“Mama...”Suara rengekan dari arah Dimitri sudah menggema kembali seiring dengan langkah kaki Dorothea yang semakin mendekat, bahkan dengan manjanya Dimitri merentangkan kedua tangan kearah Dorothea seolah ingin di peluk.Di sudut lain ada Sammuel dan Demian yang sama-sama memutar bola matanya kala melihat tingkah Dimitri, bahkan Demian sudah menampilkan mimik wajah ingin muntah ketika melihat tingkah Dimitri yang manja ke Dorothea.“Astaga, apa kau masih mau menyalahkan ku, hah? Lihatlah wajah anakmu ketika berada di belakangmu,” pekik Sammuel yang kesal melihat Dimitri sedang mengejeknya karena di pelototi oleh Dorothea.Dorothea menoleh sekilas kearah Dimitri yang langsung memasang muka memelas setelah tadi menjulurkan lidahnya kearah Sammuel.Dorothea melirik kearah meja yang terdapat satu buah pistol yang sangat ia kenal betul siapa pemiliknya, seketika Dorothea memandang kearah Demian setelah melihat pistol diatas meja , seolah sedang memintan jawaban dari pemilik pistol yang te
Benny dan Wilson segera menuju kearah puncak gedung yang berjarak satu blok dengan gedung utama milik perusahaan Edward dan Sammuel, gedung yang disinggahi Wilson dan Benny ini juga merupakan properti milik Edward dan Sammuel dibawah naungan EDSAM Corp.“Bagaimana pendapatmu, Will?” ucap Benny yang melihat kerah Wilson setelah dihadapkan dengan dua mayat dari sniper bayangan milik Klan Collins Brothers yang sudah ada dihadapan Wilson dan Benny dengan kondisi mengenaskan.Wilson sudah memejamkan mata sambil menarik napas dalam-dalam, sedangkan tangannya mengepal begitu erat, seolah sedang menahan amarah yang tak dapat ia lampiaskan. Tempat teratas gedung yang juga terdapat Helipad itu sudah terlihat sangat kacau balau dan begitu mengerikan.Kekacauan yang terjadi merupakan tanda bahwa ditempat itu telah dan pernah terjadi pertarungan sengit oleh beberapa orang, bahkan noda darah sudah ada dimana-mana. Para petugas pencari bukti milik Klan Collins Brothers yang sudah memakai baju APD le
“Lihatlah sekelilingmu? Apa kau menemukan sesuatu yang wajib sniper bayangan punya?” lirih Wilson yang membuat Benny mengedarkan pandangan ke sekitar area, kemudian mata Benny membulat sempurna seolah-oleha dia sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan yang Wilson lontarkan.“Jangan-jangan...” Benny membulatkan matanya kala memandang Wilson, “Aku hampir melupakan itu, dimana senjata mereka?” pekik Benny dengan lantang kala teringat bahwa kedua mayat itu adalah sniper tapi kenapa tak ada senjata ataupun tas senjata mereka di tempat kejadian.“Ada poin penting yang seharusnya masih tertinggal disini,” pekik Wilson yang kembali mengedarkan pandangan dan menyusuri tiap sudut tempat di lantai teratas gedung 20 tingkat tersebut.Setelah beberapa waktu mencari dan menelusuri hampir tiap sudut gedung akhirnya mata Wilson membulat kala menukan sesuatu yang memang ia cari sejak tadi, “i got it!” pekik Wilson yang menjepit dengan pinset satu buah benda yang mirip sekali dengan kawat melingkar ber
Dimitri tengah mengamati adiknya yang sedang menata beberapa botol kaca tabung reaksi dan perlengkapan lainnya, Dimitri terus melihat ekspresi Demian yang terlihat sumringah dan bahagia, sedangkan di sudut lain sudah ada Wilson dengan beberapa tumpukan berkas yang sudah menggunung di depannya, Wilson terlihat begitu kacau dan kusut.Entah berapa lama Wilson tak mandi dan membersihkan diri, kerena penampilannya kini mirip sekali seperti orang yang baru bangun tidur, lengkap dengan rambut yang sudah acak-acakan dan jangan lupakan lingkar hitam di kelopak matanya sudah sangat ketara sekali.“Cih, bahagia sekali kamu, Dek? Kita mau melihat TKP bukan untuk tamasya, kenapa barang bawaanmu sudah mirip orang yang mau pindah rumah,” pekik Dimitri yang menghampiri Demian yang sedang sibuk menata perlengkapan dan Dimitri memandang beberapa koper dan tas milik Demian yang sudah berjejer rapi di samping meja. “Mau pindah planet sekalian? Bukankah kita hanya pergi ke gedung di sebelah kantor utama
Sammuel bersandar di kursi kerjanya sambil memejamkan mata, sudah hampir semalaman dia meneliti berkas yang diberikan Wilson sedari siang bahkan hampir seharian tanpa istirahat sama sekali.Bahkan malam harinya Sammuel masih di sodorkan beberapa berkas lagi laporan hasil penelitian oleh Wilson yang lebih akurat ketika kedua anak demitnya selesai menyelidiki TKP.Beberapa hembusan napas kasar terdengar lirih namun berat dari sammuel. Walaupun di Ruangan itu hanya ada Sammuel saja, tetapi entah mengapa rasanya ruangan luas itu serasa sempit sekali, bahkan untuk bernapas Sammuel seorang diri saja masih begitu berat dan sesak terasa.Sammuel mengusap wajahnya kasar seolah tengah berusaha meluapkan emosinya. Di meja kerjanya sudah terpampang Nenerapa tumpukan foto yang sedari tadi membuatnya begitu emosional, ada foto yang menampilkan seorang Ayah dan seorang anak yang tengah memegang medali yang melingkar di lehernya, anak yang berusia sekitar sepuluh tahun itu tersenyum begitu bahagia b
Emily menatap kekasihnya dengan pandangan iba, sebutan manusia kulkas yang Emily sematkan pada Wilson agaknya sekarang sudah berubah menjadi manusia Freezer. Sejak kemarin Wilson terlihat begitu pendiam walaupun biasanya juga dia sedikit bicara, tetapi kali ini ditambah aura yang begitu lain, seperti aura penuh kebencian, kekesalan dan dendam yang menyelimuti begitu kuat.Hanya respon skin ship dari Emily yang dapat ia lakukan, tangan Emily terus menggenggam erat tangan Wilson yang terasa dingin sedangkan sang pemilik hanya diam seribu bahasa.“Are you oke?” lirih Emily yang menoleh kearah Wilson yang sedang bersandar di sandaran jok mobil dengan mata terpejam, sedangkan tangan mereka terus bertaut sejak ketika keluar dari kantor utama EDSAM Corp.Saat ini mobil yang mereka tumpangi sedang menuju kearah kediaman salah satu sniper senior yang menjadi korban pembantaian diatas gedung properti milik EDSAM Corp.“Hmm,” hanya suara deheman lirih yang dapat Wilson ucapkan, entah mengapa ras
“Let’s do it,” lirih Emily sambil menggandeng tangan Wilson ketika sudah berada di depan rumah kayu yang terlihat begitu asri dengan beberapa pohon perdu yang kini hampir habis daunnya karena musim gugur yang sedikit lebih panjang dari tahun kemarin. Emily tersenyum tipis memandang Wilson, berusaha memberi semangat kepada kekasihnya yang terlihat gugup dan sedikit tertekan. Bahkan hembusan napas kasar Wilson merupakan tanda bahwa lelaki tampan yang berdiri disebelahnya ini sedang tidak baik-baik saja. Mereka berdua berjalan menapaki setapak kecil yang sudah di tumbuhi lumut dan rumput kecil. Daun-daun yang gugur bertebangan tertiup angin menambah suasana menjadi semakin begitu dilematis. Emily memencet bel Rumah dan menunggu pemilik rumah membukakan pintu, nampak seorang anak kecil dengan senyum menawan terlihat begitu bahagia membukakan pintu walupun sorot matanya tersirat sedihan, masih terlihat jelas bahwa mata itu masih memerah dan sedikit membengkak seperti anak yang habis men
Wilson dan Emily tengah menunggu kedatangan dua keluarga dari kedua sniper yang menjadi korban penembakan.Bahkan para sejawat, rekan kerja dan beberapa orang yang satu tim dengan kedua sniper itu sudah memenuhi tiap sudut gedung krematorium dengan berpakaian jas berwarna hitam dengan sangat rapi.Bahkan para pengawal dan pasukan bayangan pun tak luput menggunakan pakaian yang sama untuk menghormati dan memberi doa untuk melepas kepergian kedua sniper senior untuk terkahir kalinya.Satu keluarga dari korban sniper sudah menunggu di ruang tunggu, sedangkan Wilson sedang menunggu kedatangan Jordan dan Neneknya yang tengah dalam perjalanan dengan begitu antusias, bahkan Emily sampai heran dibuatnya. Karena sejak kejadian pembantaian baru kali ini Wilson terlihat begitu bersemangat dan bahagia. Senyum Wilson terus mengembang sepanjang waktu, yang membuat Emily semakin kesal dibuatnya.Emily ingat betul senyum Wilson yang senantiasa mengembang sejak pergi dari kediaman Jordan, bahkan hingg