Home / Romansa / Pacar Pembantu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pacar Pembantu: Chapter 21 - Chapter 30

89 Chapters

Trapped by You

Ingin melindungi adalah gejala awal dari yang namanya jatuh hati.  ••• "Wan, coba lu atur barisan depan nggak rapi banget kayaknya," perintah Ragil pada Juan. Hari ini terakhir acara MOS, dimana para peserta diminta menyerahkan surat yang mereka buat. Sementara di panggung aula, sepuluh senior berseragam sama berbaris rapi, lima diantaranya perempuan dan lima diantaranya lelaki.  "PERHATIAN! PERHATIAN!" Ragil mengambil alih acara, melihat peserta sudah berbaris rapi. Cowok itu bersuara. "Acara terakhir adalah
Read more

Surrender

Tanpa membuang waktu, setelah mengetahui Nabilla berada dalam bahaya Raqa segera pergi menuju gudang belakang. Jujur, ia tidak pernah mengirim pesan apa pun pada cewek itu. Melihatnya saja Raqa muak, apalagi mengirim pesan? Raqa angkat tangan soal itu. Tapi jangan salah dulu, Raqa tidak khawatir pada Nabilla, ia melakukan ini karena statusnya sebagai ketua MOS dan Nabilla adalah peserta. Artinya, mereka saling terkait, dan jangan lupakan si Bapak tua alias Pak Gusti yang sering ia caci maki karena terlalu memanjakan cewek itu.Raqa berdehem singkat, dalam perjalanan ia berinisiatif bertanya pada salah satu siswa berambut cepak yang sibuk mencomot es krimnya."Liat Nabilla nggak?" tanya Raqa datar, khas wajah sangarnya.Cowok yang dimintai jawaban itu pun menghentikkan aktivitasnya sejenak. "Nabilla? Yang mana? Cewek yang namanya Nabilla mah banyak, Kak. Ciri-cirinya aja
Read more

The Feeling

Yang datang tanpa diingini, biasanya dialah yang sulit dilepas untuk pergi. ••• Susah payah Raqa menghindari tatapan sinis, atau penuh tanda tanya puluhan siswa-siswi yang mendapatinya sedang menggendong Nabilla. Memutuskan untuk pulang, Raqa tidak punya alternatif lain kecuali membawa cewek mungil nan pendek itu ke markasnya. Sempat berpikir meninggalkan, Raqa bukannya tidak tega, tapi, ia sudah memikirkan lebih dalam apa konsekuensinya kalau membiarkan cewek itu. Pertama, Nabilla dalam keadaan mabuk, bisa saja ia mengatakan jika Raqa yang menyuruhnya ke sana. Padahal tidak, sama sekali. Kedua, Pak Gusti tidak sebodoh pemikirannya, mungkin saja pria itu mengetahui fakta tapi malah
Read more

Menarik Perhatian

Kamu mampu membuatku mengerti, jika Tuhan masih menginginkan senyum, dikala aku sudah serapuh ini. -Nabilla Shiletta-••• "Ih kerennn, balonnya gede terus bisa terbang," Nabilla berucap, memekik girang, saat mobil Raqa melewati taman kecil di pinggiran kota Bandung. Banyak orang berkerumun di sana demi menaiki balon udara. Jika Raqa memandang biasa kejadian itu, lain halnya pada Nabilla, dia terus mengembangkan senyum, kagum.  "Lebay banget, baru tau lu di dunia ada balon udara?" Raqa tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya. Membuat Nabilla yang tadinya asik memandang ke luar jendela kini menatapnya. "Jadi namanya balon udara? Wih kerenn
Read more

Decide

Kembali, bukan berarti sama, seperti dia yang pernah ada. -Raqa Abimanyu Dinata-••• Jarang sekali Raqa menghabiskan waktunya di kamar, berkutat dengan lembaran kertas berisikan artikel-artikel berita lama, serta dokumen-dokumen yang nyaris menguning akibat terlalu lama tersimpan dalam lemari Arga. Setelah berhasil mencuri dokumen-dokumen itu dari kamar ayahnya, ia memutuskan kembali ke kamar. Raqa berani bertaruh jika keberuntungan sedang berpihak padanya. Arga lembur malam, suatu hal yang bisa Raqa hitung dengan jari setiap hari. Kini, cowok itu fokus menatap lembaran kertas di meja belajarnya, matanya melirik bergantian kertas itu secara s
Read more

Kali Kedua

Menyadari adanya sebuah perasaan memang lama, tapi prosesnyalah yang kadang membuat kita tersiksa. Antara harus mengakui, atau membiarkan rasa itu tenggelam karena gengsi. ••• Hal pertama yang Nabilla rasakan saat motor Raqa berhenti di depan sebuah rumah kayu, adalah aura mengerikan. Kedua, tempat yang terlihat seperti gubuk ini sangatlah sepi. Ketiga, rumah di depannya tidak layak disebut rumah tapi sebuah gubuk tak berpenghuni. Keempat, rumah ini berada di daerah terpencil yang jauh dari jangkauan orang-orang.  Nabilla masih ingat, perjalanan mereka cukup memakan waktu lama, melewati berbagai perumahan dan beberapa preman yang berkeliaran di pinggir jalan.  
Read more

Menyerah

Nabilla tertidur? Tentu saja. Perjalanan mereka yang memakan waktu cukup lama membuat cewek itu tidak tahan lagi larut ke alam mimpi. Ditemani semilir angin, berselimutkan hoodie abu milik Raqa Nabilla tampak menikmati sekali aktivitas tidurnya. Meski pergerakan kecil kerap cewek itu lakukan, seperti menggeliat, hanya berakhir dengan gumaman, lalu lanjut tidur dengan nyaman. Sebab itu pula, laju motor Raqa bahkan di bawah rata-rata. Ia masih mengerti bahaya, karena bisa saja Nabilla jatuh karena pegangan di jaketnya tidak begitu kuat.Sesampainya di rumah kecil atau biasa Raqa sebut sebagai markas pelarian, dengan cepat ia memangku tubuh Nabilla. Membawa tangan cewek itu melingkari lehernya. Tiba di sofa panjang coklat, Raqa merebahkan tubuh Nabilla di sana.  Merapikan anak rambut yang menutupi wajah Nabilla, Raqa mendengu
Read more

Mencoba Bersabar

Kamu seperti rembulan, datang menyinari malamku yang kelam.***Nabilla mengerjap beberapa kali, tidak percaya apa yang Raqa katakan tadi, cewek itu memicing seraya mengintimidasi air muka Raqa."Beneran?""Bukannya ini yang lu mau? Perlu bukti?"Nabilla mengangguk. "Ini kayak mimpi, Kak Raqa pasti mau bohongin Nabilla lagi, 'kan?" Ia menunjuk wajah Raqa. "Kali ini nggak bakalan bisa.""Kalo gue serius, lu minta bukti apa?" tanya Raqa. Ia maju beberapa langkah, mendekati Nabilla lalu berjongkok hingga kepala mereka sejajar. "Permen? Susu? Es krim? Gue beliin.""Penyogokan.""Nab," Raqa berdecak sebal, tanpa menunggu persetujuan, ia mencubit gemas kedua pipi Nabilla. Cewek itu meringis sementara Raqa tertawa senang."Sakitt," rintih Nabill
Read more

Worried

Hati-hati, pada cinta, yang bisa datang menyapamu kapan saja.••• "Lu kemaren bolos ya, Nab?" tanya Sagita, ketika jam istirahat. Mereka duduk, berkumpul di salah satu kursi panjang pinggir lapangan. Nabilla menunduk, lalu mengangguk pelan, sontak Mentari dan Damar langsung terbahak.  "Kok bisa?" Mentari tidak percaya. "Bukannya kata Bunda, bolos nggak boleh, Nab. Dih, udah belajar bohong." "Bukan gituuu," Nabilla membela diri sambil menguyah lembaran roti berselai stroberi buatan bundanya. "Aku nggak bisa nolak Kak Raqa, dia ngajak aku ke suatu tempat." 
Read more

Be Mine

Waktu, tidak pernah lelah untuk menunjukkan seberapa kuat orang yang kamu anggap lemah.•••"TAMARA!"Kesabaran Raqa habis begitu saja tepatnya saat mendapati Nabilla basah kuyup akibat siraman teh panas dari Tamara. Kepalan tangan cowok itu menguat, alisnya hampir menyatu, susu di tangannya dilempar entah kemana, Raqa menghampiri Nabilla."Raqa... gue kira lu udah-""Diam!" Raqa membentak, cowok itu menatap tajam Tamara. Nyali Tamara ciut seketika. "Dasar sampah!""Kak Raqa, pipi Nabilla... perih."Ia kembali menangkup pipi Nabilla, ikut merasakan panasnya, dengan khawatir kemudian berkata. "Mana lagi yang perih?""Ini... " Nabilla menunjuk sebelah matanya yang sulit sekali dibuka. "Sakit. Mata Nabilla nggak bisa dibuka."
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status