Aku membiarkan Mamak yang sedang asik merayu Mas Rudi. Mengenai duit dari hasil penjualan jengkol. Rayu demi rayuan Mamak lontarkan, sehingga Mas Rudi berencana memberikan separuh uangnya untuk biaya sekolah adiknya.Rasa kantuk pun sudah tidak tertahankan lagi. Aku pun bergegas naik ke atas untuk merebahkan badan yang terasa remuk. Tanpa pamit terlebih dahulu kepada Mamak dan Mas Rudi. Dalam hati timbul perasaan yang sangat besar pada Mas Rudi, beserta keluarganya.Aku terjaga dari mimpi, ketika ada tangan kekar mengelus pipiku. Kemudian perlahan mata ini terbuka mata, walupun masih sangat mengantuk."Lisna, aku mau," ucap Mas Rudi pelan. Beberapa bulan yang lalu, aku merasa senang dengan setiap kali ajakannya untuk bercinta. Namun, kini aku merasa sangat jijik setiap membayangkannya hal itu."Aku sedang datang bulan, Mas," tolakku halus dengan suara manja."Baiklah aku akan keluar dulu. Kunci pintunya!" perintah Mas Rudi, sambi
Read more