bersembunyi di balik dinding di lorong koridor ini. Pria itu mendekati aku. Raya Dinata, si kembar yang dingin, panggilan buatnya baru-baru ini. Semenjak munculnya kembarannya yang super ganteng. "Ayok!" Dia menarik tanganku dan sedikit menyeretku untuk mendekati dokter yang menangani jantung Farhan. "Dok, ini yang namanya Move Herdianata." ucapnya pada dokter yang mencariku. "Baik, mari ikut," aku terlongo mendengar kedua orang itu bicara. "Pergilah!" kata dia sambil menatapku penuh harap. Aku hanya membalas tatapannya dengan kebingungan. Ternyata dibalik keangkuhannya terselip kepeduilan yang sangat tinggi untuk saudara kembarnya yang baru pertama kali juga ia temukan selama hampir 30 tahun. Sekilas kulirik tante Aliya, yang begitu sinis menatapku. "Ray! Kenapa di biarkan dia masuk ke ruangan Farhan?" Ray menghela napas mendegar ucapan mam
Read more
Episode 89
Baik aku dan semua yang ada di situ, menoleh ke asal suara. Disana, di balik tirai sudah berdiri sosok yang sudah tak asing lagi kecuali di mata Farhan.  Nathan, laki-laki yang terakhir melindungiku itu sudah berdiri drngan tenangnya berjalan maju. "Mungkin, kamu tidak mengenalmu tapi aku mengenalmu dengan baik. Aku mohon setelah ini jangan mencari Move. Dia akan pergi denganku." suara itu ternyata mampu membuat Farhan menghentilan aktivitasnya mengisi daya di tubuhnya.  Dengan perlahan dia berdiri dan mendekati sosok Nathan. "Tapi dia milikku, dan akan selalu menjadi milikku." Sudah gila kali, ya laki-laki kembar ini. Kenapa tiba-tiba dia berbicara seperti itu. Kulihat Ray tidak nyaman dengan suasana seperti itu. "Farhan! Lebih baik, kamu istirahat. Kamu harus cepat pulih jangan banyak berpikir yang nggak ada gunanya." Suara itu milik mamanya. Hatiku bergetar mendengar wanita itu mengintrupsi anak kembarnya. "Nathan!
Read more
Episode 90
Air mataku tumpah di dalam mobil Nathan. Aku sudah tidak mau berpura-pura kuat lagi. Aku nggak sehebat yang mereka pikir. Aku cuma manusia biasa yang bisa lemah dan menangis. Dan ini adalah perjuangan terakhirku untuk tidak menangis. Aku dah dah capek bersandiwara menjadi wanita kuat dan tangguh lagi. Kalau pada kenyataannya aku sekarang lemah dan rapuh. "Menangislah, kalau itu membuatmu lebih kuat."ucap Nathan tanpa menatapku. Dan memang benar, air mataku tumpah membanjiri pipi tirusku. Ada kekelahan yang sangat luar biasa di sana. Pundakku terguncang kencang, isakku terdengar keras. Senggukku memilukan. Mungkin itu yang membuat Nathan menepikan mobilnya di pinggir jalan yang agak sepi. Dia membiarkan aku dengan segala rasaku. Memberiku waktu menangis sepuas-puasnya. Ada setengah jam aku dibiarkan Nathan dengan kondisi seperti itu. Hingga akhirnya saking capeknya, aku sudah tak ingat apa-apa. Yang kutahu sepertinya aku tertidur lelap di mobil Nathan.
Read more
Episode 91
"Move!" suara itu milik Nathan, tapi aku hanya mendenguskan napas halusku tanpa menoleh ke semua orang. Apa lagi melihat wajah sinis dan tak suka wanita paru baya itu. Aku nggak peduli. Toh nantinya kalau benar aku jadi perawat pribadi Farhan aku nggak akan serumah dengannya. "Aku nggak setuju!" Tiba-tiba suara lain memecah ketegangan di ruangan itu. Aku sendiri menoleh ke asal suara dan jujur merasa sangat terkejut setelah tahu siapa orang yang menentang kesediaanku untuk menjadi perawat pribadi Farhan. Ray! Raya Dinata, saudara kembar Farhan. Kenapa tiba-tiba mengemukakan pendapat yang sedikit berbau frontal? "Apa masalahnya  Move sendiri sudah menyetujui?" Sanggah Farhan mengecam ketidak setujuan saudara kembarnya. "Intinya, Aku tidak setuju?" Masih dengan kukuhny Ray mempertahankan pendapatnya. Entah, alasan kuat apa yang membuatnya tiba-tiba menyanggah kesediaanku menjadi perawat pribadi Farhan. "Tapi kamu nggak berhak memutu
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status