Home / Romansa / My Wife is My Suspect / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of My Wife is My Suspect: Chapter 61 - Chapter 70

149 Chapters

CHAPTER 61

Dylan dan timnya mendapatkan tugas untuk mengawasi pesta mewah yang sedang di gelar di salah satu hotel mewah. Mereka mencurigai adanya spionase industri di pesta semewah ini.Zunaira di tugaskan di lapangan dan berbaur dengan para tamu undangan karena ia satu-satunya wanita yang ada di timnya. Hari ini Zunaira tampil anggun.Sementara Dylan, Orion dan yang lainnya berjaga di luar dan balik layar. Dylan bisa memantau semuanya melalui CCTV di ruang teknis khusus CCTV.“Titik B, clear,” ujar Atlanta.“Titik D, clear,” sahut Valeria dari sudut sana.“Zunaira gaun tosca pendek, ada di titik C,” kata Atlanta.Mata elang Oliver bisa menemukan keberadaan Zunaira dengan cepat. Masih memiliki dendam yang belum terselesaikan, Oliver memutuskan untuk menawarkan diri.“Zunaira? Biar aku yang bereskan.”“Dapatkan ponsel Zunaira, dia memotret aku dan Lay barusan,” perintah Atlanta.
Read more

CHAPTER 62

CHAPTER 62           Sudah empat hari Atlanta duduk di depan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan. Rasanya jari-jari Atlanta ingin patah saat ini juga. Atlanta mendesah pelan karena akhirnya tugas bagiannya sudah selesai. Atlanta adalah sebuah pilar Hilton. Posisi Atlanta menggantikan hackers hebat yang sudah pensiun delapan tahun yang lalu.Atlanta berjalan lemas dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Atlanta sudah kehabisan tenaga hanya untuk pergi untuk mengambil makanan layak. Mengambil ponsel, Atlanta di kejutkan dengan tiga buah panggilan tak terjawab dari Dylan. Seketika rasa kantuk Atlanta yang sudah di tahan berhari-hari lenyap seketika.“Dylan? Tumben sekali dia menelepon.”Tak ingin kembali ada salah paham, Atlanta menghubungi Dylan kembali. Kali ini tak perlu menunggu lama Dylan mengangkat panggilannya.“Sayang, maaf aku baru menyalakan ponselku.”
Read more

CHAPTER 63

Hari ini Dylan pulang ke rumah setelah satu minggu bekerja. Walau Dylan hanya memiliki dua hari libur, tapi Dylan tetap bersemangat pulang ke rumah.Dylan dan Atlanta menghabiskan pagi seperti pasangan pada umumnya, memasak dan sarapan bersama. Hari ini Dylan ingin mengajak Atlanta pergi jalan-jalan. Hal yang selalu Dylan lakukan saat Dylan pulang ke rumah. Suatu hal penting yang tak boleh mereka lewatkan.Pakaian Atlanta hari ini cukup santai dan sangat sederhana, sebuah gaun hitam selutut berenda putih di bagian leher. Rambut panjang Atlanta di biarkan terurai begitu saja. Sementara Dylan menggunakan atasan berwarna biru dongker bermotif putih dan celana jeans.“Kau mau pergi ke pemakaman?” komentar Dylan melihat pakaian yang Atlanta gunakan hari ini. Di dukung dengan Atlanta menggunakan aksesoris kaca mata hitam.“Tentu saja bukan,” balas Atlanta.“Kau cantik, tapi sedikit menyeramkan. Tidak apa-apa, ayo pergi ke ba
Read more

CHAPTER 64

“Leonis, sekarang berapa usiamu?” tanya Dylan lembut, mencari topik pembicaraan lain.Leonis tersenyum manis  dan menunjukkan telapak tangannya. Memberi tahu jika umur Leonis sudah lima tahun saat ini. “Sebentar lagi aku akan berulang tahun ke enam. Kau harus datang jika aku merayakan ulang tahunku.”Tanpa ragu Dylan menganggukkan kepala, menerima undangan Leonis. “Beritahu aku jika ulang tahunmu akan di rayakan. Jika tidak ada kendala, aku dan Atlanta akan datang ke pesta ulang tahunmu nanti.”Sontak Atlanta dan Leondra saling bertukar pandang. Bukankah itu artinya Dylan akan berkunjung ke istana Adams suatu hari nanti?Ah, sepertinya cepat atau lambat Atlanta tidak akan bisa lari dari takdir yang sudah mengikatnya dengan keluarga Adams. Tapi sepertinya akan berbahaya jika Atlanta membawa Dylan ke sarang keluarganya.“Asik! Ayah harus mengundang Paman Dylan di  hari ulang tahun aku nanti, OK?&rdq
Read more

CHAPTER 65

“Kau! Kenapa sengaja menemuiku di sini? Aku kira uang kalian sudah banyak untuk menyewa satu bioskop. Aku tahu kau sengaja menemuiku, tidak ada kebetulan di dunia ini.”“Kau benar, aku sengaja menemuimu kemari,” jawab Leondra singkat. Masih sibuk dengan layar ponselnya sejak tadi.“Apa peringatan pertamaku padamu belum cukup? Kenapa kau terus mengusikku?” Atlanta mulai hilang kesabaran.Leondra menggunakan airpods di telinga mungil Leonis. Membiarkan Leonis menonton sebuah video. Leondra tak ingin Leonis mendengar percakapannya dengan Atlanta.“Aku tahu jika kau dan ayah bertengkar belum lama ini. Kalian berhasil menghancurkan kamar mandi mewah hotel Adams,” Leondra mengalihkan pembicaraan.Atlanta melipat kedua tangannya di depan dada. “Lalu? Itu bukan urusanmu.”“Aku tidak akan berhenti mengusikmu hingga kau berhenti dari pekerjaanmu.”Atlanta berdecih sinis. &l
Read more

CHAPTER 66

“Serealmu sungguh sudah habis? Bukankah aku terakhir membelikanmu satu kardus? tanya Dylan.“Kau sepertinya memiliki gangguan ingatan. Kau sudah memberikannya padaku lama sekali.”“Bukankah seharusnya masih tersisa sedikit lagi?”Atlanta memasukkan sepuluh buah kotak sereal dari merek yang sama dengan rasa yang berbeda ke dalam keranjang.“Sebenarnya masih tersisa setengah kotak lagi,” jawab Atlanta.“Secepat itu  kau menghabiskannya?” tanya Dylan lagi, mengikuti langkah Atlanta seraya mendorong keranjang belanja.“Tentu saja, itu ‘kan kesukaanku.”Ketika Atlanta hendak mengambil bumbu saos, ponsel Atlanta bergetar. Atlanta mengambil ponselnya dan menatap Dylan ragu karena Leondra lah yang menghubunginya.“Kenapa tidak kau angkat? Siapa itu?” Dylan penasaran.Atlanta masih menatap layar ponselnya yang menunjukkan sederet angka yang s
Read more

CHAPTER 67

“Kau sudah lama menungguku?” tanya Atlanta saat Dylan masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Atlanta. Membiarkan Atlanta menyetir mobil.“Aku tidak menunggu lama,” jawab Dylan jujur.Atlanta segera melajukan mobil dan pulang ke apartemen. Sesampainya mereka di basemen apartemen, Dylan menyadari jika mobil mewah itu sudah tidak ada lagi di parkiran.“Eh? Mobil mewah itu sudah pergi?”Refleks Atlanta ikut memperhatikan apa yang sedang Dylan lihat. “Kau benar, mobilnya sudah menghilang.”Dylan menatap Atlanta. “Kenapa Satpam bisa mengira itu mobil milikmu?”Atlanta berdecak pelan dan menggelengkan kepala. “Entahlah. Aku juga tidak mengerti kenapa Satpam itu bisa salah melihat. Jika aku memiliki mobil semewah itu, pasti kita sudah pindah dari sini bukan?”Dylan terkekeh ringan mendengar jawaban Atlanta. “Kau benar.”Atlanta dan Dylan berjalan ber
Read more

CHAPTER 68

Atlanta dan Dylan kembali ke ruang apartemen mereka. Kembali melakukan keseharian mereka bersama-sama.“Sayang, apa kau mau kita pindah rumah?” tanya Dylan tiba-tiba.Atlanta yang sedang menuang susu ke dalam mangkuk sereal sontak menoleh. “Kenapa? Apa apartemen ini sudah tidak nyaman bagimu?” tanya balik Atlanta.“Tidak sih, hanya saja… Hanya saja aku merasa lebih baik kita memiliki rumah, bangunan terpisah. Bukan apartemen.” Dylan menjelaskan maksudnya walau tampak sedikit ragu.“Kita membutuhkan rumah yang lebih besar dan kamar lebih banyak untuk anak-anak kita nanti. Tidak mungkin juga bukan kita selamanya tinggal di apartemen?” lanjut Dylan.Mendengar kata ‘anak’ di sebutkan membuat Atlanta mematung sesaat. Atlanta sungguh tidak siap untuk hal yang satu itu. Bahkan Atlanta rajin meminum obat kontrasepsi.“Jadi bagaimana pendapatmu?” tanya Dylan membuyarkan la
Read more

CHAPTER 69

Setelah memahami apa tugas dan targetnya hari ini, Atlanta mengambil kunci mobil mewahnya. Teringat sesuatu, Atlanta memanggil Valeria.“Valeria,” panggil Atlanta.“Ya?” sahut Valeria.“Aku tidak menyangka jika tindakanmu akan seceroboh itu. Dylan bisa mengetahui ada orang yang masuk ke apartemen kami karena kau menginjak karpet dan menggesernya sedikit.”Valeria membulatkan mata, terkejut. “Sungguh? Dylan mengetahuinya?”“Dia bahkan mengajakku pergi ke ruang teknisi. Untuk saja aku segera retas dan rusak CCTV. Jika tidak, kau akan ketahuan dan hubungan kita menjadi rumit,” balas Atlanta.“Aku akui Dylan sangat teliti,” puji Valeria.“Tapi, terima kasih. Satpam melihat dengan jelas jika aku yang menggunakan mobil itu ke apartemen, karena itu aku membutuhkan bantuanmu.”Valeria tersenyum geli melihat ekspresi Atlanta yang sangat jelas sedang menu
Read more

CHAPTER 70

Dylan mendesah pelan karena hari ini ia harus menyamar menjadi seorang paket. Dylan menatap Zunaira dan Orion malas.“Sungguh aku harus berpenampilan seperti ini di Las Vegas? Kota penuh hura-hura?” tanya Dylan, memastikan sekali lagi.Zunaira dan Orion kompak mengacungkan jari jempol kepada Dylan.“Kau tetap tampan,” puji Zunaira, supaya Dylan berhenti berkecil hati.“Kau tukang paket tertampan seantero Las Vegas,” tambah Orion.Dylan berdecih sinis mendengar pujian omong kosong yang di lontarkan untuknya. Tentu saja Dylan tak percaya dengan pujian palsu itu. Dylan bukan lagi anak kecil yang mudah di bujuk.Walau ini bukan pertama kalinya Dylan menyamar sebagai seorang tukang antar paket, tapi ini adalah pertama kalinya Dylan menyamar seperti ini di sebuah kota dosa yang mewah, Las Vegas.“Kau tidak berharap menyamar menjadi seorang bartender atau pembisnis bukan?” imbuh Orion.D
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status