Home / Romansa / 2nd (second) Destiny / 105. Penghormatan Terakhir.

Share

105. Penghormatan Terakhir.

Author: Ryu_kirara
last update Last Updated: 2022-06-06 19:43:14

Wilson dan Emily tengah menunggu kedatangan dua keluarga dari kedua sniper yang menjadi korban penembakan.

Bahkan para sejawat, rekan kerja dan beberapa orang yang satu tim dengan kedua sniper itu sudah memenuhi tiap sudut gedung krematorium dengan berpakaian jas berwarna hitam dengan sangat rapi.

Bahkan para pengawal dan pasukan bayangan pun tak luput menggunakan pakaian yang sama untuk menghormati dan memberi doa untuk melepas kepergian kedua sniper senior untuk terkahir kalinya.

Satu keluarga dari korban sniper sudah menunggu di ruang tunggu, sedangkan Wilson sedang menunggu kedatangan Jordan dan Neneknya yang tengah dalam perjalanan dengan begitu antusias, bahkan Emily sampai heran dibuatnya. Karena sejak kejadian pembantaian baru kali ini Wilson terlihat begitu bersemangat dan bahagia. Senyum Wilson terus mengembang sepanjang waktu, yang membuat Emily semakin kesal dibuatnya.

Emily ingat betul senyum Wilson yang senantiasa mengembang sejak pergi dari kediaman Jordan, bahkan hingg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • 2nd (second) Destiny   106. Future Project.

    “Apa ada yang belum kau sampaikan padaku, Will?” pekik Sammuel sambil mengamati iPad yang berada di tangannya, Edward yang duduk di samping Sammuel langsung menoleh mamandang Sammuel sambil mengerutkan keningnya kemudian memandang Wilson yang duduk di bangku penumpang yang berada di depan, bersebelahan dengan Benny yang sedang mengemudikan mobil sedan mewah berwarna hitam itu.“Maaf, Tuan. Saya masih belum sempat melaporkan kepada Anda,” jawab lirih Wilson yang menoleh sekilas sambil menundukkan kepala. Wilson seakan paham dan tahu kemana arah dari ucapan Sammuel.“Does he know?”“Maaf, Tuan, Saya rasa begitu,” jawab Wilson yang membuat Edward mengerutkan keningnya semakin dalam, seakan mencoba mencerna dan memahami bahasan obrolan dari Sammuel dan Wilson. Melihat mimik wajah dari Sammuel sepertinya obralan kali ini sudah sangat serius dan sepertinya penting sekali.“How much does he know?”“Everythings, maybe?” jawab singkat Wilson dengan pasti namun sedikit ragu-ragu dengan ucapan y

    Last Updated : 2022-06-07
  • 2nd (second) Destiny   107. Passphrase Alfa.

    Sammuel tengah mengamati kedua manusia yang saat ini sedang duduk di depannya, tepatnya di bangku pengemudi sudah ada Benny dan di bangku penumpang depan sudah ada Wilson yang masih sibuk mengutak-atik iPad yang berada di tangannya, entah mengapa perasaannya serasa di pecundangi oleh dua orang yang posisinya adalah kaki tangan kepercayaannya itu. “Mungkin kedepannya aku akan semakin waspada dengan kalian,” pekik Sammuel sambil menyilangkan kaki dan melipat tangannya di dada dengan pandangan masih menatap Wilson dan Benny bergantian dari arah bangku penumpang di belakang Wilson dan Benny. “Aku merasakan seperti sedang di permainkan oleh kalian, apa kalian memang berencana untuk berlaku curang kepadaku? Silahkan saja, tapi tanggung sendiri akibatnya,” ucap tegas Sammuel yang masih mengamati Wilson dan Benny dengan sangat intens disertai tatapan tajam. Wilson dan Benny hanya bisa menelan ludah kasar kala ucapan Sammuel yang bernada ancaman terdengar, pandangan Benny bahkan sempat berad

    Last Updated : 2022-06-08
  • 2nd (second) Destiny   108. Vantablack.

    Sammuel seperti menemukan mainan baru ketika disuguhkan dengan data dari iPad miliknya dan milik Wilson, bahkan ketika kendaraan yang di tumpangi sudah sampai di markas utama pun, pandangan Sammuel masih saja terus fokus kearah layar iPad yang berada di kedua tangannya. Ketika berjalan menuju ke ruang kendali pun, pandangan Sammuel masih terus fokus menatap layar iPad yang berbeda di tangannya. Hingga membuat Dimitri, Demian dan Kiev yang sudah berada di dalam ruang kendali hanya bisa saling tatap dan menggerakkan bahu saja menanggapi bahasa isyarat dari tatapan mereka ketika melihat Sammuel yang datang dengan menunduk menatap iPad yang ia pegang, bahkan tanpa melihat jalan sekalipun Sammuel bisa sangat tahu dan paham letak kursi yang biasa ia duduki tanpa menabrak apapun yang di sisi jalan yang telah ia lalui, sungguh luar biasa bukan? “Kenapa dia?” tanya Dimitri yang berkomunikasi dengan Wilson dengan menggunakan bahasa gerakan bibir saja, tanpa bersuara sama sekali. Wilson hanya

    Last Updated : 2022-06-09
  • 2nd (second) Destiny   109. Perdebatan Duo Demit (lagi).

    Demian mendesah dengan helaan napas yang begitu berat sambil terus mamandang Dimitri yang sedang bergelut dengan serangkaian beberapa perangkat komputer yang saling terkoneksi dan terhubung satu sama lain.Hampir semalam suntuk hingga pagi ini Demian dan Dimitri tak memejamkan mata guna menyelidiki dan memeriksa lebih jauh data dari Tim Rahasia bentukan dari perkumpulan sniper senior yang sudah beroperasi lama tanpa sepengetahuan petinggi serta pimpinan Klan yakni Edward dan Sammuel.Mereka berdua melakukan itu atas inisiatif sendiri dan tanpa suruhan dari Sammuel ataupun Edward, karena ada beberapa hal yang ditakutkan oleh kedua manusia yang berjuluk duo demit itu.Ternyata ketakutan dan kecemasan dari duo demit ini untungnya tak terbukti, Organisasi Rahasia ini terpantau sangat bersih dari tindakan yang akan merugikan Klan Collins Brothers. Ternyata apa yang di sampaikan Wilson dan Kiev sehari sebelumnya memang benar adanya.Organisasi Bayangan terbentuk ini memang ditujukan untuk m

    Last Updated : 2022-06-10
  • 2nd (second) Destiny   110. Bermain.

    “Apa yang sedang kau cari gadis cantik,” sapa Risha yang melihat Levina yang sedang membaca di taman, tetapi arah pandangannya tak memandang buku ensiklopedia yang berada di pangkuannya, melainkan seakan mencari sesuatu dengan mengedarkan pandangannya di segala arah.“Aku menunggu Om Galak, kemarin dia berjanji akan membelikanku buku cerita putri yang terjebak di menara tinggi,” jawab polos Levina yang memandang lekat Risha sambil menerima segelas jus yang di sodorkan Risha, “terima kasih, Kak.”“Putri? Apakah putri itu berambut panjang?” tebak Risha yang mendapat anggukan keras oleh Livina yang sedang meminum jus pemberiannya, “Rapunzel? Apakah dia bernama Rapunzel?”“Iya, itu namanya,” pekik Levina dengan senyum merekah, “susah sekali nama itu aku ucapkan, lidahku seakan terbelit mengucapkannya,” sambung Levina yang menaruh gelas kosong diatas meja.“Mau lagi?” tawar Risha yang tau jika gadis kecil ini sedang haus. Namun, Levina langsung menggelengkan kepala menolak tawaran Risha.“

    Last Updated : 2022-06-11
  • 2nd (second) Destiny   111. Tak Ada Lawan.

    “Mama,” rengek Dimitri yang menyusul Dorothea ke Ruang baca di Mansion Edward. Wajah kesal dan sebal Dimitri seketika sirna kala melihat Levina yang duduk di sebelah Dorothea, kini wajah kesal itu berganti dengan senyuman mengembang ketika menghampiri Dorothea, sedangkan Demian yang melihat perubahan Dimitri hanya memutar bola matanya seakan sudah jenuh dengan tingkah Kakaknya itu. Ternyata cinta bisa merubah Anak Demit menjadi anak kucing. “Sudah?” lirih Dorothea yang memandang kedua anaknya bergantian. Tatapan tajam Dorothea seakan tengah memendam dendam dan kekesalan. “Apa?” ucap polos Dimitri yang duduk di atas karpet di depan Levina, dengan tatapan tak luput memandang terus wajah imut Levina. Seakan tak mengerti apa yang sedang Mamanya bicarakan.“ Oh itu,” lanjut Dimitri yang menoleh kera Dorothea yang masih menatapnya tajam dan seakan tau apa yang Dorothea maksud, “sudah, tapi kalau Mama masih ingin lihat kita baku hantam, ayo lah, mumpung aku masih kesal dengan dia,” sambung D

    Last Updated : 2022-06-12
  • 2nd (second) Destiny   112. Bertengkar Lagi.

    “Ada apa lagi, itu Om bujang lapuk On Call,” pekik Dimitri yang duduk di samping Demian yang sedang mengemudikan Sport Car milik Dimitri.Demian hanya menggerakkan bahunya saja guna menjawab pertanyaan dari Kakaknya, dan terus fokus pada jalanan yang ada di depannya. Sedangkan berbagai lontaran pertanyaan sudah terdengar dari mulut Dimitri yang sejak awal memasuki mobil sudah sangat memekakkan telinga, sehingga membuat Demian malas sekali menjawabnya. Bahkan sejak mereka mendapat panggilan telepon singkat dari Sammuel, yang mana membuat Duo Anak Demit ini langsung tancap gas menuju Markas Utama pun Demian masih tak mau membuka suara, berbeda dengan Dimitri yang sudah sangat begitu cerewet minta ampun.“Kak,” panggil Demian dengan nada berat namun arah pandangannya masih terus fokus memantau jalan yang mereka lalui.“Hemm,” jawab Dimitri yang langsung diam dan menoleh kearah Demian yang terlihat tak mempedulikannya. “Apa?”“Seumpama mobilmu yang aku kemudikan ini aku tabrakkan ke tia

    Last Updated : 2022-06-13
  • 2nd (second) Destiny   113. Firasat.

    Edward memeluk erat pinggang Risha yang sedang membaca, beberapa kecupan lembut dan basah juga sudah mendarat bertubi-tubi di kepala Risha. Sangat terasa mengganggu sekali dan membuat Risha tak bisa berkonsentrasi dengan kegiatannya membaca. “Apa kau ingin aku keramas lagi?” ucap Risha dengan sedikit sebal dengan perlakuan over dari Edward. Bahkan Rambutnya seakan terasa sedikit basah akibat perlakuan Edward. “Hemm,” jawab Edward yang masih tetap terus memberi kecupan singkat di pelipis dan kepala Risha, “nanti aku bantu untuk keramas, boleh?” Spontan Risha menyikut perut Edward yang membuat Edward terkekeh pelan, ketika melihat kekasihnya kesal dengan ulahnya. “Kenapa kau pucat sekali, huh? Apa tidurmu nyenyak?” lirih Risha yang khawatir ketika menoleh dan melihat wajah Edward terlihat pucat dan sayu. “Hemm, aku tak dapat tidur gara-gara memikirkanmu, aku takut kau demam atau flu dan itu terbukti sekarang,” jawab lirih Edward yang semakin erat memeluk tubuh Risha. Walupun jawaba

    Last Updated : 2022-06-14

Latest chapter

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

  • 2nd (second) Destiny   153. Tak Ada Yang Beres.

    “Lebih baik, aku bawa dia ke Markas saja, di sana peralatan dan perlengkapan medisnya lebih mumpuni ketimbang di rawat di sini. Lagian aku juga bisa memantaunya sepanjang hari jika aksesnya nanti tak terkendali jarak dan juga lebih efisien menurutku,” ucap Sammuel yang mengembalikan penlight milik Axelo yang di angguki oleh Axelo dan Dorothea hampir bersamaan. “Terserah padamu, Samm. Keputusan mutlak ada padamu, kita hanya berusaha melakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Untuk kedepannya memang hanya kamulah yang bisa menjaganya,” jawab Axelo yang membuat Sammuel mengerutkan keningnya, kala mendengar ucapan Axelo yang membuat Sammuel berpikir atas jawaban dari pertanyaan abigu dari Axelo. “Baiklah, aku akan mempersiapkan persiapan untuk perpindahan Risha. Tapi apa ada yang sedang mengganggumu, Samm?” lirih Dorothea yang membuat Sammuel langsung menoleh ke arah Dorothea yang sedang berada di samping Axelo. “Entahlah, aku sedang tak bisa berpikir panjang untuk sekarang ini,” ja

  • 2nd (second) Destiny   152. Sudah Terjadi.

    Sammuel terjaga dari tidurnya, mungkin pengaruh efek samping dari obat tidur yang diberikan Dimitri yang membuatnya terlelap begitu nyenyak, entah sudah berapa lama ia terlelap. Terlebih Sammuel merasakan badannya seperti baru saja menemukan sumber tenaga baru kembali.Alarm beserta lampu merah yang terdapat di meja kerjanya sudah menyala dan mengeluarkan bunyi khas yang menandakan jika ada tanda bahaya yang sedang terjadi atau ada sesuatu yang telah menyerang Markasnya.Sammuel beranjak menuju komputer di meja kerjanya yang masih menyala sedangkan laptopnya sudah mati kehabisan daya.Sammuel mengerutkan keningnya, kala melihat jam yang menunjukkan sudah sore hari, sedangkan di ingatannya dia beranjak tidur kala siang hari. Sammuel jadi berpikir, jika tak mungkin jika dirinya istirahat hanya tiga jam saja. Sammuel pernah merasakan bugar seperti ini ketika ia istirahat total selama hampir lima hari lamanya beberapa waktu yang lampau.Sammuel membulatkan mata dan beranjak menuju ke Ruan

  • 2nd (second) Destiny   151. Jalan Pintas.

    “Ayah, Istirahatlah!” lirih Demian menghampiri Sammuel yang sedang bergelut dengan laptop di depannya. Hampir seminggu ini Sammuel tak terlihat beristirahat sejenak, hingga membuat Demian khawatir dengan kesehatan Ayah babtisnya itu. “Sebentar lagi, Son.” Kata-kata itu juga yang selalu Sammuel ucapkan hampir seminggu ini kepada Demian, kala Demian menyuruh Sammuel beristirahat. Beberapa berkas memang sudah menumpuk di meja kerja di kantor yang berada di Markas Pusat, bahkan tiap hari pasti data beberapa tumpuk lagi berkas yang langsung di tangani Sammuel langsung, Sammuel masih belum bisa kembali ke Kantor EDSAM Corp., karena Sammuel merasa masih belum siap mengenang Edward dan menerima kenyataan Edward sudah tiada. Bayangan kenangan Edward masih menghantui Sammuel kala berada di Kantor yang biasanya di gunakan Edward. Maka dari itu, segala urusan kantor di kirim ke Kantor Sammuel yang berada di Markas Pusat, guna memberikan kenyamanan pada Sammuel kala mengerjakan berkas yang di

DMCA.com Protection Status