Home / Urban / Suami Dibuang Sayang / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Suami Dibuang Sayang: Chapter 121 - Chapter 130

3330 Chapters

Bab 121

Bella memberitahu Michael tentang kebodohan nenek dan Edward. "Memangnya mereka tidak bisa duduk manis saja dan membiarkanku bekerja tanpa harus menimbulkan masalah baru? Sekarang lihat, Henry tidak mau menjawab teleponku atau menemuiku. Kerja sama yang sudah baik selama ini jadi ternoda.” "Ini ... merepotkan. Teman sekelasku itu masih di luar negeri. Aku tidak bisa menghubunginya sekarang," sahut Michael dengan cemberut.Bella melirik Michael diam-diam. Meskipun Bella tidak bermaksud meminta Michael membantunya, tetapi rasanya sudah terlalu banyak yang diceritakan. Selesai sudah. Bella tidak bisa menyelamatkan kerja sama ini. "Michael," Bella bersuara pelan.Jantung Michael berdetak kencang. Dia menahan senyum, "Ya?"Wajah Bella memerah tanpa sadar. Dia menggigit bibir bawahnya. Bella tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk beberapa waktu.Michael menunggu dengan tenang."Bisakah kamu ... membantuku?" Akhirnya Bella mengeluarkan kalimat ini dari mulutnya.Michael pura-
Read more

Bab 122

“Bu, dari mana kamu mendapatkan barang-barang ini?” Bella memandang Suzy dengan tidak percaya. Suzy mengubah vila itu seperti tempat pengumpulan sampah. Sama sekali tidak ada bagusnya.“Aku membelinya dengan uangku.” Suzy terdengar kesal. Dia memilih barang-barang ini dengan hati-hati. Butuh waktu lama untuk tawar menawar dengan penjualnya. Sekarang Bella seolah-olah tidak menghargai usahanya itu. "Tinggal di vila seharga puluhan juta, tapi ibu membeli banyak barang murah dan menyimpannya di rumah. Bukankah itu lelucon? Terlebih lagi, ini terlihat seperti tempat pembuangan sampah." Bella sangat marah. Michael sudah menghabiskan banyak waktu untuk mendekorasinya tapi Suzy sudah merusak semuanya."Barang murah? Ok." Suzy mengulurkan tangannya ke Bella. "Beri aku uang dan aku akan membeli barang yang lebih bagus.""Ibu …." Bella sangat marah sehingga dia tidak tahu harus berkata apa. "Ini benar-benar tidak masuk akal."“Ini rumahku, tidak bisakah aku mendekorasinya?” Suzy bertanya t
Read more

Bab 123

Setelah Suzy membuka pintu, dia masih tidak tahu apa yang terjadi.Ketika orang-orang itu mulai menyentuh barang-barang yang dia beli, Suzy mulai panik. "Apa yang kamu lakukan, mau dibawa kemana barang-barang ini?"Para petugas keamanan dari departemen properti itu bertubuh tinggi dan besar. Suzy hanya berani berteriak. Dia tidak berani menghalau mereka saat membawa barang-barang itu. Ketika ruangan sudah dikosongkan, Michael berjalan keluar dari kamar. “Michael, kenapa kamu tidak menghentikan mereka. Mereka merampok di siang hari. Aku membelinya dengan uangku,” Suzy berkata kepada Michael dengan cemas."Aku yang memanggil mereka," ujar Michael ringan."Apa?" Suzy terkejut dan kemudian marah besar. "Michael, apa maksudmu? Kamu memandang rendah barang-barang yang aku beli ya?"“Ya, aku tidak menyukainya,” sahut Michael dengan dingin."Cepat minta mereka untuk segera mengembalikan barang-barang itu, kalau tidak ..." Belum selesai berbicara, Suzy menyadari ini bukanlah rumah lam
Read more

Bab 124

Ketika wanita kaya itu sedang berbicara, dia sesekali memukul wanita paruh baya itu dengan dompet di tangannya.Wanita paruh baya itu mengulang kata-kata yang sama, "Aku tidak mengambilnya tapi dia terus menganiayaku.""Aku? Bagaimana aku bisa menganiaya wanita murahan sepertimu?” Wanita kaya itu menampar si wanita paruh baya. Sepatu hak tingginya menendang hingga dua kali.“Perhatikan baik-baik, apa aku seperti orang yang kekurangan uang? Aku tidak ingin sampah ini merugikan orang lain,” kata wanita kaya itu.Dilihat dari pakaiannya, jelas dia bukan orang yang kekurangan uang. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu tidak meragukannya. Tapi penyiksaan terhadap wanita paruh baya itu menjadi semakin menjadi-jadi.Melihat orang-orang saling berbisik, wanita kaya itu semakin bersemangat. Dia melihat wanita paruh baya itu dengan jijik. "Kamu pencuri. Biarkan semua orang melihat wajahmu. Kamu tidak akan bisa bekerja di Kota Yuncheng."Ada pepatah lama mengatakan sangat sulit melihat
Read more

Bab 125

Michael mengangguk.Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu sangat terpuaskan. Mereka ingin menyaksikan lebih banyak keributan. Lagi pula, mereka tidak menemukan pekerjaan hari ini. Jika ada peristiwa menarik, paling tidak mereka tidak sia-sia datang hari ini. Setelah wanita kaya itu menelepon, kurang dari sepuluh menit, sekelompok orang datang. Jumlahnya lebih dari sepuluh orang. Terlihat banyak tato naga dan burung phoenix di lengan mereka. Jika dilihat sekilas, mereka kelihatannya bukan orang baik-baik."Pergi, jangan menghalangi jalanku."Kerumunan lalu bubar secara otomatis. Berdiri seorang pria paruh baya, kepala botak, dengan ekspresi tidak sabar di wajahnyaKetika wanita kaya itu melihatnya, dia berjalan tertatih-tatih ke sampingnya. "Suamiku, bajingan ini berani menendangku."“Kacau, bahkan istriku berani melawan. Memangnya kamu tidak ingin hidup lagi?” Namanya Gregory. Dia tampak ganas dan mendominasi. Begitu juga orang-orang di belakangnya."Gregory!""Orang ini t
Read more

Bab 126

Mark memandang Michael sambil tersenyum. Dia menyentuh hidungnya lalu berkata, "Kebetulan sekali.""Kebetulan?" Michael berkata dengan muka masam. "Mengapa kamu ada di sini?""Aku datang ke sini untuk membicarakan sesuatu. Anak buahku lalu memberitahu bahwa ada perkelahian. Aku tidak menyangka kamulah orangnya," ujar Mark.Michael tidak ragu sedikitpun kalau Mark mengutus anak buahnya untuk mengikutinya. Karena tidak ada yang benar-benar kebetulan.Gregory yang kesakitan berusaha berbicara pada Mark. "Bro Mark, dia berani-beraninya memukulku. Tolong aku."Mark melihat Gregory dengan tidak sabar. "Hajar dia."Beberapa anak buahnya berjalan ke arah Gregory. Mereka segera memukulnya bertubi-tubi.Para penonton tercengang. Siapa pria ini? Gregory memanggilnya dengan akrab tapi malah dia yang dipukul. Dia jelas lebih jago dari Gregory.“Bro, hentikan. Aku tidak membuat kesalahan padamu, tapi mengapa kamu memukuliku?” Gregory meratap kesakitan.Mark melambaikan tangannya lalu anak b
Read more

Bab 127

Istrinya sudah bermain di belakang Gregory dengan mengajak seorang pria muda pulang ke rumah. Pria itu justru mencuri perhiasannya. Bagaimana sang istri bisa menjelaskan masalah ini di depan Gregory?“Dasar perempuan .… Kamu sudah mencuri harta kekayaanku,” Gregory berkata dengan marah. “Tidak, tidak, aku tidak … aku tidak. Ini fitnah. Aku tidak mencuri apa-apa,” ujar istrinya dengan panik.Sambil menahan sakit, Gregory berdiri. Dia menjambak rambut istrinya dan menamparnya. "Aku sudah memberimu banyak uang. Tapi kau gunakan uang itu untuk mempercantik wajahmu. Perempuan jalang. Lihat saja, aku akan membunuhmu."Sang istri terhuyung-huyung. Wajahnya bengkak bekas tamparan. Dia memohon belas kasihan. "Suamiku, maafkan aku, aku tahu aku salah. Aku tidak akan mengulanginya lagi."Gregory adalah pria yang menyukai wanita cantik. Aib istrinya terbuka di hadapan banyak orang. Bagaimana dia bisa menerimanya. Istrinya ditendang tanpa ampun. Setelah jatuh ke tanah, istrinya ditendang l
Read more

Bab 128

Saat Michael hendak menyiapkan kamar untuk Berta, Suzy berjalan ke bawah."Michael, apa yang kamu lakukan? Siapa dia?" Suzy bertanya."Aku yang mengajaknya ke sini. Dia akan membantu kita memasak dan membersihkan di rumah ini," jawab Michael.Pembantu?Dengan marah, Suzy berjalan ke arah Michael. "Kamu benar-benar sombong ya sekarang. Kamu tidak perlu memperkerjakan siapa pun. Kalau kamu tidak mau memasak, aku akan melakukannya sendiri.""Oke." Michael melirik Suzy lalu menoleh ke Berta. "Berta, karena sudah ada yang memasak, pekerjaanmu hanya membersihkan rumah."Suzy menggertakkan giginya karena marah. Bagaimana dia bisa memasak? Sejak Michael tiba di rumah Su, dia menjauh dari dapur dan terbiasa memakan makanan yang sudah dihidangkan. Michael menganggap serius omongannya.“Kamu tidak pantas memakan makanan yang aku masak. "Suzy memandang Michael dengan dingin. "Berapa banyak upah yang kamu berikan? Tidak menggunakan uang keluarga, kan?""Jangan khawatir, aku tidak menyuruhmu
Read more

Bab 129

Pada saat bersamaan, seorang wanita anggun berjalan ke arah Suzy. Wanita ini diikuti segerombolan pengawal berjas hitam. Kejadian ini menarik perhatian banyak orang. Suzy dan teman-temannya terpana."Istri dari keluarga kaya mana ya? Dia membawa begitu banyak pengawal.""Memang enak kalau punya banyak uang. Kalau aku jadi dia, aku pasti akan mempercantik diri setiap hari.""Mengapa dia datang ke sini? Suzy, kamu mengenalnya?"Dia berjalan ke arah Suzy dan berhenti.Suzy menatapnya dengan curiga."Apa kamu Suzy?""Ya ... ini aku. Kamu siapa?"Plak!Wanita itu menampar Suzy.Saat melihat kejadian itu, teman-teman Suzy merasakan adanya ketidakadilan. Tapi saat melihat pengawalnya yang banyak, mereka tidak berani mengatakan apa pun.“Kamu …. Kenapa kamu menamparku? Siapa kamu?" teriak Suzy sambil memegang pipinya.“Kau boleh mengingat namaku mulai sekarang. Aku Chaterine.” Chaterine. Dia adalah ibu Michael yang berasal dari keluarga Han. Seorang wanita yang berasal dari kelua
Read more

Bab 130

Suzy pulang ke rumah dengan perasaan marah. Jadi dia melampiaskannya pada Berta.Berta melihat bukti tamparan di wajah Suzy. Pastinya Suzy kesal karena itu. Jika dengan memarahi dirinya Suzy bisa tenang, Berta bersedia menerimanya.Saat Robert pulang ke rumah setelah bermain kartu, kemarahan Suzy semakin menjadi-jadi. Aneh, dirinya tambah kesal ketika melihat suaminya.Ketika Robert melihat pipi bengkak di wajah Suzy, dia salah mengira bahwa Bertalah yang menamparnya. "Siapa kamu dan mengapa kamu ada di rumahku."”"Aku adalah pembantu yang dipekerjakan Michael," kata Berta.Pembantu?Tidak ada yang salah dengan memperkerjakan pembantu untuk rumah sebesar itu. Tapi dia sudah berani menampar wajah majikannya. “Suzy, kamu baik-baik saja? Apa dia menamparmu?” Robert bertanya dengan prihatin.“Memangnya kenapa kalau dia yang menamparku, hah? Kamu berani membelaku?“ Suzy masih marah. Pikirannya penuh dengan kejadian dengan Chaterine.Begitu Robert mendengarnya, dia berjalan ke Be
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
333
DMCA.com Protection Status