Home / Romansa / Noda Dalam Luka / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Noda Dalam Luka: Chapter 1 - Chapter 10

45 Chapters

Semangkuk bakso

"Teganya dirimu, Mas, huuu, huuu..." tangisku, sambil memegangi perut yang telah ditendang gara-gara aku bangun kesiangan tidak sempat menyiapkan sarapan.Semalaman aku bergadang karena putri kecil Rere badannya demam tinggi. Hidup di tengah kebun jauh dari bidan apalagi Puskesmas. Tetangga pun jauh hanya mertualah yang gubuknya di sebelah kami. Sebaik mereka padaku tapi lebih percaya akan ucapan dari anak laki-lakinya yang telah menjadi suamiku selama hampir dua tahun ini.Penyesalanku kini telah tiada arti, larangan dari orang tua dan kakak tidak aku hiraukan. Diriku terbujuk dari gombalan manis yang berbuah penderitaan.Rudi pria hitam manis berpawakan tinggi besar, yang aku kenal di dunia maya melalui aplikasi FB. Berawal dari like dan komentarnya yang menjadikan rasa di hati semakin akrab, pertemaan kami pun berlanjut ke messenger.Aku Lisna seorang gadis berumur 20 tahun, anak dari keluarga biasa dan sederhana. Memiliki dua orang kakak perempuan dan
last updateLast Updated : 2021-05-11
Read more

Tangis

Cerita ini dibuat setelah putriku mulai belajar merangkak .Tidak sanggup jika harus cerita dari hamil muda sampai melahirkan. Warna kulit Rere putih kemerahan, mungkin karena perpaduan warna kulit putihku dan hitam suamiku.*************     Waktu hamil mudah aku nyidam makanan apa pun tidak kesampaian, kecuali sambal belut dan sayur pakis. Jika pingin bakso hanya bisa menangis dan hanya terlaksana di alam mimpi, jika ayam dan ikan air tawar sering mengkonsumsi, karena setiap sore, Mas Rudi memasang perangkap ikan (wu- wu), di sungai kecil belakang gubuk, juga banyak ayam hutan yang bisa ditangkap. Kadang ada pemburu lewat memberiku daging dari hasil buruannya. Entah itu daging apa, tapi aku sangat suka dari pada harus mengkonsumsi sayur pakis setiap hari.Biarpun hamil masih tetap disuruh kerja ini dan itu, bahkan sempat pulang ke rumah orang tua, dengan naik ojek dari gunung (kebun) sampai rumah orang tua, dengan ongkos yang
last updateLast Updated : 2021-05-12
Read more

Tangisan

"Mengapa anak perempuan yang kamu lahirkan,Dek?" tanya Mas Rudi."Hust, enggak boleh asal ngomong!" bentak Bu bidan."Cepat di azanni (iqomatkan) putrinya!" perintah Bu bidan kepada Mas Rudi."Bisa azan enggak?" Bu bidan kembali bertanya."Biarin Lisna tidur, dia kecapekan jangan digangu!" perintah Bu bidan kepada Mas Rudi."Iya," jawab Mas Rudi, singkat.Sayup kudengar suara percakapan Mas Rudi dan Buk Bidan. Bidan yang biasanya ramah dan lembut, entah mengapa dia berbicara dengan nada ketus pada Mas Rudi.Aku ketiduran sampai pukul tujuh pagi. Ternyata sudah ramai orang yang datang di rumah Bu bidan, untuk melihat bayiku. Mas Rudi datang dengan membawa susu formula untuk bayi. Karena Asiku belum keluar dan bayinya menangis terus. Rupanya tadi pagi Mas Rudi disuruh mencuci baju dan kain yang terkena darah. 
last updateLast Updated : 2021-05-13
Read more

Rambutan Sialan

  Lapar sekali perutku padahal tadi siang sudah makan banyak. Mungkin ini efek dari menyusui, selalu terasa lapar padahal sudah ngemil rambutan. Di depan gubuk ada pohon rambutan yang sangat tinggi dan besar. Setiap pagi banyak buah rambutan yang berjatuhan di bawah pohonnya.Sambil menggendong Rere aku memungutti buah rambutan yang berjatuhan. Awalnya aku mencret, jika makan rambutan banyak, tapi sekarang sudah terbiasa, jadi mau makan banyak juga tidak mencret lagi. Aku bingung nasi tinggal sepiring, untukku apa untuk Mas Rudi ya? Sebaiknya aku nanti tanyakan dia saja. Sebentar lagi dia pulang."Mas aku lapar, nasi itu untukku ya?" Pintaku pada Mas Rudi."Terus aku makan apa?" Mas Rudi balik bertanya."Mas kan bisa makan di gubuk mamak," terangku, memberikan solusi."Baiklah," jawab Mas Rudi singkat.'Yes, aku enggak kelaparan,'  kataku dalam hati, sambil tersenyum melihat Mas Rudi berjalan keluar g
last updateLast Updated : 2021-05-14
Read more

Suami kejam

"Ada apa Lisna kok cemberut?" tanya ibuku."Sudah sana bersiap berangkat, ikut suamimu nanti dosa loh!" perintah ibu.Tidak kuasa untuk membantah perintah Ibuku, akhirnya aku pun berangkat juga ke rumah mertuaku  yang jaraknya entah berapa kilo meter, yang jelas menghabiskan waktu dua jam perjalanan yang  ditempuh dengan montor gunung milik Mas Rudi.Beraneka pikiran berkecamuk menari di dalam otakku. 'Apa yang akan terjadi nanti?, adakah aku akan disiksa lagi?'Kutepis semua pikiran negatif itu. Kupikirkan tentang hal yang baik-baik saja biar hidupku menjadi lebih baik. 'Lihatlah Mas Rudi sudah membelikan baju untukku!''Pasti dia sadar, apa yang dia lakukan padaku itu salah.''Dia tidak bisa hidup tanpaku,' kataku dalam hati.Benar saja Mas Rudi dan keluarganya bersikap baik terhadap diriku, dan aku pun merasa tidak perlu bercerai dengannya lagi.Hari raya pertama kami bertamu di setiap rumah s
last updateLast Updated : 2021-05-14
Read more

Omelan Mamak

  Sesak terasa di pagi buta mamak sudah marah-marah enggak jelas pada Aku, yang tidak mengerti apapun. Seolah semua kesalahan tertuju pada diri ini, biar pun Mas Rudi yang bersalah tetap saja diriku, yang kena damprat Mamak. "Seharusnya kamu itu jadi istri pintar ngurusin suami, jadi suaminya tidak pergi memancing setiap malam. Pasti Rudi sudah bosan sama kamu, makanya tiap malam selalu ditinggal pergi terus sama dia. Dasar perempuan bodoh! Enggak bejus kerjaannya, ngurusin suami satu aja enggak bisa. Tolol kamu!" umpat Mamak. Aku hanya diam menangis sambil memeluk Rere, yang ikut menangis dengan keras. Mungkin dia terkejut dengan suara neneknya, yang seperti petir menyambar gubuk papan bambu milik kami. "Jika dikasih tahu itu, jangan diam saja! Sekali-sekali jawab, kenapa? Apa kamu tak kasian sama Rudi, hah? Malam bergadang, siang harus berkerja di kebun, bahkan sering kali dia ketiduran di keb
last updateLast Updated : 2021-06-04
Read more

Pinjaman

  "Ada apa Lisna kok cemberut?" tanya ibuku. "Sudah sana bersiap berangkat, ikut suamimu nanti dosa loh!" perintah ibu. Tidak kuasa untuk membantah perintah Ibuku, akhirnya aku pun berangkat juga ke rumah mertuaku yang jaraknya entah berapa kilo meter, yang jelas menghabiskan waktu dua jam perjalanan yang ditempuh dengan montor gunung milik Mas Rudi. Beraneka pikiran berkecamuk menari di dalam otakku.  'Apa yang akan terjadi nanti?, adakah aku akan disiksa lagi?' tanyaku dalam hati, yang tidak mendapatkan jawaban. Kutepis semua pikiran negatif itu. Kupikirkan tentang hal yang baik-baik saja biar hidup menjadi lebih baik. 'Lihatlah Mas Rudi sudah membelikan baju untukku!' aku menghibur diri sendiri.'Pasti dia sadar, apa yang dia lakukan padaku itu salah.' 'Dia tidak bisa hidup tanpaku,' kataku dalam hati.
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more

Mabuk Durian

 Aku terus saja mengeluarkan isi perutku. Sampai cairan kuning kental, yang rasanya sangat pahit.Perut pun menjadi terasa lapar, karena aku masih menyusui putriku. Namun, perasaan mau muntah, tidak dapat aku bendung lagi. Entahlah sampai kapan musim durian ini akan berlangsung. Sementara sekarang masih awal musim dari mulai jatuhnya durian.Entah mengapa aku tidak bisa makan durian? Jngankan untuk memakannya. Baru mencium aroma durian saja aku udah muntah-muntah.Semalaman aku tidak bisa tidur, karena teman-teman Mas Rudi datang ke gubuk. Mereka melakukan pesta durian. Mereka ketawa dan bercanda dengan suara keras, sontak saja Rere jadi terganggu tidurnya. Rere rewel terus dan selalu minta gendong kepadaku, yang  sedang merasakan mual.Aku ingin menegur mereka, tetapi takut dimarah oleh Mas Rudi.'Ya Allah semoga mereka lekas pulang,' do'aku dalam hati.Tepat pukul satu malam aku tidak mendengar suara mereka lagi berbincan
last updateLast Updated : 2021-06-06
Read more

Kebakaran

  Diriku bener-bener mabuk durian. Namun, teman-teman Mas Rudi setiap hari selalu makan, minum dan tidur di gubuk. Dengan alasan bahwa gubukku lebih dekat dengan hutan, kenyataanya memang seperti adanya itu.    Ayah datang berkunjung ke kebun. Kala Mas Rudi berserta teman-temannya sedang istirahat siang, di dalam gubuk. Ayah membawa kabar jika sepupuku, yang rumahnya tepat di samping rumah orang tuaku. Dia akan menikah dan pernikahannya diadakan secara meriah, jadi aku harus pulang ke desa untuk beberapa hari. Mas Rudi pun seperti biasanya bersifat sangat ramah dan sopan kepada Ayah. Tidak ketinggalan juga kebiasaan membual, yang sangat berlebihan. Bahkan sangat bertolak dari kenyataan yang ada.  Mertuaku tidak menyapa Ayah sama sekali, jangankan tanya kabar tersenyum saja pun tidak.  Setelah basa-basi dan menyantap beberapa buah duri
last updateLast Updated : 2021-06-07
Read more

Pernikahan Sepupu

 "Rudii, sini mampir dulu, untuk minum kopi!" perintah Paman. "Buru-buru, Man, besok lagi." sahut Mas Rudi, sambil mengegas motor."Enggak bawa durian?" selidik Paman."Besok kalau pas hari repsepsinya aku bawakan durian. Mau berapa buah, Paman?" ujar Mas Rudi."Berapa saja, yang penting gratis." sahut Paman, sambil tersenyum."Okay lah, aku pulang dulu takut kemalaman di jalan." ujar Mas Rudi."Iya hati-hati!" pesan Paman.Ndroooon .....ndrooon, droooon.Mas Rudi pun gergegas pulang ke kebun. Dengan mengendarai motor gunungnya, yang gelepotan tanah merah. Mereka semua memuji dan menyanjungku, yang memiliki suami baik hati. Memiliki kebun durian, yang luasnya sampai berhektar - hektar. Setiap perkataan mereka, aku hanya mampu menjawabnya dalam hati, sambil  tersenyum untuk menutupi luka di hati.Rere sudah terlelap. Mungkin dia merasa capek dan badannya pun sedikit demam. Mungkin
last updateLast Updated : 2021-06-08
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status