Beranda / Romansa / Antara Aku dan Dia / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Antara Aku dan Dia : Bab 61 - Bab 70

96 Bab

61. Pertemuan (2)

Melihat tingkah adiknya membuat Tommy tak bisa menahan senyum mengejeknya. Ditatapnya wajah adiknya yang terlihat panik dan bingung dengan apa yang baru saja diucapkannya. Seolah menikmatinya, Tommy membiarkan hal itu terjadi sejenak sampai pelayan datang membawakan pesanan mereka."Apa.... Apa suratnya sudah keluar?" tanya Zeline menatap pak Ridwan, suaranya terdengar sekali sangat gugup.Pak Ridwan menoleh sekilas ke arah Tommy. Melihat Tommy menganggukan kepalanya dia tersenyum sedikit lalu menatap ke arah Zeline."Belum Nona, selama ini surat permohonan perceraian yang diajukan oleh pak Aksa belum naik ke pengadilan. Artinya anda dan pak Aksa belum resmi bercerai," ucap Pak Ridwan menjelaskan.Zeline menghela nafas lega, dia menyenderkan badannya pada sandaran kursi. Dia kira surat perceraiannya sudah keluar, tapi ternyata hal itu belum terjadi. Zeline sangat bersyukur tentang hal ini, dia menatap ke arah kakaknya yang juga menatapnya."Kau sen
Baca selengkapnya

62. Ikan Besar

Ruang makan itu kembali seperti semula, suara riang Kyra mendominasi membuat suasana hangat terlihat di keluarga kecil itu. Meskipun masih ada Zeline dengan muka masam, tapi sepertinya mereka tidak memperdulikan hal itu.Setelah selesai, Aksa segera berdiri. Dia mengecup kepala Kyra dan Leta bergantian, lalu berpamitan pergi untuk segera ke kantor."Sayang, bagaimana kalau habis sarapan kita melukis," ajak Zeline menatap ke arah Kyra."Tapi Kyra ingin bermain di taman bersama mama Leta." ucap Kyra."Mungkin kita bisa mengajak mama Zeline," ucap Leta lembut kepada Kyra, yang membuatnya langsung menoleh dan mengangguk tersenyum."Mama Zeline mau ikut kita?" tanya Kyra."Em...tidak, sepertinya Mama tidak enak badan. Lain kali saja," ucap Zeline mengelak. Dia tidak ingin jika harus berbagi Kyra juga dengan Leta.Akhirnya Kyra berpamitan pada Zeline, dia lalu pergi ke taman bersama Leta. Sedangkan Zeline, dia segera pergi dari ruang makan.
Baca selengkapnya

63. Membawa Leta Pergi

Seorang pria mengerjapkan matanya kesal tatkala mendengar bunyi handphone yang mengganggu tidur nyenyaknya. Tangannya bergerak meraih handphone yang berada di meja. Tanpa melihat siapa yang menelfon, dia segera mengangkat panggilan itu."Hallo," ucapnya serak, khas suara yang baru saja bangun tidur."Kenapa masih belum ada kabar? Ini sudah seminggu sejak kau meminta waktu. Aku masih menunggu kabar darimu, jangan coba-coba mengacaukan rencanaku. Jika kau tidak bisa biar aku cari saja orang lain," suara dari seberang telfon itu praktis membuat pria itu langsung membuka matanya.Zein segera melihat siapa yang menelfonnya, dan dia tidak salah. Orang itu meminta kabar yang dijanjikannya. Dia lalu mengarahkan handphone itu ke telinganya lagi."Tunggu, beri aku waktu. Besok aku akan menyelesaikannya," ucap Zein cepat."Jangan coba-coba untuk membodohiku bocah kecil," jawab suara dari telfon itu."Tidak, tidak... Aku janji, besok akan aku lakukan se
Baca selengkapnya

64. Di Mana Leta?

Sudah hampir satu jam Leta belum keluar dari kedai tersebut. Leta yang mengatakan hanya sebentar membuat Farrel menyusulnya karena khawatir. Dia masuk ke dalam, menoleh ke sana-sini mencari keberadaan Leta, tapi dia tak menemukannya.Farrel mencoba bertanya pada pelayan yang berada di kedai itu dengan menyebutkan ciri-ciri Leta. Tapi semuanya menjawab tak tahu. Bahkan dia sudah mencari ke kamar mandi, area belakang kedai dan dapur tapi tetap saja. Farrel yang melihat jika di sini ada cctv akhirnya meminta untuk mengeceknya.Tapi petugas yang menjaga cctv mengatakan cctv sedang mengalami gangguan, jadi dari pagi cctv mereka mati. Hal itu membuat Farrel panik seketika. Dia langsung keluar dan mencoba menghubungi Aksa.~Aksa menutup berkas yang ada di hadapannya. Dia melirik sebuah note kecil yang ditempelkan pada meja bagian pojok. Hari ini dia harus menghadiri pertemuan dengan clientnya sekalian melakukan makan siang.Aksa segera menghubungi Vino u
Baca selengkapnya

65. Hampir Saja

Leta membuka matanya perlahan, kepalanya sangat pusing saat ini. Tapi saat dia ingin menyentuh kepalanya, tangannya tak bisa digerakan. Seketika matanya membuka dengan sempurna. Dia terlihat takut dengan apa yang terjadi saat ini, apalagi tangannya diikat ke belakang di sebuah kursi, kakinya juga.Leta panik, dia menoleh ke sana-sini, tapi dia tak bisa berteriak. Mulutnya disumpal oleh kain. Leta mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya. Tadi dia merasa pusing dan Zein bilang mengantarkannya ke mobil. Tapi apa yang terjadi sekarang, dan di mana dia saat ini.Pintu ruangan itu terbuka membuat pandangan Leta teralihkan. Dia melihat Zein masuk dan tersenyum ke arahnya. Seketika nyali Leta menjadi ciut, karena senyum Zein yang tak wajar itu.Leta mencoba berteriak tatkala Zein mendekatinya. Tapi karena mulutnya yang tersumpal suara Leta hanya terdengar seperti sebuah erangan.Zein masih menatap Leta dengan senyum sarkasnya, tepat berada di depan Leta dia
Baca selengkapnya

66. Terbongkar Sudah

Aksa segera membawa Leta ke apartemen pribadinya, dia tidak ingin membuat orang-orang di rumah khawatir tentang keadaan Leta. Untung saja apartemen itu selalu bersih, karena memang Aksa menyuruh seseorang untuk membersihkannya seminggu sekali.Aksa menyuruh Jaka untuk meninggalkannya saja dan bergabung bersama yang lain. Sebelum itu, dia menyuruh Jaka untuk menelfon seorang dokter untuk datang ke apartementnya.Aksa membawa masuk Leta ke kamarnya, perlahan dia menaruh tubuh Leta ke ranjang. Tapi saat dia ingin beranjak, Leta menahan tangannya."Aku takut," ucap Leta menatap Aksa, buliran air mata masih jatuh membasahi pipi mulusnya.Aksa tersenyum, dia mengelus lembut kepala Leta. "Tenanglah, aku tidak meninggalkanmu. Tunggu sebentar," ucap Aksa mengecup kepala Leta lalu berdiri.Tak lama dia kembali dengan baskom berisi air hangat, dia duduk kembali di samping Leta. Mengusap luka Leta dengan handuk yang dibasahi oleh air hangat."Maaf sayan
Baca selengkapnya

67. Penyusup

Malam sudah larut, ketika seseorang memasuki sebuah gudang. Semua orang sudah terlelap dalam tidurnya, hanya ada suara tapak kaki, itu pun terdengar sangat pelan.Malam yang sedikit mendung itu menunjukan bulan yang bersembunyi di balik awan. Bintang pun demikian, seolah malam ini adalah malam yang paling sunyi tanpa adanya suara jangkrik. Dia membuka perlahan pintu itu, berjalan mendekati seseorang yang sedang terlelap duduk di kursi dengan tangan dan kaki yang masih terikat."Hei, bangunlah. Ayo bangun," suaranya cukup pelan, sambil mengguncang tubuh orang itu.Orang itu terbangun dan membelalak kaget. Dia ingin berteriak, tapi langsung di bungkam oleh orang yang membangunkannya itu. Matanya masih melotot, menatap tak percaya."Jangan berteriak bodoh, kau ingin kita tertangkap," suaranya pelan tapi menggeram marah. Dia melepaskan ikatan di tangan dan kaki orang itu.Setelahnya dia membantu orang itu berdiri, memapahnya berjalan
Baca selengkapnya

68. Kebodohan Tommy

Aksa menggeram marah ketika dia baru saja mendapat kabar dari Farrel bahwa Zein telah melarikan diri. Apalagi mendengar jika salah satu anak buahnya ada yang berkhianat. Dia segera menyuruh Farrel untuk mengecek semua anak buahnya lagi. Takut jika masih ada penyusup. "Aksa," panggil Leta yang membuat Aksa menoleh ke arah istrinya. Lelaki itu segera mendekati istrinya yang masih terbaring di ranjang. "Ada apa? Bagaimana perasaanmu sayang?" tanya Aksa pelan, dia takut istrinya akan mengalami trauma pasca kejadian kemarin. "Aku baik-baik saja. Kau tidak meninggalkanku kan?" suara Leta terdengar lirih. "Tidak, aku tidak akan ke mana-mana. Aku akan di sini menemanimu." Aksa mengelus lembut kepala Leta. Leta menikmati sentuhan tangan Aksa. Dia memejamkan matanya sesaat. "Terimakasih Aksa.""Kau tak perlu berkata seperti itu sayang," ucap Aksa tersenyum. "Sekarang diamlah, aku akan mengambilkan sarapan untukmu. Agar ka
Baca selengkapnya

69. Tembakan

Tommy langsung menoleh ke arah pak Ridwan, dia menatap penuh selidik orang tua yang nampak gugup tersebut. "Apa maksudnya?" tanya Tommy dengan nada suara yang dingin. "Aaaku, tak tahu, sungguh." "Sudahlah, pengacaramu itu memang orang yang bodoh," ucap Aksa menyela. "Dia bahkan tak tahu mana berkas asli dan mana yang palsu." Hening, Tommy masih mengamati tentang apa yang sebenarnya dikatakan oleh Aksa. "Nak Tommy, aku tidak mengenalmu dekat. Tapi ternyata sikapmu sama persis dengan ibumu." Pak Bagus berkata tanpa menoleh ke arah Tommy, dia sibuk melihat berkas yang baru saja dibukanya. "Jangan kau samakan aku dengan ibuku," ucap Tommy menggertakkan giginya. Pak Bagus terkekeh, senyum mengejek terpancar jelas di bibirnya. "Kalian sama-sama serakah. Ambisi kalian bahkan sama, ingin menguasai harta milik tuan Aksa. Aku sudah mengenal ibumu sejak lama, Nak Tommy. Dan jika dilihat seperti ini, kau
Baca selengkapnya

70. Aksi Zeline

Aletha langsung berlari keluar bersama Farrel. Dia bahkan mengabaikan Kyra yang merengek ingin ikut. Dia sangat panik, dan ingin segera bertemu dengan Aksa.Mobil melaju meninggalkan rumah, Farrel menjelaskan secara singkat dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dan luka Aksa tidaklah parah, seperti apa yang dipikirkan Leta."Aksa," teriak Aletha begitu sampai di ruangan rawat. Di sana bahkan ada Vino juga yang sedang diobati oleh dokter.Aletha langsung memeluk erat tubuh suaminya, mengabaikan beberapa orang di sana yang menunduk, tak berani memandang adegan romantis bosnya itu."Hiks, apa kau baik-baik saja?" tanya Leta dengan panik. "Hei, kenapa kau malah menangis. Aku tak apa, sungguh." Aksa mengusap lembut punggung Aletha, memberikan ketenangan pada istrinya yang sangat khawatir itu."Aku takut kau kenapa-napa," kata Leta, melepaskan pelukannya."Seharusnya aku yang khawatir, apa kau sudah baik-baik saja? Kenapa tak isti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status