All Chapters of Harta Tahta Kesayangan Duda: Chapter 31 - Chapter 40

57 Chapters

31. Keberadaanmu

Setiap orang pasti memiliki rahasia yang harus disimpan dengan rapat. Namun bagaimana jadinya jika rahasia itu terbongkar dan diketahui oleh banyak orang? Itu yang dirasakan Aksa saat ini. Seperti kata peribahasa, angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam yang artinya rahasia tidak selamanya dapat disembunyikan, akhirnya akan terbuka juga.Aksa tidak pernah menyesal dengan apa yang dia katakan pada Era malam itu. Hatinya justru merasa lega. Aksa memang takut akan jawaban Era, tapi setelah beberapa hari menenangkan diri, dia memilih untuk menerima apapun jawaban Era nanti. "Nggak ke kantor, Sa?" tanya Bu Ratna melihat anaknya berdiri santai di samping kolam renang.Aksa yang sudah rapi dengan kemeja kantornya masih terlihat santai dengan secangkir kopi panas di tangannya. Pria itu menoleh dan tersenyum pada ibunya, "Sebentar lagi," jawab Aksa kembali menatap kolam renang."Kangen Era ya?" tanya Bu Ratna tepat sasaran, "Kamu b
Read more

32. Bersamamu

Bagi Era, tidak ada keinginan lain selain memeluk Biansaat ini. Setelah lomba berakhir, dengan cepat dia mengemasi barangnya dan berlari kecil menghampiri Bian. Anak kecil itu terlihat lucu saat melambaikan tangannya pada Era. Langkah kakinya terhenti saat Ezra muncul di hadapannya. Pria itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Melihat itu, Era mendorong Ezra dan kembali berlari menghampiri Bian."Sialan lo, Ra!" teriak Ezra kesal. "Bodo!" balas Era menjulurkan lidahnya.Saat sudah berada di hadapan Bian, Era menunduk dan memeluk bocah itu erat. Begitu erat sampai membuat Biantertawa karena tingkah Era."Kenapa nggak pernah main ke panti?" tanya Era sedikit merenggangkan pelukannya.Bian tampak bingung dan mulai menatap ayahnya. Mata Era menyipit melihat itu. Dengan kesal dia menatap Aksa yang memilih untuk mengalihkan pandangannya."Nggak dibolehin Papa
Read more

33. Panasnya Hati

Hari Minggu, hari di mana Aksa lebih senang berada di rumah untuk beristirahat. Namun, tidak untuk sekarang. Aksa masih mengingat jelas ucapan Era untuk lebih meluangkan waktu bersama Bian. Sekecil apapun itu, pasti akan membekas dan berkesan di hati anaknya. Di dalam mobil, Aksa tersenyum sambil menatap jalan di depannya. Sesekali dia melirik Bian yang tengah bernyanyi di sampingnya. Pagi tadi, Aksa mengajak Bian untuk olahraga di taman. Memang hanya dirinya yang olahraga, karena Bian memilih bermain bersama anak-anak lainnya. Tipikal seorang Bian, mudah sekali untuk bersosialisasi, sama seperti ibunya."Mau es krim, Pa." "Habis olahraga kok makan es krim?" tanya Aksa masih fokus menyetir."Dikit aja, Pa. Nanti habis makan Bian olahraga lagi.""Mau es krim rasa apa?" Aksa menghentikan mobilnya di depan kedai es krim."Durian!" teriak Bian semangat."E
Read more

34. Harta Tahta Renata

Mantan terindah. Menurut Aksa, tidak ada yang namanya mantan terindah. Jika memang terindah, tentu suatu hubungan tidak akan berakhir. Pasti akan dipertahankan bagaimanapun caranya. Jika memang sudah berakhir, berarti dia bukanlah pasangan terindah yang diberikan oleh Tuhan. Sesimpel itulah isi pikiran Aksa. Dari kejauhan, dia bisa melihat Renata yang tengah berenang bersama Bian. Mereka tertawa bersama dan Aksa bersyukur akan hal itu. Setelah menunggu setahun lebih, akhirnya Renata bisa datang untuk mengunjungi anaknya. Kesibukannya sebagai pembawa acara kuliner di Belanda yang membuatnya sulit untuk mencari waktu luang."Sa! Ayo, ikut renang!" panggil Renata saat melihat Aksayang hanya diam.Aksa menggeleng dan membiarkan Bian menikmati waktu bersama ibunya. Sudah dua hari wanita itu rutin berkunjung ke rumahnya. Tujuannya hanya satu, yaitu menemani Bian dan melepas rindu dengan a
Read more

35. Harta Tahta Kesayangan Duda

Sudah beberapa hari berlalu tapi rasa malu yang Era rasakan tidak kunjung hilang. Dia masih mengingat jelas kebodohannya di depan Aksa. Pria itu terlihat senang saat berhasil menggodanya. Terpaksa Era harus menjauh demi kesehatan jantungnya sendiri. Aksi menghindari Aksa masih berlangsung hingga saat ini, tapi entah kenapa Bu Asih seolah tidak mendukungnya untuk bersembunyi. Dengan santainya wanita itu meminta Era untuk mengantarkan sayur nangka muda kesukaan Bu Ratna. Era yang memang segan untuk menolak memilih untuk menurut. Dia hanya bisa berdoa supaya Aksa tidak ada di rumah.Doa buruk tidak akan pernah terkabul. Era berdiri di halaman rumah Aksa dengan lemas. Dia bisa melihat dengan jelas mobil pria itu di halaman. Aksa ternyata sudah kembali dari kantor. Ingin sekali Era lari dan menitipkan makanan yang ia bawa pada satpam, tapi tentu dia tidak akan melakukannya. Era masih mempunyai sopan santun, setidaknya untuk Bu Ratn
Read more

36. Persiapan Rudal

Keresahan membawa keberuntungan, kalimat itu berlakuuntuk Era saat ini. Keresahan yang dia rasakan selama beberapa hari terakhir ini berakhir dengan mimpi indah.Bahkan hingga saat ini Era masih berpikir jika semuanya adalah mimpi. Keberadaan Renata di samping Aksa yang membuatnya nekat untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya. Jika tidak ada Renata, mungkin Era tidak akan menyadari perasaannya hingga saat ini. Bukan bodoh, tapi Era tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Hidupnya hanya dipenuhi dengan pendidikan dan adik-adiknya. Percintaan adalah nomor sekian yang akan ia pikirkan. Namun siapa sangka di usianya yang ke-18 ini Aksa hadir masuk ke dalam hidupnya. Seorang duda beranak satu yang mampu menggetarkan hatinya. "Ra, kenapa lo senyum-senyum?" bisik Lala saat melihat Era mendengarkan materi dengan tersenyum. "Orang kalo lagi pelajaran biasanya wajahnya kusut, lah ini malah ceria. Lo stres ya?" tanya Aldo yang ikut merasa bing
Read more

37. Rudal Meledak

Perjalanan pulang menjadi momen paling menakutkan bagi Era. Entah kenapa kebahagiaan yang ia rasakan bersama Aksa langsung lenyap saat mendengar kabar dari Bu Asih. Era tidak lupa jika dia sempat bertengkar dengan Ezra di sekolah tadi dan sekarang pria itu datang bersama ayahnya. Apa yang sebenarnya Ezra inginkan?Keheningan di dalam mobil membuat Aksa menarik tangan kekasihnya dan menggenggamnya erat, "Kamu kenapa?" Era menggeleng lemah, "Perasaan saya nggak enak, Pak."Aksa tidak menjawab. Jujur, dia merasakan hal yang sama tapi dia tidak ingin menunjukkannya. Aksa tidak ingin membuat Era semakin khawatir. Kabar tentang Ezra yang datang ke panti membuatnya kesal, tapi saat tahu jika Ezra tidak datang sendiri malah membuatnya bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Mobil berhenti tepat di halaman panti. Era bisa melihat ada mobil Ezra di sana. Perlahan dia menatap Aksa dan menggenggam tangannya erat. Bahkan rasa dingin dan basa
Read more

38. Kencan Lagi

Dengan kantung mata yang menghitam, Aksa menatap pantulan dirinya di depan cermin. Kemeja rapi yang ia pakai tidak membuat wajahnya terlihat segar. Hal itu karena dia kesulitan tidur semalam. Pikirannya terus tertuju pada Era yang tidak bisa dihubungi hingga saat ini. Anggap saja Aksa berlebihan, tapi dia merindukan Era. Tidak bertemu dengan gadis itu selama beberapa jam membuatnya tidak suka. Ditambah fakta dengan kedatangan Ezra semalam. Aksa penasaran, apa yang sebenarnya terjadi? Sambil merapikan dasinya, Aksa kembali melirik ponselnya untuk yang kesekian kali, berharap jika ada nama Era yang muncul di notifikasi ponselnya, tapi yang ada hanya email-email pekerjaan yang iadapat. Selesai dengan kegiatan paginya, Aksa bergegas untuk keluar. Dia memilih untuk berangkat pagi agar bisa mampir ke panti. Dia khawatir dengan Era yang mendadak menghilang."Sa!" panggil Bu Ratna semangat saat melihat anaknya,&nbs
Read more

39. Kehidupan Baru

Mengambil satu langkah ke depan untuk perubahan yang positif adalah sebuah keharusan. Era memilih kehidupan baru dengan harapan jika semuanya akan menjadi lebih baik. Setelah menerima banyak nasihat dari orang-orang terdekatnya, akhirnya Era memilih untuk mencobanya. Dia bersedia untuk memberikan ayahnya kesempatan untuk hidup bersama.Era menatap rumah di depannya dengan pandangan menerawang. Sangat asri dengan sentuhan kayu yang indah. Seketika ingatannya tertuju pada adik-adiknya di panti yang suka bermain di atas rumput. Ezra memiliki rumah dengan halaman yang sangat luas."Ayo, masuk. Mama sama Ezra udah nunggu di dalem," ajak ayahnya sambil membawa tas ransel milik Era. Ya, hanya tas ransel karena Era masih ingin beradaptasi terlebih dahulu.Saat sudah berada di dalam rumah, aroma khas kayu mulai masuk ke indera penciumannya. Era mengingat ucapan Ezra tentang pekerjaan ayahnya yang merupakan seora
Read more

40. Badai Menerpa

Kebahagiaan adalah hal yang diinginkan oleh semua orang. Setelah diterpa oleh badai besar, langit cerah adalah momen yang paling ditunggu. Begitu juga Aksa, setelah beberapa tahun hidup menyedihkan tanpa kasih sayang, akhirnya dia dapat kembali merasakan kebahagiaan yang dia inginkan, yaitu dengan hadirnya seorang wanita di hidupnya.Sedari tadi Aksa tidak berhenti tersenyum di depan ponselnya. Sudah banyak foto dirinya yang ia ambil. Aksa ingin mengirimkan gambar itu pada Era. Dia yakin jika gadisnyaakan senang melihat wajah tampannya pagi ini. Aksa kembali tersenyum setelah berhasil mengirim foto yang menurutnya paling tampan. Padahal semua foto yang dia ambil memiliki gaya yang sama. Pria memang begitu bukan? Sambil menunggu balasan dari Era, Aksa mengambil dasi dan memakainya. Entah kenapa dia terlihat lebih segar pagi ini. Mungkin karena efek berbincang dengan Era via telepon semalaman. Ponsel Aksa berbunyi mena
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status