"Mama!"
Aku terbangun kala mimpi mengerikan itu kembali menghantui. Tidak, bukan hanya sekali, mimpi itu bahkan sudah datang berkali-kali. Entah, apa yang terjadi sebelumnya. Aku selalu mengakhiri mimpi itu dengan meneriakkan kata 'Mama'.
Kupijat pelipisku yang selalu berdenyut sakit usai mimpi itu. Kemudian, kulirik jam weker di nakas, menunjukkan pukul 06.15. Oh what?! Itu artinya aku terlambat lima belas menit. Sial! Lantas aku menyibak selimut namun tiba-tiba,
"Buka! Buka, Key! Buka!"
Pergerakanku memasang sendal berbulu terhenti saat pintu kamar digedor keras. Aku menghela napas berat, siapa lagi pelakunya kalau bukan Zana? Kakak tiriku.
"Buka pintu doang lama banget, sih!" Zana menggerutu, lalu melempar segunung pakaian ke dadaku. "Nih, cuci dulu baju aku Sampai bersih!"
Keyla menyesali dirinya yang terlambat bangun pagi tadi. Akibatnya ia hampir ketinggalan bus. Keyla melambai tinggi sambil melompat-lompat sebelum bus berwarna biru bertuliskan SMA Bakti Buana itu melewatinya. Beruntung bus itu berhenti.Keyla menarik napas lega, bergegas ia menghampiri bus itu. Berpegangan pada sisi pintu lalu menaikinya. Baru saja masuk, Keyla sudah dihadapkan dengan beberapa pasang mata yang menatapnya aneh, seolah dia adalah alien yang nyasar ke bus ini.Seorang cowok dengan seragam dikeluarkan tiba-tiba mendekat, membuat langkah Keyla menuju kursi terhenti."Wait! Tunggu di situ! Lo nggak boleh masuk sebelum memperkenalkan diri."Pupil mata Keyla membesar, langsung menatap ke arah cowok itu, lalu berdecak. "Aku punya name tag, kalian bisa baca."Cowok berhidung mancung dengan gelang hitam di tangan kirinya itu mendengus berat. "Bacain lah, masa kita harus maju satu-satu cuma buat baca name
Matamu Melemahkanku 🎵Saat Pertama Kali Ku Lihatmu Dan Jujur Ku Tak Pernah Merasa Ku Tak Pernah Merasa Begini Oh Mungkin Inikah Cinta 🎵Pandangan Yang Pertama Karena Apa Yang Ku Rasa Ini Tak Biasa Jika Benar Ini Cinta Mulai Dari ManaKeyla terperangah mendengar suara cowok itu mengalun memenuhi bis ini, ia akui suaranya begitu merdu ditambah alunan dari melodi gitar mengiringi, tak pelak jika seisi bis kini ikut bernyanyi termasuk Keyla sendiri.Cowok itu bernyanyi seraya memejamkan mata. Keyla mengambil kesempatan untuk membaca name tagnya.Kaisar Davino Dirgantara. Senyum Keyla pun terbit tanpa di inginkan sembari mengalihkan pandangan ke luar jendela. Tidak buruk juga.
"And, well. Kenapa lo sampai sekolah di sini? Bukannya lo sekolah di Pelita ya?" Thania mengganti topik pembicaraan. Tadinya mereka membahas tetek bengek sekolah ini. Oh ralat, bukan mereka. Tapi Thania saja. Keyla cukup diam sambil mendengarkan sesekali mengangguk paham."Iya. Aku emang asal Pelita. Ke sini karena pindah rumah. Jarak antara rumah aku yang baru sama sekolah aku yang dulu jauh banget.""Perlu berapa jam?""Mungkin... setengah jam." Entah, Keyla tidak tahu apakah jawabannya benar, ia hanya mengingat ucapan papa. "Dan itu cukup menguras waktu Papa. Aku nggak mau ngerepotin Papa." Jujur, Keyla masih canggung berbicara dengan Thania. Meskipun mereka bersahabat sejak SMP. Rentang waktu dua tahun tidak bertemu berefek seperti itu."Lo... masih sama ya?" Perkataan menggantung Thania membuat Keyla spontan memandang cewek itu dalam. Penasaran."Baik."Dan jawaban itu berhasil memunculkan sedikit rona mera
"Jadi kamu yang namanya Keyla Adinda, anak keluarga Bramaja?" tanya Bu Aya. Dia menaikkan kacamata lalu menatap Keyla lekat.Gadis itu mengangguk singkat, Keyla agak canggung seperti ini. Masalahnya ekspresi Bu Aya sangat berlebihan. Apalagi ia datang terlambat datang tadi, beruntung, wanita tua di depannya ini masih baik hati."I-iya, Bu. Saya Keyla. Putrinya Pak Bramaja. Pindahan dari SMA Harapan Pelita," jelas Keyla lalu tersenyum. Bu Aya manggut-manggut paham. Wanita tua itu meneliti penampilan Keyla dari atas ke bawah. Dan seakan mengingat sesuatu, Bu Aya tersenyum semringah."Ohhh kamu. Baik-baik, sekarang ibu ingat, kamu yang mendaftar seminggu yang lalu. Tunggu sebentar ya. Ibu mau cek dulu kamu masuk kelas mana," ungkapnya.Keyla mengangguk sembari tersenyum. Bu Aya lantas meninggalkan gadis itu sendiri.Keyla menghembus lega, jujur, dia sangat gugup tadi. Takutnya ditanyai macam-macam, seperti, mengapa data
"Ada tugas apa?" Keyla akhirnya bertanya pada Kaisar setelah beberapa menit hanya duduk manis, selepas guru yang membawanya pergi ke sini. Keyla bingung harus berbuat apa. Membalas ajakan kenal dari teman-teman barunya saja ia kaku. "Matematika, buku paket halaman 30. Tugas 1. Tulis soal, pakai cara," sahut Kaisar sejelas mungkin agar teman barunya itu paham. Ia tersenyum. Keyla manggut-manggut tanpa ekspresi, ia segera mengeluarkan sebuah buku tulis bersampul coklat. Tak lupa kotak pensil warna biru berisi peralatan menulis lengkap. Keyla menggaruk pipinya bingung. Bagaimana caranya ia mengerjakan tanpa tahu soalnya? Keyla mendengus, ia melirik Kaisar yang asik menulis sesuatu di belakang buku. Keyla pikir, Kaisar sudah selesai mengerjakan tugasnya. Maka dari itu, Keyla berkata. "Aku boleh pinjam buku paketnya?" "Boleh," jawab Kaisar. Ia menggeser buku paket tebal yang tergeletak anteng di mejanya ke mej
Ramainya jalanan kota Bandung di malam hari membuat mobil hitam itu melaju sedang. Bahkan, si pengendara sampai memukul setir mobil karena kesal. Ia mendengus kuat-kuat. Ditatapnya, dua wanita berbeda umur yang malah nampak ketakutan di sampingnya "Diam! Jangan menangis! Ini salahmu, Key. Gara-gara kamu kita terlambat!""Stop, Mas! Kamu jangan nyalahin Key terus! Key masih kecil, dia nggak ngerti apa-apa," tandas seorang wanita, ia memeluk anak gadis berumur 6 tahun di pangkuannya dengan erat, saat anak itu menangis semakin kuat."Argh. Terserah! Bela aja terus anak kamu itu! Dia pembawa sial! Dulu, gara-gara dia Bimo meninggal. Sekarang, Ibuku! Gara-gara dia, ibuku jatuh dari tangga! Dan dia yang mendorongnya!" "Cukup! Mas terlalu egois, semua kejadian itu bukan salah Key! Hanya kebetulan
"Darimana kamu?" Suara boriton itu memecah keheningan ketika Kaisar menapaki anak tangga ketiga. Tepat di sudut ruangan. Samuel menatapnya tajam.Kaisar enggan menjawab, ia hanya mengangkat bahu acuh. Pertanyaan klise itu dalam sekejap menghancurkan mood-nya sekaligus senyum di bibirnya. Kaisar pun melanjutkan langkahnya yang tertunda."Kaisar! Papa nanya itu dijawab!" Kini suara Samuel meninggi. Dadanya naik turun menahan amarah. Satu tangannya terkepal."Kumpul sama temen," jawab Kaisar datar. Tanpa menoleh sedikitpun ke arah Samuel."Selama itu? Kenapa baru pulang jam segini?!" Telunjuk Samuel terangkat mengarah ke jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore."Salah? Kenapa emangnya? Kayak papa nggak pernah muda aja."Kaisar tersenyum smirk. Sukses membungkam mulut papanya cowok itu pun memasuki kamar dan menutup pintunya kasar hingga menimbulkan suara gebrakan lumayan keras.Sialan! Kaisar bosan seti
"Hari pertama sekolah di SMA Bakti Buana, apa kesan kamu, Key? Udah banyak dapat temen?" Pertanyaan Bram barusan kontan membuat Keyla hampir tersedak. Seperti jebakan abstrak yang langsung mengikat. Bagi Keyla, pertanyaan itu benar-benar memutar otak. Sepasang matanya bertemu dengan sepasang mata milik Dara. Keyla lantas menunduk. Dara menatapnya sambil memicing, jelas itu adalah telepati yang memaksa Keyla harus menjawab seperti ini. "Banyak, Pa." Meskipun ia tidak mau. "Temen Keyla baik semua." "Bagus deh." "Halah. Paling bohong, mana ada yang mau temenan sama es batu?" Zana menyeletuk sarkas. Biasa, gadis itu lebih suka menampilkan ketidaksukaannya secara terang-terangan daripada Dara. "Zana!" tegur Bram, nada bicaranya naik satu oktaf menatap Zana. "Jangan ngomong seperti itu! Seharusnya kamu sebagai kakak menyemangati Keyla. Meskipun bukan kandung, dia tetap adik kamu." "Nggak mau!" Kali ini Zana memandang Keyla
Makan malam. Terasa sedikit berbeda dari malam-malam sebelumnya, karena malam ini Samuel ikut bergabung di meja makan. Bersama. Mereka bertiga, Soraya, Kaisar, dan Samuel. Meskipun begitu, Kaisar tidak merasakan senang sama sekali. Sebab, walaupun semua anggota keluarga lengkap. Keadaan tetap hening. Seolah yang makan adalah patung berwujud manusia yang tidak mengenal satu sama lain. "Berantem lagi?" tanya Kaisar santai tapi sarkastik. Lantas membuat kunyahan Samuel dan Soraya berhenti. Kaisar menyadari itu. Ia tersenyum sinis, spontan mendapat cubitan pelan di paha dari Soraya. "Makan dulu, Sar. Jangan banyak omong," tegur Samuel. Tenang namun sirat akan kecaman. Kaisar terkekeh. "Terus kalau makannya udah selesai boleh ngomong?" tanyanya. Kaisar menatap dua orang itu bergantian. "Biasa juga enggak, 'kan?" Soraya menyentuh bahu Kaisar. "Kamu ngomong apa sih, Nak? Kita bedua baik-baik aja. Nggak berantem." "Oh ya?" Kaisar
Dua prinsip yang harus dipegang saat ini;Pertama, tidak boleh terbawa perasaan ketika bersama cowok.Kedua, tidak boleh jatuh cinta sebelum berhasil membanggakan ayah dan bunda.Keyla membaca tulisan di belakang diary-nya itu, ia menulisnya tepat ketika berumur 12 tahun. Dimana saat itu ia mulai mengenal sebuah kata yang bernama 'Cinta'. Catat! Hanya mengenal, bukan merasakan.Keyla tidak tahu persis bagaimana perasaan itu. Namun, kata Thania perasaan cinta adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan dan diutarakan dengan kata-kata. Pokoknya rumit, tapi asyik.Bahkan, setiap orang yang telah jatuh cinta bisa dibuat buta. Semakin ke sini Keyla semakin tidak mengerti.Keyla menutup buku diary berwarna biru itu dengan cepat, ini semua gara-gara Kaisar dia jadi kepikiran hal konyol bernama 'Cinta' itu.Akan tetapi Keyla tidak bisa mengelak jika ia baper oleh perlakuan Kaisar. Terutama ketika cowok itu mengacak rambutnya.
Keyla beruntung karena alibinya tadi. Cewek itu menghembuskan napas lega setelah melihat Kaisar mengangguk, mempercayai ucapannya. Meskipun sebelumnya Keyla sempat gugup karena Kaisar hampir saja mengganggapnya berbohong."Serius kelilipian?" tanya Kaisar ulang.Oh ternyata Keyla salah, Kaisar masih belum sepenuhnya percaya."Iya bawel!" jawab Keyla bosan. Cewek itu hendak berjalan lebih dulu namun lengannya tiba-tiba ditahan oleh Kaisar.Keyla berbalik dan menatap cowok itu penuh pertanyaan. Kedua alisnya hampir menyatu. Bibirnya sedikit terbuka ingin mengucapkan sesuatu namun urung karena Kaisar menatapnya begitu dalam.Sampai akhirnya Kaisar melangkah maju mendekati Keyla. Matanya tak lepas sedikit pun menyorot mata cewek itu. Membuat Keyla terasa kaku untuk mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Kaisar.Cowok itu merunduk hingga kepala mereka sejajar. Sekarang, bukannya tubuh Keyla saja yang kaku, tapi jantungnya
"Astaga lupa! Hape gue ketinggalan di laci," ungkap Kaisar yang reflek menghentikan langkah saat teringat sesuatu.Keyla menghela napas. Mereka hampir saja mendekati parkiran dan Kaisar berucap seperti itu. Rasanya seperti gagal menang perlombaan lotre. Padahal, Keyla berencana akan pulang ke rumah tepat waku. Karena banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan sebelum pukul delapan malam. Setelah itu, barulah Keyla mengerjakan tugas sekolah."Gue ambil dulu yaa. Lo tunggu di sini, jangan kemana-mana," pinta Kaisar. Tanpa mendapat persetujuan Keyla cowok itu bergegas pergi.Keyla pun menarik napas sekali. Ia menepikan diri di bawah pohon besar dekat parkiran."Keyla!" panggil seseorang dari arah kiri. Keyla menoleh. Ternyata Putra."Sendirian nih? Lo nungguin siapa?" tanya Putra setibanya di hadapan Keyla."Kaisar.""Wohoo. Udah gercep ya itu anak," godanya.Keyla yang paham maksud Putra menyela. "Cum
Sejak kejadian di taman belakang tadi Kaisar malah tambah kepo. Ia mencerca Keyla dengan beberapa pertanyaan yang absurd dan unfaedah. Ada sih beberapa pertanyaan yang cowok itu lontarkan mengenai kakaknya. Tapi tetap saja Keyla merasa terganggu. Akibatnya, Keyla kini menyumpal satu telinganya dengan headset. Suasana kelas juga sedikit berisik karena guru yang mengajar ijin ke toilet."Key, temenin gue belajar yuk!" pinta Kaisar tiba-tiba membuat Keyla dengan malas menatap teman sebangkunya itu."Belajar apaan?" tanyanya.Kaisar cekikikan lalu nyengir lebar. "Belajar untuk menjadi yang terbaik buat kamu.""Hahaha. Receh!" sahut Putra yang duduk di belakang. Lalu tatapannya berubah datar.Kaisar melirik sinis Putra. "Sirik lo upil gajah!"Sedangkan Keyla hanya geleng-geleng melihat tingkah aneh kedua cowok itu. Lalu dia memejamkan mata sejenak, menikmati lagu beatiful milik Crush yang mengalun lewat headset di telinganya. Keyla sa
"Lo ngapain makan diem-diem sendiri di sini?" Keyla menolehkan kepalanya sejenak lalu berkata, "Suka aja," jawabnya singkat. Kaisar terkekeh pelan. Keyla itu ya, jawabannya singkat mulu. Emang ngomong itu pakai kuota apa? "Ohh sukaa," ujar Kaisar kemudian. Ia menarik napas dalam-dalam lalu menatap Keyla. Lebih tepatnya ke bekal hijau yang berisikan nasi goreng dan telur gulung di pangkuan gadis itu. Kaisar menjilat sudut bibirnya, cukup menggungah selera. Kebetulan sekali ia belum makan. "Beuhh. Kayaknya enak. Mau dongg." Keyla menoleh lagi, tanpa kata-kata ia langsung menggeser bekal itu ke tengah. Keyla mendiamkannya sesaat. Kaisar bahkan sampai berkedip. Ia kira Keyla akan bersuara, setidaknya 'makan tuh' tapi ternyata gadis itu hanya diam. "Thanks," ucap Kaisar. Lantas menyantap bekal itu dengan lahap. Seperti orang tidak makan dua hari. Keyla hanya geleng-geleng melihat tingkah cowok itu. "Ke
Kaisar melangkah cepat menyusuri koridor kelas IPA yang berada di lantai dua. Matanya tak lepas mengamati sekitar. Tujuannya sama, yaitu mencari Keyla. Kaisar tak habis pikir mengapa gadis itu terlalu misterius dan sulit sekali ditemukan.Kaisar sudah mencek kelasnya namun Keyla tidak ada di sana. Jika gadis itu hanya memberi uang pada kakaknya yang bernama... siapa tadi? Zana? Seharusnya, Keyla telah kembali ke kelas mereka.Kaisar menyesal tidak meminta nomor gadis itu sebelumnya.Ketika menatap ke samping kanan, tiba-tiba saja seseorang menabraknya. Kaisar lantas menoleh ke arah orang itu saat terdengar ringisan. Ternyata ponsel milik orang itu terjatuh."Lo jalan pakai mata nggak sih?!" kesal cewek itu sambil mengambil ponsel berlogo apelnya yang tergeletak. Kaisar menyadari saat ponsel itu terbalik.Kaisar berdecak. "Enak aja si eneng, situ kali yang nabrak gue. Nggak suci lagi nih baju pangeran," ucap Kaisar dengan tingkat k
"Gue yakin kemah tahun ini bakalan rame," ungkap Dewa saat mereka berempat, Kaisar, Angkasa, Putra dan dirinya berjalan beriringan menuju kantin. Melepas penat setelah hampir dua jam berkutat dengan papan tulis dan buku-buku pelajaran. Setibanya di kantin yang dalam sekejap saja ditimbuni banyak umat manusia itu, ketiganya langsung menduduk kursi kosong yang tersisa di pojok."Lo-lo semua mau pesen apa?" Tanya Dewa yang berinisiatif memesankan makanan untuk ketiga temannya."Gue nasi goreng sama es teh lah, kayak biasa," sahut Putra bersemangat, lalu cowok itu melempar senyum centil pada adik kelas yang lewat.Kaisar yang nampak berpikir akhirnya membuka suara. "Gue bakso, sambelnya banyakin. Ah, jangan lupakan marimas kesukaan gue.""Nggak usah pake desah," celetuk Angkasa, manusia paling kalem di antara mereka berempat."Lo apa, Sa?" Kini, dewa bertanya pada Angkasa."Mineral aja."Dewa berdecak. "Itu doang.
"Hari pertama sekolah di SMA Bakti Buana, apa kesan kamu, Key? Udah banyak dapat temen?" Pertanyaan Bram barusan kontan membuat Keyla hampir tersedak. Seperti jebakan abstrak yang langsung mengikat. Bagi Keyla, pertanyaan itu benar-benar memutar otak. Sepasang matanya bertemu dengan sepasang mata milik Dara. Keyla lantas menunduk. Dara menatapnya sambil memicing, jelas itu adalah telepati yang memaksa Keyla harus menjawab seperti ini. "Banyak, Pa." Meskipun ia tidak mau. "Temen Keyla baik semua." "Bagus deh." "Halah. Paling bohong, mana ada yang mau temenan sama es batu?" Zana menyeletuk sarkas. Biasa, gadis itu lebih suka menampilkan ketidaksukaannya secara terang-terangan daripada Dara. "Zana!" tegur Bram, nada bicaranya naik satu oktaf menatap Zana. "Jangan ngomong seperti itu! Seharusnya kamu sebagai kakak menyemangati Keyla. Meskipun bukan kandung, dia tetap adik kamu." "Nggak mau!" Kali ini Zana memandang Keyla