Beranda / Romansa / Pacar Pembantu / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Pacar Pembantu: Bab 31 - Bab 40

89 Bab

Warna

Dia, seperti warna, indah, membuat hariku terasa bermakna. -Nabilla Shiletta-•••  Ada berapa alasan untuk Nabilla menarik senyumnya di pagi ini. Pertama, hari ini libur-tepatnya hari Minggu, kedua, Ia berhasil membujuk Raqa untuk menemaninya kelas melukis, meski sempat ditolak oleh cowok itu, Nabilla menjadikan Risa ancamannya. Ketiga, dirinya sudah resmi jadi cewek Raqa. Itu bukan berarti, Nabilla mengerti statusnya, jujur, menjadi pacar Raqa bukanlah keinginannya. Sebab itu, Nabilla meluangkan waktu, duduk di rerumputan taman belakang rumahnya. Bersama Damar, Nabilla menceritakan semuanya. 
Baca selengkapnya

Pengakuan

Kadang kita tidak menyadari, jika satu kebaikan saja, sangat berarti bagi mereka di luar sana.••• Rasa sakit menyerang bahu dan lengan Nabilla, penyebabnya tidak lain akibat kemarin, menahan beban lima belas anak yang bergiliran menunggangi bahunya. "Nab, mending nggak usah sekolah, aku bisa nganterin surat ke kelas kamu, mau ya?" bujuk Damar, setelah mobil yang mereka tumpangi pergi. Cowok itu membantu Nabilla membawa tasnya.  "Nggak papa, kok. Nabilla anak kuat, pagi tadi udah minum susu," jawab Nabilla, tidak mau Damar melihat sakit di tubuhnya. "Bunda juga nggak ngomong apa-apa tadi." "Ya itu karena kamu taha
Baca selengkapnya

Kamu Istimewa

Hari ini, dan seterusnya, kamu istimewa  -Nabilla Shiletta-•••  "Kayaknya, aku udah mulai suka sama kamu, Nab." Nabilla terbelalak sempurna, antara kaget dan tidak percaya pada ucapan Raqa. Cowok itu menatapnya dalam, dengan satu tangan menggenggam tangannya. Sementara tangan yang lain mengusap rambutnya.  "Kak Raqa becanda ya?" Nabilla berucap malu-malu. "Kak Raqa sendiri sering kesal kalo Nabilla samperin, sering marah-marah kalo Nabilla suruh-suruh. Masa bisa suka? Aneh dong jadinya," ucap Nabilla, me
Baca selengkapnya

Pameran

Satu hal yang berhasil kulakukan sejak bertemu kamu, yaitu, berdamai dengan masa lalu.  -Nabilla Shiletta-••• Suasana pameran di kota Bandung memang menarik banyak pasang mata, hanya sekedar mengagumi keindahan berbagai seni rupa yang terpajang di sana. Termasuk Nabilla. Cewek itu tidak hentinya bergumam sambil sesekali menghitung jumlah lukisan yang terpajang. "Ada dua puluh, wih keren, lukisannya ada dua puluh Kak Raqa, liat deh, cantik banget." Nabilla menunjuk lukisannya, lalu menatap Raqa. "Nabilla juga mau deh lukisannya dipajang kayak gitu, pasti asik ya, Kak."Raqa tersenyum, menga
Baca selengkapnya

Hujan

Biarkan hujan menjadi saksi, bahwa adanya aku di sini. sepimu sudah menyingkir pergi. -Raqa Abimanyu Dinata-••• Nabilla berlari sekencang mungkin, tidak peduli seberapa banyak langkah yang ia ambil. Berapa banyak orang yang ia tabrak lalu mengeluarkan sumpah serapah. Bersama tetesan air mata membasahi pipi, dalam pikiran Nabilla saat ini hanyalah bagaimana caranya menghindari patung wanita tadi.  Nabilla bisa mendengar, senyaring apa teriakan Raqa memanggil namanya, namun itu tidak akan menyurutkan niatnya untuk segera pulang ke rumah dan memeluk Bunda. Ia takut, tentu saja, bagaimana memori kejadian bertahun-tahun lalu kembali berputar seperti kaset rusak di kepalanya.  
Baca selengkapnya

Terlanjur Sayang

Jika, sudah terlanjur sayang, maka akan terlalu sulit untuk melepaskan.••• Raqa, jarang mengingat, kapan terakhir kali ia tersenyum dalam beberapa bulan ini, yang pasti, pagi ini berbeda. Penyebabnya tidak lain adalah Nabilla. Begitupun pada seragamnya hari ini, terlihat rapi, padahal kalau bukan Nabilla yang meminta. Mana mau Raqa melakukannya. Dengan santai, cowok itu berjalan menyusuri koridor, tepatnya menuju kelas Nabilla. Kedua tangannya masuk ke saku celana. Bersiul, dan sesekali membenarkan tatanan rambutnya. "Raqa harus rapi hari ini, seragamnya dimasukkin, kukunya jangan sampai panjang, kalo nggak, Nabilla nggak mau ke kantinnya barengan."
Baca selengkapnya

Selalu Ada

Yang datang, pasti akan pergi, tapi yang hilang, belum tentu akan kembali. •••  "Belajar apa aja tadi?" tanya Raqa, saat mereka berjalan menuju parkiran, karena sudah waktunya untuk pulang. Cowok itu mengusap turun rambut Nabilla. "Banyak," jawab Nabilla, antusias, lalu menjilat es krim yang diberikan Raqa. "Ada matematika, olahraga, sejarah, sama seni. Nabillla suka banget sama pelajaran seni, kebetulan tadi materinya tentang lukisan. Nabilla jadi tau cara melukis yang benar, tapi pas Nabilla coba, gurunya malah marah-marah," adunya manja. Raqa terkekeh, keningnya mengernyit seketika. "Kok marah-marah, kamu pasti nakal ya?" "Ih enggak!" Nabilla mengerucutkan bibirnya. "Padahal aku cuma minta izin ke taman buat ngelukis di sana, katanya ada bunga baru, cantik, warna ungu, terus temen-temen ketawain Nabilla. Katanya Nabilla bodoh." Terdengar menyakitkan di telinga Raqa, namun reaksi Nabilla setelahnya justru berbeda. Cewek itu terkikik geli, apalagi menyadari jika wajahnya sudah
Baca selengkapnya

Aku dan Kamu

Sekarang pukul lima sore, itu artinya waktu Nabilla pulang dari rumah Raqa. Dia tersenyum, menatap ramainya jalanan kota, berbanding terbalik dengan pikirannya, yang sedari tadi bergelut pada aktivitas mereka di taman sebelumnya.  "Nabilla," panggil Raqa. Nabilla melirik sekilas. "Iya?"  "Kamu nggak marah, 'kan, soal tadi. Maafin aku yang gagal ngontrol diri," ujar Raqa, penuh rasa bersalah. "Nabilla nggak marah, kok," tukas Nabilla. Dia tersenyum memandang Raqa. "Udah, lupain aja. Raqa fokus nyetir dulu." Raqa tersenyum, dia mengacak gemas rambut Nabilla. "Makasih, aku janji lain kali nggak akan ulangi itu. Kamu takut sama a
Baca selengkapnya

Satu Malam

Sebab, dirimu seperti sinar di malam hari, yang selalu ingin kumiliki meskipun tersapa oleh pagi. -Nabilla Shiletta-••• Gila, nekad, pemberani atau nakal, setidaknya itulah kalimat yang cocok untuk Raqa dalam pikiran Nabilla. Dengan santainya, cowok itu melambaikan kedua tangan, tanpa peduli jika mungkin saja Pak Ujang-mendadak datang kemudian memarahi. Tunggu, Pak Ujang? Jadi, bagaimana Raqa bisa masuk? Apakah cowok itu menyogoknya? Ah, memikirkannya membuat Nabilla pusing kepala. "Raqa ngapain di situ?" Nabilla akhirnya berbisik, Raqa tersenyum lalu membuat pola lingkaran di sekit
Baca selengkapnya

Mochi

Bila ada yang bertanya apa itu bahagia? Maka jawabanku hanya satu, yaitu, kamu. -Raqa Abimanyu Dinata-••• Nabilla senyum-senyum sendiri mengingat perlakuan manis Raqa malam tadi. Mulai dari makanan, cara cowok itu merayunya, sampai cerita sedih yang menggetarkan hati. Bukan itu saja, Raqa juga membacakan dongeng putri salju-sebagai penghantar tidur, sebelum akhirnya Nabilla benar-benar terlelap. "Lu gila senyum-senyum sendiri, Nab?" celetuk Mentari, menyeruput kuah baksonya. "Aelah, lu kayak dungu aja, Tar. Nggak ngerti apa Nabilla itu lagi jatuh cinta." Sagita menyahut, mengedipkan sebelah mata pada Nabilla. "Bener nggak?"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status