Home / Romansa / Pacar Pembantu / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pacar Pembantu: Chapter 71 - Chapter 80

89 Chapters

Fakta Sonya

"Kakak," gumamku terkejut saat seorang perempuan mirip seperti Sonya melintas di hadapanku. Perempuan itu mengenakan kerudung hitam menutupi setengah wajahnya seperti takut dikenali orang-orang.  Aku pun mengikuti perempuan itu hingga menyalip ramainya pengunjung di pasar, sampai aku berhasil mengikis jarak dan menarik tangan perempuan tersebut, dia berbalik menatapku terkejut.  "Kak Sonya?"  Ya Tuhan ternyata aku benar, dia adalah Sonya kembaranku yang selama beberapa hari ini aku cari-cari.  "Kakak kemana aja selama ini?" tanyaku mengenggam tangannya erat agar dia tidak bisa lari. "Kakak kemana aja beberapa hari ini? Kakak kenapa menghilang setelah kejadian itu? Kenapa kak?" tanyaku menahan air mata mengalir. Bagaimana tidak? Aku sangat merindukan kembaranku ini karena sekar
Read more

Pembalap

Deru mesin motor memenuhi lapangan luas itu, pertanda pertandingan akan segera dimulai. Garis start pun telah dipenuhi berbagai jejeran motor dengan sang pembalap yang sudah memakai pakaian pelindung lengkap.Perlu kalian tau saja, semua pembalap itu bergender wanita dan salah satunya adalah cewek bernama Keyla Adinda Bramantha. Untuk seukuran dirinya yang masih menginjak umur 17 tahun, pertandingan ilegal malam-malam begini bukanlah suatu masalah.  Keyla memiliki alasan sendiri kenapa ia harus menekuni olahraga yang tergolong ekstrem ini. Jatuh, terseret dan berakhir luka-luka sudah menjadi makanan sehari-hari cewek itu terutama di malam hari. Tangannya yang bersarung, bersiap memegang pedal gas seraya menunggu bunyi pel
Read more

Zana dan Ibu Tiriku

 "Mama!" Aku terbangun kala mimpi mengerikan itu kembali menghantui. Tidak, bukan hanya sekali, mimpi itu bahkan sudah datang berkali-kali. Entah, apa yang terjadi sebelumnya. Aku selalu mengakhiri mimpi itu dengan meneriakkan kata 'Mama'. Kupijat pelipisku yang selalu berdenyut sakit usai mimpi itu. Kemudian, kulirik jam weker di nakas, menunjukkan pukul 06.15. Oh what?! Itu artinya aku terlambat lima belas menit. Sial! Lantas aku menyibak selimut namun tiba-tiba, "Buka! Buka, Key! Buka!" Pergerakanku memasang sendal berbulu terhenti saat pintu kamar digedor keras. Aku menghela napas berat, siapa lagi pelakunya kalau bukan Zana? Kakak tiriku. "Buka pintu doang lama banget, sih!" Zana menggerutu, lalu melempar segunung pakaian ke dadaku. "Nih, cuci dulu baju aku Sampai bersih!" 
Read more

Dia Sangat Petakilan

 Keyla menyesali dirinya yang terlambat bangun pagi tadi. Akibatnya ia hampir ketinggalan bus. Keyla melambai tinggi sambil melompat-lompat sebelum bus berwarna biru bertuliskan SMA Bakti Buana itu melewatinya. Beruntung bus itu berhenti. Keyla menarik napas lega, bergegas ia menghampiri bus itu. Berpegangan pada sisi pintu lalu menaikinya. Baru saja masuk, Keyla sudah dihadapkan dengan beberapa pasang mata yang menatapnya aneh, seolah dia adalah alien yang nyasar ke bus ini. Seorang cowok dengan seragam dikeluarkan tiba-tiba mendekat, membuat langkah Keyla menuju kursi terhenti."Wait! Tunggu di situ! Lo nggak boleh masuk sebelum memperkenalkan diri." Pupil mata Keyla membesar, langsung menatap ke arah cowok itu, lalu berdecak. "Aku punya name tag, kalian bisa baca." Cowok berhidung mancung dengan gelang hitam di tangan kirinya itu mendengus berat. "Bacain lah, masa kita harus maju satu-satu cuma buat baca name
Read more

Dia Kaisar

 Matamu Melemahkanku đŸŽ”Saat Pertama Kali Ku Lihatmu Dan Jujur Ku Tak Pernah Merasa Ku Tak Pernah Merasa Begini  Oh Mungkin Inikah Cinta đŸŽ”Pandangan Yang Pertama Karena Apa Yang Ku Rasa Ini Tak Biasa Jika Benar Ini Cinta Mulai Dari Mana Keyla terperangah mendengar suara cowok itu mengalun memenuhi bis ini, ia akui suaranya begitu merdu ditambah alunan dari melodi gitar mengiringi, tak pelak jika seisi bis kini ikut bernyanyi termasuk Keyla sendiri. Cowok itu bernyanyi seraya memejamkan mata. Keyla mengambil kesempatan untuk membaca name tagnya. Kaisar Davino Dirgantara.  Senyum Keyla pun terbit tanpa di inginkan sembari mengalihkan pandangan ke luar jendela. Tidak buruk juga.
Read more

Teman Baru

"And, well. Kenapa lo sampai sekolah di sini? Bukannya lo sekolah di Pelita ya?" Thania mengganti topik pembicaraan. Tadinya mereka membahas tetek bengek sekolah ini. Oh ralat, bukan mereka. Tapi Thania saja. Keyla cukup diam sambil mendengarkan sesekali mengangguk paham. "Iya. Aku emang asal Pelita. Ke sini karena pindah rumah. Jarak antara rumah aku yang baru sama sekolah aku yang dulu jauh banget." "Perlu berapa jam?""Mungkin... setengah jam." Entah, Keyla tidak tahu apakah jawabannya benar, ia hanya mengingat ucapan papa. "Dan itu cukup menguras waktu Papa. Aku nggak mau ngerepotin Papa." Jujur, Keyla masih canggung berbicara dengan Thania. Meskipun mereka bersahabat sejak SMP. Rentang waktu dua tahun tidak bertemu berefek seperti itu. "Lo... masih sama ya?" Perkataan menggantung Thania membuat Keyla spontan memandang cewek itu dalam. Penasaran. "Baik." Dan jawaban itu berhasil memunculkan sedikit rona mera
Read more

Satu Kelas

 "Jadi kamu yang namanya Keyla Adinda, anak keluarga Bramaja?" tanya Bu Aya. Dia menaikkan kacamata lalu menatap Keyla lekat. Gadis itu mengangguk singkat, Keyla agak canggung seperti ini. Masalahnya ekspresi Bu Aya sangat berlebihan. Apalagi ia datang terlambat datang tadi, beruntung, wanita tua di depannya ini masih baik hati."I-iya, Bu. Saya Keyla. Putrinya Pak Bramaja. Pindahan dari SMA Harapan Pelita," jelas Keyla lalu tersenyum. Bu Aya manggut-manggut paham. Wanita tua itu meneliti penampilan Keyla dari atas ke bawah. Dan seakan mengingat sesuatu, Bu Aya tersenyum semringah. "Ohhh kamu. Baik-baik, sekarang ibu ingat, kamu yang mendaftar seminggu yang lalu. Tunggu sebentar ya. Ibu mau cek dulu kamu masuk kelas mana," ungkapnya.Keyla mengangguk sembari tersenyum. Bu Aya lantas meninggalkan gadis itu sendiri. Keyla menghembus lega, jujur, dia sangat gugup tadi. Takutnya ditanyai macam-macam, seperti, mengapa data
Read more

Teman Sebangku

  "Ada tugas apa?"  Keyla akhirnya bertanya pada Kaisar setelah beberapa menit hanya duduk manis, selepas guru yang membawanya pergi ke sini. Keyla bingung harus berbuat apa. Membalas ajakan kenal dari teman-teman barunya saja ia kaku.  "Matematika, buku paket halaman 30. Tugas 1. Tulis soal, pakai cara," sahut Kaisar sejelas mungkin agar teman barunya itu paham. Ia tersenyum. Keyla manggut-manggut tanpa ekspresi, ia segera mengeluarkan sebuah buku tulis bersampul coklat. Tak lupa kotak pensil warna biru berisi peralatan menulis lengkap.  Keyla menggaruk pipinya bingung. Bagaimana caranya ia mengerjakan tanpa tahu soalnya? Keyla mendengus, ia melirik Kaisar yang asik menulis sesuatu di belakang buku. Keyla pikir, Kaisar sudah selesai mengerjakan tugasnya. Maka dari itu, Keyla berkata. "Aku boleh pinjam buku paketnya?"  "Boleh," jawab Kaisar. Ia menggeser buku paket tebal yang tergeletak anteng di mejanya ke mej
Read more

Makan Bareng

 Ramainya jalanan kota Bandung di malam hari membuat mobil hitam itu melaju sedang. Bahkan, si pengendara  sampai memukul setir mobil karena kesal. Ia mendengus kuat-kuat. Ditatapnya, dua wanita berbeda umur yang malah nampak ketakutan di sampingnya  "Diam! Jangan menangis! Ini salahmu, Key. Gara-gara kamu kita terlambat!" "Stop, Mas! Kamu jangan nyalahin Key terus! Key masih kecil, dia nggak ngerti apa-apa," tandas seorang wanita, ia memeluk anak gadis berumur 6 tahun di pangkuannya dengan erat, saat anak itu menangis semakin kuat. "Argh. Terserah! Bela aja terus anak kamu itu! Dia pembawa sial! Dulu, gara-gara dia Bimo meninggal. Sekarang, Ibuku! Gara-gara dia, ibuku jatuh dari tangga! Dan dia yang mendorongnya!"  "Cukup! Mas terlalu egois, semua kejadian itu bukan salah Key! Hanya kebetulan
Read more

Keluarga Cemara

"Darimana kamu?" Suara boriton itu memecah keheningan ketika Kaisar menapaki anak tangga ketiga. Tepat di sudut ruangan. Samuel menatapnya tajam. Kaisar enggan menjawab, ia hanya mengangkat bahu acuh. Pertanyaan klise itu dalam sekejap menghancurkan mood-nya sekaligus senyum di bibirnya. Kaisar pun melanjutkan langkahnya yang tertunda."Kaisar! Papa nanya itu dijawab!" Kini suara Samuel meninggi. Dadanya naik turun menahan amarah. Satu tangannya terkepal. "Kumpul sama temen," jawab Kaisar datar. Tanpa menoleh sedikitpun ke arah Samuel. "Selama itu? Kenapa baru pulang jam segini?!" Telunjuk Samuel terangkat mengarah ke jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore. "Salah? Kenapa emangnya? Kayak papa nggak pernah muda aja."Kaisar tersenyum smirk. Sukses membungkam mulut papanya cowok itu pun memasuki kamar dan menutup pintunya kasar hingga menimbulkan suara gebrakan lumayan keras. Sialan! Kaisar bosan seti
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status