Home / Romansa / My Wife is My Suspect / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of My Wife is My Suspect: Chapter 71 - Chapter 80

149 Chapters

CHAPTER 71

Akhirnya Dylan menemukan target yang sudah mabuk dan sedang menari bersama wanita berambut pendek yang Dylan lihat tadi. Wanita itu memunggungi Dylan dan badannya terus bergerak menari dengan lihai. Dari belakang saja Dylan bisa mengetahui dengan jelas jika wanita itu adalah wanita pesta. Dengan berani Dylan menghampiri Atlanta dan Tony yang sedang asik menari. Melihat seorang manusia aneh yang datang menghampiri mereka, Atlanta mulai menyadari adanya keanehan. ‘Tukang paket di kasino? Tony tak sebodoh itu untuk menerima sebuah paket dari tukang kurir antar paket yang berpakaian lusuh,’ batin Atlanta. Atlanta memilih untuk memeluk Tony dan mengambil dompet milik Tony. Dompet tersebut akan menjadi kartu kedua Atlanta jika malam ini Tony gagal mengantarnya ke rumah bordil tersebut. “Maaf Tony, aku tidak ingin bekerja sama dengan orang bodoh. Aku berubah pikiran,” gumam Atlanta. Kedua kaki Dylan berhenti melangkah di hadapan Atlanta dan
Read more

CHAPTER 72

Atlanta berdecak kesal melihat sebuah bangunan dengan penjagaan ketat di depannya saat ini. “Ini semua karena kurir sialan tadi. Kenapa aku harus lari? Bukankah aku bisa menghajarnya? Aku jadi kehilangan Tony gara-gara kurir sialan itu,” gerutu Atlanta. “Percuma aku mengajak Tony, pria itu hanya bisa di manfaatkan.” Atlanta segera turun dari mobil dan masuk ke rumah bordil melalui pintu depan. Dengan bangga Atlanta menunjukkan sebuah kartu identitas milik Tony yang kini berada di tangannya kepada salah satu penjaga tersebut. “Tony memberiku ini sebagai jaminan jika dia memberikanku aksses untuk masuk ke rumah bordil ini,” ujar Atlanta. Ketika penjaga tersebut hendak menghubungi atasannya, Atlanta segera mencegahnya. “Bosmu sedang mabuk di kelab. Aku dan dia sedang berpesta di kasino. Aku harus masuk, aku memiliki urusan pribadi di sini. Aku sudah mendapatkan izin dari Bossmu.” Penajaga tersebut menatap Atlanta ragu sebelum akhirnya mem
Read more

CHAPTER 73

Tak sabar, Atlanta segera merebut chip yang menempel di kuku Mauren dengan cara mencabutnya secara paksa. Terakhir, Atlanta membuka pintu mobil. Menyuruh Mauren segera keluar dari mobilnya karena urusan Atlanta sudah selesai. Cepat-cepat Mauren turun dari mobil karena takut. Darah dari jarinya terus bercucuran. Untungnya tetesan darah itu tidak mengenai mobil Atlanta. Melalui jendela, Atlanta melemparkan satu tas jinjing yang berisi setumpuk uang kepada Mauren. Setelah itu Atlanta segera pergi secepat mungkin dan meninggalkan Mauren di pinggir jalan. Tiba-tiba sebuah sepeda motor memotong jalannya, membuat Atlanta terpaksa menginjak pedal rem supaya tidak terjadi tabrakan. Tidak salah lagi, itu tukang paket yang terus mengejarnya sejak tadi. Sementara Dylan berusaha melihat wajah wanita itu dengan jelas walau cahaya mobil menyorotinya dengan tajam. “Atlanta? Istriku?” Dylan menyipitkan mata, berusaha meyakinkan jika dirinya tak salah lihat.
Read more

CHAPTER 74

Atlanta pura-pura terbangun karena dirinya tak bisa terus menerus pura-pura tidur di hadapan Dylan. “Sayang, kau sudah pulang?” tanya Atlanta. Dylan tersenyum. “Ah, iya. Kejutan?” Dylan menjadi kikuk sendiri. Atlanta mengangkat kedua tangan, memberi kode supaya Dylan memberikannya sebuah pelukan. Dylan menghampiri Atlanta dan memeluknya dengan erat. “Aku merindukanmu,” gumam Atlanta. Dylan mencium kepala Atlanta. “Aku juga merindukanmu.” Atlanta kembali memejamkan mata di dalam pelukan. Dylan terbungkam meski tangannya tak berhenti bergerak mengusap punggung istrinya. “Sayang,” panggil Dylan pelan. “Hmm?” Atlanta membalasnya hanya dengan gumaman. “Apa kau memiliki kembaran?” Dylan tak bisa lagi menahan rasa penasarannya yang sudah memuncak. Atlanta mengerutkan dahi, kemudian menenggakkan kepala. Menatap wajah Dylan. “Kembaran?” tanya balik Atlanta. “Aku kemarin bertemu dengan wanita yang
Read more

CHAPTER 75

“Aku sudah memasang harga. Mari kita tunggu tanggal mainnya,” ujar Atlanta melalui telepon kepada atasannya, Oliver. “Aku selalu puas dengan kinerjamu. Aku akan menambahkan bonus bulan ini,” balas Oliver dari sebrang sana. “Baiklah, aku tunggu bonusku,” jawab Atlanta sebelum menutup panggilan tersebut. Atlanta menghela napas lega saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Ternyata waktu yang ia butuhkan lebih dari dua jam. Sesuai janji, Atlanta segera keluar dari ruang kerja dan menghubungi Dylan. “Hai sayang, kau dimana? Aku sudah selesai bekerja. Maaf, ternyata ini lebih lama dari yang aku perkirakan,” ujar Atlanta begitu panggilan terhubung. Atlanta menuang air dingin ke dalam gelasnya. “Sayang? Dylan?” panggil Atlanta karena Dylan tak kunjung menjawabnya dari sebrang sana. Lalu barulah terdengar suara Dylan dari kejauhan. “Siapa yang meneleponku? Istriku?” Meski samar-s
Read more

CHAPTER 76

Dari kaca jendela Ryan bisa melihat mobil Dylan meninggalkan lahan parkir kafe. Saat kopi yang Ryan sedang sedot mulai habis, saat itu juga Ryan menyadari sesuatu. “Tunggu, aku baru ingat siapa suara perempuan itu.” Ryan menutup mulutnya terkejut ketika berhasil mengingatnya dengan jelas. “X? Apa itu sungguh suara X? Tapi itu terdengar seperti suara X jika mode lembut. Meski X tak pernah berbicara lembut denganku, tapi aku bisa memperkirakan hal itu dengan jelas.” Mata Ryan membulat sempurna. “Tunggu dulu, bagaimana jika X dan istri Dylan adalah orang yang sama? Bukankah ini sebuah plot twist yang besar?” “Tidak. Belum ada bukti yang jelas. Semua ini selama ini hanya sebuah asumsi. Jika hal ini memang benar berurusan dengan istri Dylan, berarti aku tidak bisa bertindak sembarangan.” Ryan mengatur napas. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Ya, aku tidak boleh gegabah. Aku harus tetap tenang selagi belum ada bukti yang jelas. Aku tidak
Read more

CHAPTER 77

“Sayang, jadi bagaimana keputusanmu? Kau mau ikut’kan denganku akhir pekan ini? aku sudah janji jika kita akan datang bersama?” tangan Dylan mengusap paha Atlanta, masih berusaha membujuk. Atlanta kembali menghela napas dan menganggukkan kepala. Tak ada yang bisa Atlanta lakukan selain mengalah dengan Dylan. Bagaimana pun Atlanta harus menjadi seorang istri yang baik, penuh lembut dan perhatian. Itulah seorang Atlanta, bukan Leona. “Mari kita datang,” putus Atlanta pada akhirnya. Dylan bersorak senang karena Atlanta telah menyetujuinya. “Aku akan buang sampah dulu ke bawah.” Atlanta segera berdiri dan membawa kantung plastik untuk ia buang ke basement apartemen. “Taruh saja sayang, biar aku yang membuangnya nanti.” Dylan tidak ingin Atlanta bekerja secara berlebihan. Atlanta tersenyum tipis. “Biar aku saja. Aku harus meregangkan tubuhku dan jalan sebentar setelah duduk lama tadi.” Dylan mengangguk. Membiarkan Atlanta ya
Read more

CHAPTER 78

Dylan dan Atlanta bergandengan tangan begitu turun dari mobil. Sebelum mereka masuk ke dalam mansion megah itu, Atlanta refleks menghentikkan langkah kakinya ketika kaki mereka menginjak anak tangga pertama yang membawa mereka masuk ke dalam mansion tersebut. Padahal ini rumah Atlanta, dimana semua anggota keluarga yang memiliki hubungan darah dengannya tinggal dan berkumpul di bangunan ini. Tapi Atlanta masih merasa asing hingga detik ini. Tentu saja karena Atlanta tak pernah tinggal di bangunan ini. Rumah lama keluarga Adams sudah lenyap di bakar belasan tahun yang lalu. “Ada apa sayang?” Dylan menoleh pada Atlanta. Atlanta tersadar dari lamunannya kemudian menggelengkan kepala. “Tidak. Tidak ada. Ayo kita masuk,” ajaknya. Beruntungnya sosok ‘Leona Veela’ sebagai seorang hackers melegenda tak pernah menunjukkan wajahnya secara publik dan selalu menolak sesi wawancara selama tiga tahun berturut-turut menjadi ratu di dunia CTF.  Maka dari
Read more

CHAPTER 79

“Mana hadiahku?” Leonis tanpa tahu malu menadahkan telapak tangannya pada Atlanta. Menagih bagian yang harus Leonis dapatkan dari bibi kandungnya.Ingat ada Dylan di sampingnya saat ini, Atlanta memaksakan senyuman pada Leonis. “Leonis sayang, bukankah tadi Paman Dylan sudah mengatakan jika hadiah itu dari aku dan Paman Dylan? Di dalamnya terdapat banyak benda lebih dari yang kau bayangkan,” balas Atlanta lembut. Ralat, terpaksa dilembutkan.“Tapi kenapa aku merasa jika kau memiliki hadiah juga untukku?” sahut Leonis angkuh.Atlanta berusaha sekuat mungkin menahan diri untuk tidak menyemprot ponakannya itu dengan kata-kata sinis. Jadi hal yang bisa Atlanta lakukan adalah melayangkan tatapan ‘meminta tolong’ pada suaminya.Dylan hanya tersenyum tanpa dosa. Tak berniat membantu Atlanta yang sedang kesulitan menghadapi seorang anak kecil saat ini.“Kalian berbincanglah. Aku akan mengambil minum di
Read more

CHAPTER 80

Tiba-tiba Leonis melangkahkan kaki ke tengah lantai para hadirin dan berdiri di depan Atlanta dan Dylan.“Maukah kalian bernyanyi bersamaku?” ajaknya.Sontak Atlanta dan Dylan saling bertukar tatapan. Dylan mewakili Atlanta dan menerima ajakan gadis kecil itu.“Tentu saja.”Ketika Dylan hendak melangkahkan kaki menyusul Leonis, Atlanta menarik tangan Dylan dengan cepat.“Bagaimana jika aku mempermalukanmu hari ini?”Dylan tersenyum hangat. “Aku tidak akan mempermasalahkan kau bisa menyanyi atau tidak asal kita bisa menyenangkan Leonis hari ini. Aku tak akan malu karenamu. Ayolah sayang, kita tidak bisa merusak hari bahagia Leonis.”Atlanta menghela napas kemudian dengan pasrah di gandeng Dylan menuju depan dan berdiri di depan para hadirin sekalian.“Kau ingin kami bernyanyi lagu apa sayang? Jika aku mengetahui lagunya, aku yang akan memainkan pianonya,” tanya Dylan le
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status