“Kemana perginya mereka?” tanya Jack yang langsung duduk di samping kursi kerja Kiev.“Siapa?”“Siapa lagi kalau bukan manusia iblis dan anak demitnya, memang siapa lagi yang kau maksud? Tuan Edward? Bukankan tadi aku sendiri yang mengantarkannya ke mansion?” potong Jack yang sedikit kesal dengan pertanyaan Kiev. Bukankah tadi sebelum berangkat Jack berpamitan ke Kiev untuk mengantar Tuannya, lantas kenapa masih saja ditanyakan kembali apa yang menjadi pertanyaannya. Sungguh menyebalkan!“Siapa tahu ada orang lain yang kau tanyakan, aku kan bukan cenayang yang bisa membaca pikiran orang,” jawab Kiev sekenanya tanpa menghiraukan Jack yang berada di sampingnya.“Kemana perginya mereka? Apa ada sesuatu yang penting? Bukankah tadi mereka sedang bertengkar?” tanya Jack sambil bersandar di sandaran kursi sambil menghela napas panjang, berusaha mengingat kejadian ketika di markas rahasia, beberapa ingatan pertikaian antara Sammuel dan Dimitri bahkan masih sangat segar berada di ingatan Jack
Suara tembakan yang terdengar lirih dan senyap namun sangat membabi-buta tengah melanda Dimitri, sesekali terdengar suara tembakan yang nyaring dari arah pistol yang di gunakan Dimitri, sedangkan dari pihak Sammuel tak terdengar ada suara namun dampaknya begitu nyata.“Sial!” pekik Dimitri yang berlari menghindari serangan brutal dari Sammuel, entah dari mana datangnya serangan Sammuel yang datang bertubi-tubi hendak menyasar tepat padanya, bahkan Dimitri tak mengetahui arah serangan dan arah Sammuel berada. Dimitri sudah mengedarkan pandangan, mencoba mencari celah dan serta mencari keberadaan Sammuel namun lagi-lagi gagal. Serangan tanpa suara dan sangat akurat tengah menyasar Dimitri dari berbagai arah, membuat Dimitri begitu terpojok tanpa bisa berbuat apa-apa. Benar-benar jelmaan iblis, manusia yang sayangnya juga menjadi Ayah babtisnya itu.Apapun yang Dimitri lakukan selalu saja bisa tertebak dan terjebak di posisi yang sangat tak menguntungkan. Bahkan umpatan kata-kata makia
Axelo dan Dorothea berjalan dengan langkah cepat ketika turun dari mobil yang mereka tumpangi, di belakang mereka sudah ada Edward dan Risha beserta beberapa para penjaga yang langsung bersiaga ketika tahu Tuannya turun dari kendaraan yang mereka naiki. Tujuan mereka adalah Klinik khusus yang di peruntukkan untuk para anggota Klan dan keluarganya beserta para karyawan yang berkerja di bawah naungan perusahaan Edward dan Sammuel. Sebuah klinik yang layaknya di sebut Rumah Sakit dengan daya tampung lebih dari 5000 kamar pasien itu adalah salah satu fasilitas yang di berikan Klan Collins Brothers untuk menunjang kesejahteraan para pengikut berserta keluarganya, dengan fasilitas peralatan canggih yang sangat modern dan ditunjang dengan pelayanan yang begitu mewah membuat Klinik ini lebih pantas di sebut Rumah Sakit mewah nan elit dari pada sebuah Klinik. Namun hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menikmati fasilitas ini, karena Klinik ini di peruntukkan hanya untuk anggota Klan Col
“It’s something wrong?” lirih Demian yang seakan tak mengerti dengan ekspresi di tunjukkan oleh ke empat orang yang berada disana. Padahal yang ia tahu katanya tak perlu ada yang di tutupi lagi, kenapa respon ke empat orang yang berada disana terlihat berbeda?Apa ada yang salah? Kenapa respon keempat orang yang berada disana begitu terkejut dan tertegun? Bukankan ini biasa saja, jika mengingat yang telah membuat kekacauan adalah pimpinan dari Klan Collins Brothers yang berjuluk manusia iblis dan Anak Demit?Seharusnya kekacauan kecil seperti ini tak akan ada masalah, bukan? Demian hanya bisa reflek menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.Perlu diketahui setelah Demian menyibak tirai, pemandangan ruangan tempat dirawatnya Sammuel dan Dimitri ternyata sudah berantakan luluh lantak, lubang bekas tembakan bahkan sudah memenuhi hampir seluruh dinding, sedangkan beberapa senjata juga sudah berserakan dimana-mana.Awalnya Demianlah yang berusaha menutupinya, dikarenakan menurut informasi
“Halah modus, ini bukan rayuan, kan? Agar kau terbebas dan agar aku tak menanyakan apapun lagi, kan? Maaf, tuan, itu tak akan berhasil,” bantah Risha sambil menggelengkan kepala pelan seakan tak peduli dan tak mempercayai ucapan Edward. “Aku berbicara jujur, Sweetheart. Katakanlah apa yang hendak kau tanyakan, aku pasti menjawabnya, dengan sejujur-jujurnya, tanpa ada yang di tutupi lagi,” potong Edward sambil berdiri di depan Risha yang sedang mengamati tumpukan pistol di depannya.“Really?”Edward hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan Risha sambil memegang pistol yang di pegang oleh Risha, “Apa kau pernah memegang pistol sebelumnya?” tanya Edward yang memasukkan satu buah magazine yang sudah penuh dengan peluru kedalam pistol yang Risha pegang.Sedangkan Risha hanya menggeleng pelan menjawab pertanyaan Edward, “ini pertama kalinya aku memegang pistol asli, ternyata berat juga ya?” jawab Risha yang masih menimbang pistol yang berada di tangannya. Padahal ini kedua kalinya Risha
Edward membopong tubuh Risha yang sudah bergelung dengan selimut, terlihat dari motifnya rupanya selimut itu ternyata dari Rumah Sakit, bahkan tubuh mungil itu seakan tenggelam dengan selimut tebal yang telah membelitnya.Dengan hati-hati Edward membopong Risha, seakan takut jika nanti kekasihnya ini terbangun dari tidur lelapnya.Uhuk!Suara batuk dari arah ruang keluarga yang terdapat di tengah mansion membuat Edward menoleh ketika akan menaiki tangga, rupanya suara itu berasal dari Dimitri yang sedang minum bersama dengan Sammuel di ruangan tengah yang terdapat tangga besar melingkar, yang biasanya digunakan untuk akses menuju ke lantai ke dua di mansion Edward, walaupun di mansion sudah tersedia lift tapi entah mengapa Edward lebih senang memakai tangga untuk menuju ke lantai dua di mansionnya.Seketika Sammuel menutup mata Dimitri dengan tangannya yang membuat Dimitri terkejut dan langsung meronta serta berontak dari sergapan tiba-tiba Sammuel, Dimitri ingin melihat sesuatu yang
Edward sedang tersenyum lebar kala melihat interaksi ketiga orang dari lantai kedua mansionnya, tadinya Edward ingin sekali bergabung hanya saja Edward urungkan kerena ia lebih memilih mengabadikan momen itu dengan smartphone miliknya. Bahkan beberapa gambar dan video sudah memenuhi galeri handphonenya.“Apa kau tak ingin bergabung dengan mereka?” lirih Dorothea yang ternyata sudah berada di samping Edward dengan melipat tangan di dadanya. Entah, molai kapan ibu dari kedua anak demitnya ini sudah berada di sana.“Ternyata bakat mengintaimu masih belum hilang sepenuhnya, aku saja tak menyadari sejak kapan kau sudah berada di sini,” lirih Edward sambil melirik sekilas Dorothea.“Sejak kau melangkahkan kaki di anak tangga ketiga tapi kemudian kau urungkan,” jawab Dorothea jujur dengan pandangan masih memandang kebawah yang mana sudah ada tiga manusia yang sedang berdebat tak tentu arah.“Apa urusanmu dengan Axelo sudah selesai? Karena aku dapat mencium parfum Axelo yang sangat kuat denga
“Mama...”Suara rengekan dari arah Dimitri sudah menggema kembali seiring dengan langkah kaki Dorothea yang semakin mendekat, bahkan dengan manjanya Dimitri merentangkan kedua tangan kearah Dorothea seolah ingin di peluk.Di sudut lain ada Sammuel dan Demian yang sama-sama memutar bola matanya kala melihat tingkah Dimitri, bahkan Demian sudah menampilkan mimik wajah ingin muntah ketika melihat tingkah Dimitri yang manja ke Dorothea.“Astaga, apa kau masih mau menyalahkan ku, hah? Lihatlah wajah anakmu ketika berada di belakangmu,” pekik Sammuel yang kesal melihat Dimitri sedang mengejeknya karena di pelototi oleh Dorothea.Dorothea menoleh sekilas kearah Dimitri yang langsung memasang muka memelas setelah tadi menjulurkan lidahnya kearah Sammuel.Dorothea melirik kearah meja yang terdapat satu buah pistol yang sangat ia kenal betul siapa pemiliknya, seketika Dorothea memandang kearah Demian setelah melihat pistol diatas meja , seolah sedang memintan jawaban dari pemilik pistol yang te