“Ayah, kau baik-baik saja?” lirih Demian sambil menyodorkan air putih dan beberapa butir obat kearah Edward yang sedang duduk sambil memegang dadanya dengan nafas yang tersengal-sengal. Sejak meninggalkan tebing beberapa saat yang lalu, Demian melihat Edward berjalan kearah markas rahasia dengan wajah yang memucat dan dengan langkahnya gontai. “Aku tak apa, Son. Aku hanya lupa meminum obatku tadi malam, rupanya sekarang aku sangat bergantung dengan obat ini sekarang, terlambat beberapa waktu saja badanku sudah tak bisa diajak kompromi. Bukan kematian yang aku takutkan, tapi aku takut tak bisa melihat tawa kalian lagi. Tawa dan keceriaan yang membuatku bahagia,” cecar Edward sambil menandaskan segelas air putih pemberian Dimitri. “Terima Kasih, Son.” Demian melihat kerah Edward dengan wajah yang begitu sendiri, “jangan terlalu dipakasakan, Ayah. Biar urusan kantor dan markas aku dan kakak yang menangani, Ayah temani Kak Risha saja di mansion, mungkin itu satu-satunya alasan yang bisa
Terakhir Diperbarui : 2022-05-22 Baca selengkapnya