Suara tembakan yang terdengar lirih dan senyap namun sangat membabi-buta tengah melanda Dimitri, sesekali terdengar suara tembakan yang nyaring dari arah pistol yang di gunakan Dimitri, sedangkan dari pihak Sammuel tak terdengar ada suara namun dampaknya begitu nyata.“Sial!” pekik Dimitri yang berlari menghindari serangan brutal dari Sammuel, entah dari mana datangnya serangan Sammuel yang datang bertubi-tubi hendak menyasar tepat padanya, bahkan Dimitri tak mengetahui arah serangan dan arah Sammuel berada. Dimitri sudah mengedarkan pandangan, mencoba mencari celah dan serta mencari keberadaan Sammuel namun lagi-lagi gagal. Serangan tanpa suara dan sangat akurat tengah menyasar Dimitri dari berbagai arah, membuat Dimitri begitu terpojok tanpa bisa berbuat apa-apa. Benar-benar jelmaan iblis, manusia yang sayangnya juga menjadi Ayah babtisnya itu.Apapun yang Dimitri lakukan selalu saja bisa tertebak dan terjebak di posisi yang sangat tak menguntungkan. Bahkan umpatan kata-kata makia
Axelo dan Dorothea berjalan dengan langkah cepat ketika turun dari mobil yang mereka tumpangi, di belakang mereka sudah ada Edward dan Risha beserta beberapa para penjaga yang langsung bersiaga ketika tahu Tuannya turun dari kendaraan yang mereka naiki. Tujuan mereka adalah Klinik khusus yang di peruntukkan untuk para anggota Klan dan keluarganya beserta para karyawan yang berkerja di bawah naungan perusahaan Edward dan Sammuel. Sebuah klinik yang layaknya di sebut Rumah Sakit dengan daya tampung lebih dari 5000 kamar pasien itu adalah salah satu fasilitas yang di berikan Klan Collins Brothers untuk menunjang kesejahteraan para pengikut berserta keluarganya, dengan fasilitas peralatan canggih yang sangat modern dan ditunjang dengan pelayanan yang begitu mewah membuat Klinik ini lebih pantas di sebut Rumah Sakit mewah nan elit dari pada sebuah Klinik. Namun hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menikmati fasilitas ini, karena Klinik ini di peruntukkan hanya untuk anggota Klan Col
“It’s something wrong?” lirih Demian yang seakan tak mengerti dengan ekspresi di tunjukkan oleh ke empat orang yang berada disana. Padahal yang ia tahu katanya tak perlu ada yang di tutupi lagi, kenapa respon ke empat orang yang berada disana terlihat berbeda?Apa ada yang salah? Kenapa respon keempat orang yang berada disana begitu terkejut dan tertegun? Bukankan ini biasa saja, jika mengingat yang telah membuat kekacauan adalah pimpinan dari Klan Collins Brothers yang berjuluk manusia iblis dan Anak Demit?Seharusnya kekacauan kecil seperti ini tak akan ada masalah, bukan? Demian hanya bisa reflek menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.Perlu diketahui setelah Demian menyibak tirai, pemandangan ruangan tempat dirawatnya Sammuel dan Dimitri ternyata sudah berantakan luluh lantak, lubang bekas tembakan bahkan sudah memenuhi hampir seluruh dinding, sedangkan beberapa senjata juga sudah berserakan dimana-mana.Awalnya Demianlah yang berusaha menutupinya, dikarenakan menurut informasi
“Halah modus, ini bukan rayuan, kan? Agar kau terbebas dan agar aku tak menanyakan apapun lagi, kan? Maaf, tuan, itu tak akan berhasil,” bantah Risha sambil menggelengkan kepala pelan seakan tak peduli dan tak mempercayai ucapan Edward. “Aku berbicara jujur, Sweetheart. Katakanlah apa yang hendak kau tanyakan, aku pasti menjawabnya, dengan sejujur-jujurnya, tanpa ada yang di tutupi lagi,” potong Edward sambil berdiri di depan Risha yang sedang mengamati tumpukan pistol di depannya.“Really?”Edward hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan Risha sambil memegang pistol yang di pegang oleh Risha, “Apa kau pernah memegang pistol sebelumnya?” tanya Edward yang memasukkan satu buah magazine yang sudah penuh dengan peluru kedalam pistol yang Risha pegang.Sedangkan Risha hanya menggeleng pelan menjawab pertanyaan Edward, “ini pertama kalinya aku memegang pistol asli, ternyata berat juga ya?” jawab Risha yang masih menimbang pistol yang berada di tangannya. Padahal ini kedua kalinya Risha
Edward membopong tubuh Risha yang sudah bergelung dengan selimut, terlihat dari motifnya rupanya selimut itu ternyata dari Rumah Sakit, bahkan tubuh mungil itu seakan tenggelam dengan selimut tebal yang telah membelitnya.Dengan hati-hati Edward membopong Risha, seakan takut jika nanti kekasihnya ini terbangun dari tidur lelapnya.Uhuk!Suara batuk dari arah ruang keluarga yang terdapat di tengah mansion membuat Edward menoleh ketika akan menaiki tangga, rupanya suara itu berasal dari Dimitri yang sedang minum bersama dengan Sammuel di ruangan tengah yang terdapat tangga besar melingkar, yang biasanya digunakan untuk akses menuju ke lantai ke dua di mansion Edward, walaupun di mansion sudah tersedia lift tapi entah mengapa Edward lebih senang memakai tangga untuk menuju ke lantai dua di mansionnya.Seketika Sammuel menutup mata Dimitri dengan tangannya yang membuat Dimitri terkejut dan langsung meronta serta berontak dari sergapan tiba-tiba Sammuel, Dimitri ingin melihat sesuatu yang
Edward sedang tersenyum lebar kala melihat interaksi ketiga orang dari lantai kedua mansionnya, tadinya Edward ingin sekali bergabung hanya saja Edward urungkan kerena ia lebih memilih mengabadikan momen itu dengan smartphone miliknya. Bahkan beberapa gambar dan video sudah memenuhi galeri handphonenya.“Apa kau tak ingin bergabung dengan mereka?” lirih Dorothea yang ternyata sudah berada di samping Edward dengan melipat tangan di dadanya. Entah, molai kapan ibu dari kedua anak demitnya ini sudah berada di sana.“Ternyata bakat mengintaimu masih belum hilang sepenuhnya, aku saja tak menyadari sejak kapan kau sudah berada di sini,” lirih Edward sambil melirik sekilas Dorothea.“Sejak kau melangkahkan kaki di anak tangga ketiga tapi kemudian kau urungkan,” jawab Dorothea jujur dengan pandangan masih memandang kebawah yang mana sudah ada tiga manusia yang sedang berdebat tak tentu arah.“Apa urusanmu dengan Axelo sudah selesai? Karena aku dapat mencium parfum Axelo yang sangat kuat denga
“Mama...”Suara rengekan dari arah Dimitri sudah menggema kembali seiring dengan langkah kaki Dorothea yang semakin mendekat, bahkan dengan manjanya Dimitri merentangkan kedua tangan kearah Dorothea seolah ingin di peluk.Di sudut lain ada Sammuel dan Demian yang sama-sama memutar bola matanya kala melihat tingkah Dimitri, bahkan Demian sudah menampilkan mimik wajah ingin muntah ketika melihat tingkah Dimitri yang manja ke Dorothea.“Astaga, apa kau masih mau menyalahkan ku, hah? Lihatlah wajah anakmu ketika berada di belakangmu,” pekik Sammuel yang kesal melihat Dimitri sedang mengejeknya karena di pelototi oleh Dorothea.Dorothea menoleh sekilas kearah Dimitri yang langsung memasang muka memelas setelah tadi menjulurkan lidahnya kearah Sammuel.Dorothea melirik kearah meja yang terdapat satu buah pistol yang sangat ia kenal betul siapa pemiliknya, seketika Dorothea memandang kearah Demian setelah melihat pistol diatas meja , seolah sedang memintan jawaban dari pemilik pistol yang te
Benny dan Wilson segera menuju kearah puncak gedung yang berjarak satu blok dengan gedung utama milik perusahaan Edward dan Sammuel, gedung yang disinggahi Wilson dan Benny ini juga merupakan properti milik Edward dan Sammuel dibawah naungan EDSAM Corp.“Bagaimana pendapatmu, Will?” ucap Benny yang melihat kerah Wilson setelah dihadapkan dengan dua mayat dari sniper bayangan milik Klan Collins Brothers yang sudah ada dihadapan Wilson dan Benny dengan kondisi mengenaskan.Wilson sudah memejamkan mata sambil menarik napas dalam-dalam, sedangkan tangannya mengepal begitu erat, seolah sedang menahan amarah yang tak dapat ia lampiaskan. Tempat teratas gedung yang juga terdapat Helipad itu sudah terlihat sangat kacau balau dan begitu mengerikan.Kekacauan yang terjadi merupakan tanda bahwa ditempat itu telah dan pernah terjadi pertarungan sengit oleh beberapa orang, bahkan noda darah sudah ada dimana-mana. Para petugas pencari bukti milik Klan Collins Brothers yang sudah memakai baju APD le
“Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan
“Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah
Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung
“Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk
“Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam
Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd
“Lebih baik, aku bawa dia ke Markas saja, di sana peralatan dan perlengkapan medisnya lebih mumpuni ketimbang di rawat di sini. Lagian aku juga bisa memantaunya sepanjang hari jika aksesnya nanti tak terkendali jarak dan juga lebih efisien menurutku,” ucap Sammuel yang mengembalikan penlight milik Axelo yang di angguki oleh Axelo dan Dorothea hampir bersamaan. “Terserah padamu, Samm. Keputusan mutlak ada padamu, kita hanya berusaha melakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Untuk kedepannya memang hanya kamulah yang bisa menjaganya,” jawab Axelo yang membuat Sammuel mengerutkan keningnya, kala mendengar ucapan Axelo yang membuat Sammuel berpikir atas jawaban dari pertanyaan abigu dari Axelo. “Baiklah, aku akan mempersiapkan persiapan untuk perpindahan Risha. Tapi apa ada yang sedang mengganggumu, Samm?” lirih Dorothea yang membuat Sammuel langsung menoleh ke arah Dorothea yang sedang berada di samping Axelo. “Entahlah, aku sedang tak bisa berpikir panjang untuk sekarang ini,” ja
Sammuel terjaga dari tidurnya, mungkin pengaruh efek samping dari obat tidur yang diberikan Dimitri yang membuatnya terlelap begitu nyenyak, entah sudah berapa lama ia terlelap. Terlebih Sammuel merasakan badannya seperti baru saja menemukan sumber tenaga baru kembali.Alarm beserta lampu merah yang terdapat di meja kerjanya sudah menyala dan mengeluarkan bunyi khas yang menandakan jika ada tanda bahaya yang sedang terjadi atau ada sesuatu yang telah menyerang Markasnya.Sammuel beranjak menuju komputer di meja kerjanya yang masih menyala sedangkan laptopnya sudah mati kehabisan daya.Sammuel mengerutkan keningnya, kala melihat jam yang menunjukkan sudah sore hari, sedangkan di ingatannya dia beranjak tidur kala siang hari. Sammuel jadi berpikir, jika tak mungkin jika dirinya istirahat hanya tiga jam saja. Sammuel pernah merasakan bugar seperti ini ketika ia istirahat total selama hampir lima hari lamanya beberapa waktu yang lampau.Sammuel membulatkan mata dan beranjak menuju ke Ruan
“Ayah, Istirahatlah!” lirih Demian menghampiri Sammuel yang sedang bergelut dengan laptop di depannya. Hampir seminggu ini Sammuel tak terlihat beristirahat sejenak, hingga membuat Demian khawatir dengan kesehatan Ayah babtisnya itu. “Sebentar lagi, Son.” Kata-kata itu juga yang selalu Sammuel ucapkan hampir seminggu ini kepada Demian, kala Demian menyuruh Sammuel beristirahat. Beberapa berkas memang sudah menumpuk di meja kerja di kantor yang berada di Markas Pusat, bahkan tiap hari pasti data beberapa tumpuk lagi berkas yang langsung di tangani Sammuel langsung, Sammuel masih belum bisa kembali ke Kantor EDSAM Corp., karena Sammuel merasa masih belum siap mengenang Edward dan menerima kenyataan Edward sudah tiada. Bayangan kenangan Edward masih menghantui Sammuel kala berada di Kantor yang biasanya di gunakan Edward. Maka dari itu, segala urusan kantor di kirim ke Kantor Sammuel yang berada di Markas Pusat, guna memberikan kenyamanan pada Sammuel kala mengerjakan berkas yang di