Home / Romansa / My Wife is My Suspect / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of My Wife is My Suspect: Chapter 41 - Chapter 50

149 Chapters

CHAPTER 41

Dylan bangun setelah terlelap selama lima jam. Cukup lama. Kepala Dylan terasa pening saat bangun dari tidurnya.“Apa aku tertidur?” tanya Dylan ketika terbangun.Atlanta yang sedang duduk santai di meja bar, minum segelas jus jambu seraya membaca majalah. Pekerjaan Atlanta selesai lima belas menit yang lalu, kini Atlanta berusaha menutupi jari-jarinya yang sangat pegal.“Kau sudah bangun? Sepertinya kau sangat lelah setelah kita bermain. Kau tidur cukup lama,” sahut Atlanta.Dylan menatap jam dinding. “Aku tidur selama lima jam? Aku tidak pernah tidur siang selama itu.”“Tidak apa-apa, tidak ada yang salah dengan tidur siang lima jam. Artinya kau menikmati waktumu setelah menikah denganku,” balas Atlanta santai.“Kau mau makan apa? Aku akan menyiapkanmu makan malam.” Atlanta berdiri dan membuka pintu kulkas, mencari bahan makanan yang bisa ia masak untuk makan malam.“
Read more

CHAPTER 42

“Aku menguntitmu selama dua tahun.”“Lalu kau tidak pernah menegurku? Tidak ada dirimu dalam ingatakn seorang Leona.”“Kita pernah berbicara. Aku menumpahkan es dan kau datang untuk memberikanku tisu. Kau juga pernah menyelamatkanku ketika aku hampir di tabrak mobil.”Atlanta mengerutkan dahi. Berusaha mengingat hal-hal yang Samuel singgung tapi tak sedikitpun Atlanta menemukan Samuel di dalam ingatannya terdahulu.“Kau mengarang? Aku tidak bisa menemukanmu dalam ingatanku,” balas Atlanta jujur.Tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah sosok Dylan seraya membawa dua kantung belanja berukuran besar.“Apa yang sedang kalian lakukan?”Atlanta tersenyum mendapati kedatangan Dylan. Atlanta segera berdiri dan membantu Dylan untuk membereskan barang belanjaan.“Kami hanya berbincang ringan. Samuel bercerita jika zaman dia kuliah dulu ada seorang Dewi CTF yang melegenda di&
Read more

CHAPTER 43

“Belum ada info terbaru lagi. Kemungkinan Detektif Jackson hanya di culik, atau kemungkinan terburuk adalah Detektif Jackson telah tewas di bunuh.”Dylan terdiam sesaat. “Siapa tersangka saat ini?”“Rival perusahaan Detektif Jackson. Tersangka mengarah kesana karena penyerangan pertama mengarah kebangkrutan perusahaan baja milik keluarga Detektif Jackson,” jelas Zunaira.Merasa ada yang ganjil, Dylan mengetukkan jemarinya ke atas meja secara irama. Menunjukkan dengan jelas jika ia sedang berpikir.“Kenapa kau tidak mencurigai Hilton? Bukankah yang paling di untungkan atas menghilangnya Detektif Jackson selain rival perusahaan, Hilton juga di untungkan dalam hal ini? bukti Hilton juga menghilang bersamaan dengan hilangnya Detektif Jackson.”Zunaira mengubah posisinya menjadi duduk tegak mendengar asumsi Dylan. “Hilton?” tanyanya.Dylan menganggukkan kepala. “Mata-mata Hilton ad
Read more

CHAPTER 44

“Leona, aku ingin menanyakan sesuatu,” kata Valeria tiba-tiba.Atlanta mengerutkan dahi dan melirik Valeria. “Lima dollar untuk satu pertanyaan.”Valeria berdecih sinis, meski begitu Valeria menarik kursinya agar semakin dekat dengan Atlanta. “Seandainya kau masih hidup dengan nama Leona saat ini, menurutmu siapa yang akan kau pilih?”Atlanta menganga, tidak mengerti dengan pertanyaan Valeria. “Hah? Apa maksudmu?”“Kau akan memilih siapa? Samuel yang sudah menyukaimu sejak lama atau Dylan yang baru kau kenal?” tanya Valeria.Tanpa perlu pikir panjang Atlanta segera menjawab. “Tentu saja Dylan. Kenapa aku harus memilih Samuel di saat ada pilihan lebih baik yaitu Dylan? Aku beritahu, jika kau menikah kau harus mencari sosok suami yang berkepribadian mirip Dylan. Dia seorang suami yang luar biasa.”“Kau senang menikah dengannya?” tanya Valeria lagi.Atlan
Read more

CHAPTER 45

Tiba-tiba ada seorang pria berbadan tegap masuk ke ruangan mereka tanpa di undang. Pria yang memiliki tinggi lebih tinggi dari Atlanta, berbadan tegap bak seorang profesional.“Apa kalian melawan pria juga?” tantangnya.Atlanta berbalik badan dan berkacak pinggang menghadap pria itu. Valeria dan Atlanta melempar pandangan sekilas.“Apa kau melawan wanita juga?” tantang balik Atlanta.Pria berbadan tegap itu tersenyum. “Aku akan melawan wanita setelah mendapatkan izin dari kau.”Atlanta berdecak pelan. “Siapa yang mau kau lawan, aku atau dia?”Atlanta  menunjuk dirinya dan Valeria secara bergantian. Hal yang jarang terjadi Atlanta memberikan penawaran terhadap orang baru.“Kau.” Pria itu menunjuk Atlanta tanpa malu. Terlihat jelas jika ia sudah tertarik kepada Atlanta melalui pandangan pertama.“Kenapa aku?” tanya Atlanta.“Karena lukamu ta
Read more

CHAPTER 46

Para penonton ikut menyingkir jauh karena pertarungan ini semakin tak terkendali. Bukan lagi rasa semangat yang penonton tunjukkan, tetapi rasa ngeri melihat pertarungan yang sangat tak terkendali itu.Belum menyerah, Ryan berusaha menyerang Atlanta balik. Namun Atlanta tak semudah itu membiarkan Ryan menyerang dirinya lagi. Atlanta terus mendesak Ryan hingga ke sudut.Ryan juga sempat membanting tubuh Atlanta beberapa kali. Tapi Atlanta bisa membalasnya jauh lebih kejam. Bela diri yang Atlanta pelajari bukanlah untuk melindungi diri, namun untuk melumpuhkan lawan.“LIMA, EMPAT, TIGA, DUA!” Valeria mulai menghitung mundur, memberitahu sepuluh menit mereka hampir habis. Atlanta langsung menginjak dan menendang kaki Ryan berkali-kali.Saat Atlanta menendang perutnya secara kasar bertepatan dengan hitungan kesatu, Ryan mengangkat tangan kananya. Ryan bisa merasakan jika tulang keringnya sudah retak sekarang.“SATU!”Suar
Read more

CHAPTER 47

Mendengar suara telepon kantor berbunyi, Zunaira langsung mengangkat panggilan tersebut. Setelah berbicara sebentar, Zunaira memanggil Dylan. “Dylan, anggota SWAT ini ingin bicara denganmu. Ryan Gold,” kata Zunaira. Dylan mengerutkan dahi bingung karena anggota SWAT mau bicara dengannya mengingat Dylan sedang tak menangani kasus yang membutuhkan bantuan para anggota SWAT. “Berikan padaku.” Dylan mengambil alih gagan telepon tersebut sebelum duduk di kursi kerja Zunaira. “Hai Jordan! Sudah lama aku tidak berbicara denganmu,” sambut Ryan dari sebrang sana. Dylan mengiyakan hal tersebut. “Hmm, sudah satu tahun kita tak berbincang. Aku kira kau sudah di telan buaya di sungai A****n. Ada apa? Tumben sekali kau menghubungiku.” Suara renyah Ryan terdengar dari sebrang sana mendengar jokes Dylan yang terdengar datar. “Hahaha, sialan kau. Apa kau senggang? Mari kita bertemu. Ada sesuatu yang ingin aku beritahu padamu. Kabarnya kau
Read more

CHAPTER 48

“X sangat hebat. Kemampuannya setara dengan komandan SWAT-ku. Dia seperti seorang profesional.”“Memangnya apa pekerjaannya? Dia terdengar sangat hebat,” tanya Dylan bingung.“Katanya dia seorang penerjemah, maka dari itu dia menegaskan jangan menghancurkan jari-jarinya selama bertarung kemarin. Tapi bukankah itu tidak masuk akal jika seorang penerjemah bisa sehebat itu?” Ryan benar-benar curiga sekaligus bingung dengan dua orang wanita tak biasa tersebut.“X juga mengendarai sebuah mobil mewah. Sepertinya itu merek Buggati Chirron, aku pernah melihat mobil mewah seperti itu di berita. Mobil mewah yang sangat terbatas dengan harga fantastis. Coba kau pikirkan, bagaimana bisa seorang penerjemah memiliki mobil mewah yang langka itu?” Ryan meminta pendapat Dylan.Masih bersikap santai, Dylan menyahut. “Mungkin dia penerjemah orang-orang elite. Apakah dia seorang mata-mata? Mendengar dari betapa hebatnya d
Read more

CHAPTER 49

Akhir-akhir ini Atlanta lebih sering bekerja di gedung Hilton daripada di apartemennya sendiri. Suasana apartemen tanpa seorang Dylan tidak lah lengkap.Sambil memegang segelas kopi yang baru saja Atlanta buat menggunakan mesin kopi, Atlanta berjalan kembali ke meja kerjanya. Melihat Atlanta lewat, Lay segera menegur Atlanta.“Leona, jangan lupa carikan transaksi terakhir perdana menteri dan berikan kepadaku.” “Aku tahu, aku akan mencarinya tengah malam nanti. Kau lupa jika siang hari semua akses pemerintah jauh lebih aman dikarenakan banyaknya perangkat yang aktif?”Atlanta menghela napas setelah kembali duduk di kursi kerja. Suasana hati Atlanta menjadi lebih baik setelah meneguk kopi buatannya.“Siapa yang membeli kopi ini? aku ingin juga untuk di rumahku,” kata Atlanta.“Aku membeli kopi itu secara online. Di laci masih ada dua kotak lagi, kau bawa saja. Aku akan memesan lagi yang baru,&rdq
Read more

CHAPTER 50

“Lay, kau dimana? Segeralah kembali, pesananmu sudah siap,” kata Atlanta melalui telepon.“Baiklah, tunggu aku sepuluh menit.”Atlanta menaruh ponselnya di atas meja secara kasar. Punggungnya terasa sangat pegal karena telah menghabiskan waktu lama hanya untuk duduk. Atlanta baru menyadari jika tersisa dirinya dan Leonis saja di gedung Hilton.Melirik jam yang terdapat di sudut layar komputer, sudah menunjukkan pukul satu dini  hari.Setelah mematikan komputer, Atlanta membereskan barang-barangnya. Tak lupa Atlanta meletakkan pesanan Lay di atas meja kerja Lay. Atlanta menepuk-nepuk pipi Leonis pelan untuk membangunkannya.“Leonis, bangunlah. Ayo kita pulang.”Atlanta tidak bisa membawa Leonis ke apartemennya karena berpotensi ketahuan Dylan yang katanya hari ini akan pulang. Lebih repot urusannya nanti jika Dylan dan Leonis kembali di pertemukan.“Ayo bangun Leonis.&rdq
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status