Semua Bab Harta Tahta Kesayangan Duda: Bab 41 - Bab 50

57 Bab

41. Kabar Mengejutkan

Bagi sebagian orang, mungkin terasa aneh saat melihat remaja memiliki hubungan dengan seorang duda. Banyak yang akan menyayangkan hal tersebut. Namun bagi Era, meskipun duda, Aksa adalah pria yang paling baik di dunia. Terlepas dari masa lalu yang kelam, Aksa adalah pria dewasa yang sangat mengerti dirinya. Saat Era dibingungkan dengan dua pilihan, ada Aksa yang membantunya. Pria itu selalu memiliki jawaban yang masuk akal dan tidak pernah membuatnya kecewa. Aksa dan logikanya membuat Era semakin jatuh cinta. Untuk pertama kalinya dia merasa seperti ini pada seorang pria. Seperti sekarang, Era berdiri di depan panti dengan senyuman lebar. Apalagi saat melihat mobil Aksa yang datang dari kejauhan. Hatinya seketika berbunga-bunga. Seperti rencana yang sudah mereka buat, Era dan Aksa akan mengunjungi panti bersama. Namun karena pekerjaan yang padat, Aksa terpaksa lembur dan meminta Era untuk datang terlebih dulu.Di dalam mobil, Aksa terse
Baca selengkapnya

42. Pilihan Berat

Ciri menjadi dewasa adalah mampu mengambil keputusan dan mampu bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil. Berat memang, tapi itu akan terjadi pada semua orang. Jika bisa, Era tidak ingin merasakan hal itu. Dia dilema di antara dua pilihan. Antara Aksa atau keluarganya?Era tersenyum saat melihat wajah Aksa di ponselnya. Pria itu tampak serius dengan laptop di depannya. Pria itusudah berada di Singapura sekarang."Kamu kenapa?" tanya Aksa pada Era yang memilih untuk diam. Tidak biasanya gadis itu seperti ini. "Nggak papa," jawab Era dengan tersenyum.Aksa melirik jam di ruangannya dan kembali menatap Era, "Udah jam 10, kamu harus tidur."Era berdecak dan menggeleng, "Nggak mau.""Besok kamu ujian, Ra."Era kembali menggeleng, "Nggak mau," ucapnya lirih. Mungkin hanya dirinya sendiri yang bisa mendengar suaranya."Kamu kenapa, hm?""Kak Aksa cinta nggak sama aku?" tanya E
Baca selengkapnya

43. Keputusan Berat

Dengan langkah pelan, Era mulai memasuki panti. Hari terakhir ujian dia memutuskan untuk datang ke tempat ini, tempat di mana dia habiskan seluruh masa kecilnya dengan limpahan kasih sayang dari Bu Asih. Kedatangan Era disambut bahagia oleh adik-adiknya. Dia tersenyum tapi tidak dengan hatinya, seolah banyak beban yang ia tanggung dan memaksa untuk segera dikeluarkan."Loh, kamu dateng, Ra? Kok nggak kabarin Ibuk?" Bu Asih keluar dari dapur saat mendengar teriakan heboh dari anak-anak asuhnya. "Ibuk," ucap Era sambil merentangkan kedua tangannya. Tanpa bisa dicegah air mata itu mulai mengalir. Bu Asih yang bingung hanya bisa pasrah saat Era memeluknya erat. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Era."Kamu kenapa? Ada masalah di rumah?" tanya Bu Asih khawatir.Era menggeleng dan mulai menghapus air matanya. Dia memilih untuk duduk di sofa untuk menenangkan diri. Era butuh pencerahan sekarang. Dia tidak bisa
Baca selengkapnya

44. LDR (Lelah Dilanda Rindu)

Waktu berlalu begitu cepat. Semua persiapan sudah Era lalukan sebelum pergi. Ini pertama kalinya dia keluar negeri dan bersyukur keluarganya mau membantunya. Tidak banyak barang yang dia bawa, mengingat jika di sana pun Era akan mengenakan pakaian baru. Hal itu dikarenakan musim yang berbeda. Selama beberapa hari menjelang keberangkatannya, Era sering menghabiskan waktu bersama Aksa. Bukan hanya pria itu, tapi juga Bian. Era akan merindukan anak itunantinya. Bian terlihat sedih saat mendengar keputusannya, tapi saat Aksa menjelaskan tujuan Era, Bian mau menerimanya. Dia malah meminta Era untuk menjadi guru pribadinya nanti jika sudah kembali ke Indonesia.Bian masih memeluk Era erat. Bibirnya yang maju membuktikan jika dia sedang kesal sekarang. Bahkan ucapan ayahnya ia abaikan. Telinganya seolah tertutup rapat dengan segala bentuk alasan."Bian, dengerin Papa."Bian menutup telinganya dengan kedua
Baca selengkapnya

45. Semua Berubah

Suara alarm yang terdengar nyaring mulai mengganggu tidur Era. Dengan mata yang terpejam, dia meraih ponsel dan mematikan alarm-nya cepat. Saat akan kembali tidur, ponselnya kembali berbunyi. Kali ini bukan alarm, melainkan panggilan dari Ezra. "Ezra! Lo sengaja ya?!" teriak Era dan mematikan ponselnya cepat."Bangun, Nyet!" teriak Ezra dari luar kamar sambil menendang pintu.Dengan malas Era mulai bangkit dari tidurnya. Terlihat dengan jelas kantung mata di wajahnya. Dia hanya tidur tiga jam setelah menyelesaikan sketsa gambar untuk ayahnya. Ya, dia masih menekuni hobi menggambarnya hingga saat ini. Meskipun menggambar adalah kesukaannya, tapi Era tidak mengambil jurusan desain ataupun arsitek seperti ayahnya. Dia justru mengambil jurusan bisnis yang menurutnya memiliki peluang lebih luas. Setidaknya itu yang dia pikirkan dua tahun lalu. Ternyata jurusan bisnis tidak semudah yang ia kira."Bangun, Ra." Pintu terbu
Baca selengkapnya

46. Ujian Lagi

Dua tahun berlalu, kehidupan Aksa masih sama. Dia seolah kembali ke masa lalu di mana ia masih sendiri. Namun kali ini rasanya begitu berat karena dia memiliki seseorang yang ia cintai. Berbeda dengan dulu yang meskipun Aksa sendiri tapi tidak ada beban rindu yang ia rasakan. Selama empat tahun menjalani hubungan jarak jauh dengan Era, Aksa merasa ada perubahan pada gadis itu, perubahan ke arah positif tentu saja. Meskipun Era semakin dewasa, baik secara fisik dan pemikiran tapi ada masanya gadis itu masih menangis di telepon karena sulitnya tugas kuliah yang ia kerjakan. Di saat seperti itu, Aksa ingin sekali memberi dukungan dan masukan secara langsung untuk Era. Namun ia tidak bisa karena kesibukannya di sini. Bahkan bisa dihitung dengan jari berapa kali mereka bertemu dan itu pun hanya berlangsung selama beberapa jam. Aksa juga harus diam-diam agar tidak ketahuan ayah Era. Jika tidak ingat ucapan Ezra tentang tes dari ayah Era, tentu Aksa memilih untu
Baca selengkapnya

47. Kesayangan Duda Reborn (End)

Suara tukang sayur yang terdengar lantang membuat senyum Era merekah. Entah kenapa dia merindukan suara khas itu. Dia mengintip dari jendela kamarnya dan melihat sudah banyak ibu-ibu yang tengah berbelanja sayur, termasuk ibunya. Sambil merapikan kemejanya, Era kembali ke meja kerjanya untuk merapikan kertas-kertas gambar yang akan dia berikan pada ayahnya nanti.Seperti cita-citanya dulu, Era ingin membuat sebuah usaha bersama ayahnya. Setelah satu tahun bekerja keras di Inggris, akhirnya mereka bisa memiliki merek sendiri untuk furniture mereka. Meskipun masih merintis, tapi Era yakin jika mereka akan menjadi besar suatu saat nanti. Terbukti dari beberapa toko ternama yang mempercayai brand mereka untuk ikut bersaing dengan merek lainnya. "Ra!" panggil ibunya."Ya, Ma?!" Era berteriak sambil membawa barang-barang yang ia butuhkan."Mau ikan atau cumi?" tanya ibunya. Sepertinya wanita
Baca selengkapnya

48. Ekstra Chapter : Pasangan Gemas

Di dalam lift, Aksa terus menggenggam tangan Era erat. Dia tidak berniat melepaskannya walau hanya sedetik. Aksa tidak mau Era lari atau yang lebih parahnya dia takut jika semuanya hanyalah mimpi. Aksa sadar jika dia bisa gila setiap harinya hanya karena memikirkan Era, kekasih hatinya. Pintu lift terbuka, baik Aksa dan Era terdiam di tempat saat melihat ada Bayu, karyawan yang dipercaya Aksa untuk membantunya akhir-akhir ini mulai memasuki lift. "Loh, Pak Aksa?" Bayu terlihat terkejut, "Kamu udah dateng, Ra?" tanyanya pada Era.“Sudah, Mas.” Era menunduk."Saya baru mau ke atas. Pak Aksa sudah kenal sama Era?" tanya Bayu lagi."Iya, saya sudah ketemu Era tadi. Kamu terlambat,” ucap Aksa.Bayu menggaruk lehernya pelan, "Maaf, Pak. Saya harus ketemu manager keuangan tadi."Era tersenyum kaku dan berusaha melepaskan tangan Aksa yang masih menggenggam tanga
Baca selengkapnya

49. Ekstra Chapter : Meminta Restu

Di pagi hari, Era sudah duduk di meja kerjanya sambil berkutat dengan komputernya. Meskipun dia bekerja untuk kekasihnya tapi bukan berarti dia bisa bermalas-malasan. Niat Era bekerja di sini tak hanya ingin dekat dengan Aksa, tapi dia juga ingin belajar. Meskipun Aksa dan Era adalah sepasang kekasih, tapi saat jam sudah menunjukkan waktu bekerja maka mereka akan berubah profesional. Bahkan Era menggunakan bahasa baku jika berbicara dengan Aksa. Bukannya apa, tapi memang harus seperti itu bukan?Telepon di meja Era berdering. Dengan segera dia mengangkatnya, "Ya, Pak?" sapa Era."Saya minta data pengeluaran bulan lalu, Ra.""Baik, Pak."Seperti itulah interaksi Era dan Aksa saat bekerja. Apa ini kemauan Aksa? Tentu saja tidak. Era yang memberikan ide ini. Setidaknya sebelum mereka sah, Era tidak ingin ada pemberitaan negatif tentang dirinya. Dia tidak mau para karyawan beranggapan jika dia adalah anak emas Aksa. Meskipun itu benar, tapi Era tida
Baca selengkapnya

50. Ekstra Chapter : Hari Pertunangan

Langit yang cerah seolah mendukung suasana yang ada. Taman belakang rumah Era telah disulap sedemikian rupa menjadi tempat acara yang luar biasa. Sama seperti langit, wajah semua tamu juga sama cerahnya. Terutama dua bintang utama hari ini, Era dan Aksa. Dengan mengenakan batik, Aksa terlihat tampan hari ini. Dia tidak ragu untuk menunjukkan senyumnya. Senyuman yang mampu membuat semua orang terpesona. Begitu juga Era, dia tampak cantik dengan kebaya modern yang senada. Sama seperti Aksa, Era tidak bisa menyembunyikan kabahagiaannya. Acara pertunangan dibuat privat dengan mengundang keluarga, orang-orang terdekat, dan awak media yang terpilih. Tentu saja wartawan ikut hadir karena Aksa adalah salah satu pengusaha yang cukup berpengaruh. Mereka yakin jika berita ini muncul di pemberitaan nanti, akan banyak wanita yang patah hati karena Aksa Kusuma akan segera menikah."Sini, Bian!" panggil Era pada&n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status