“Aku sudah memasang harga. Mari kita tunggu tanggal mainnya,” ujar Atlanta melalui telepon kepada atasannya, Oliver.
“Aku selalu puas dengan kinerjamu. Aku akan menambahkan bonus bulan ini,” balas Oliver dari sebrang sana.
“Baiklah, aku tunggu bonusku,” jawab Atlanta sebelum menutup panggilan tersebut.
Atlanta menghela napas lega saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Ternyata waktu yang ia butuhkan lebih dari dua jam.
Sesuai janji, Atlanta segera keluar dari ruang kerja dan menghubungi Dylan.
“Hai sayang, kau dimana? Aku sudah selesai bekerja. Maaf, ternyata ini lebih lama dari yang aku perkirakan,” ujar Atlanta begitu panggilan terhubung.
Atlanta menuang air dingin ke dalam gelasnya.
“Sayang? Dylan?” panggil Atlanta karena Dylan tak kunjung menjawabnya dari sebrang sana.
Lalu barulah terdengar suara Dylan dari kejauhan.
“Siapa yang meneleponku? Istriku?”
Meski samar-s
Dari kaca jendela Ryan bisa melihat mobil Dylan meninggalkan lahan parkir kafe. Saat kopi yang Ryan sedang sedot mulai habis, saat itu juga Ryan menyadari sesuatu. “Tunggu, aku baru ingat siapa suara perempuan itu.” Ryan menutup mulutnya terkejut ketika berhasil mengingatnya dengan jelas. “X? Apa itu sungguh suara X? Tapi itu terdengar seperti suara X jika mode lembut. Meski X tak pernah berbicara lembut denganku, tapi aku bisa memperkirakan hal itu dengan jelas.” Mata Ryan membulat sempurna. “Tunggu dulu, bagaimana jika X dan istri Dylan adalah orang yang sama? Bukankah ini sebuah plot twist yang besar?” “Tidak. Belum ada bukti yang jelas. Semua ini selama ini hanya sebuah asumsi. Jika hal ini memang benar berurusan dengan istri Dylan, berarti aku tidak bisa bertindak sembarangan.” Ryan mengatur napas. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Ya, aku tidak boleh gegabah. Aku harus tetap tenang selagi belum ada bukti yang jelas. Aku tidak
“Sayang, jadi bagaimana keputusanmu? Kau mau ikut’kan denganku akhir pekan ini? aku sudah janji jika kita akan datang bersama?” tangan Dylan mengusap paha Atlanta, masih berusaha membujuk. Atlanta kembali menghela napas dan menganggukkan kepala. Tak ada yang bisa Atlanta lakukan selain mengalah dengan Dylan. Bagaimana pun Atlanta harus menjadi seorang istri yang baik, penuh lembut dan perhatian. Itulah seorang Atlanta, bukan Leona. “Mari kita datang,” putus Atlanta pada akhirnya. Dylan bersorak senang karena Atlanta telah menyetujuinya. “Aku akan buang sampah dulu ke bawah.” Atlanta segera berdiri dan membawa kantung plastik untuk ia buang ke basement apartemen. “Taruh saja sayang, biar aku yang membuangnya nanti.” Dylan tidak ingin Atlanta bekerja secara berlebihan. Atlanta tersenyum tipis. “Biar aku saja. Aku harus meregangkan tubuhku dan jalan sebentar setelah duduk lama tadi.” Dylan mengangguk. Membiarkan Atlanta ya
Dylan dan Atlanta bergandengan tangan begitu turun dari mobil. Sebelum mereka masuk ke dalam mansion megah itu, Atlanta refleks menghentikkan langkah kakinya ketika kaki mereka menginjak anak tangga pertama yang membawa mereka masuk ke dalam mansion tersebut. Padahal ini rumah Atlanta, dimana semua anggota keluarga yang memiliki hubungan darah dengannya tinggal dan berkumpul di bangunan ini. Tapi Atlanta masih merasa asing hingga detik ini. Tentu saja karena Atlanta tak pernah tinggal di bangunan ini. Rumah lama keluarga Adams sudah lenyap di bakar belasan tahun yang lalu. “Ada apa sayang?” Dylan menoleh pada Atlanta. Atlanta tersadar dari lamunannya kemudian menggelengkan kepala. “Tidak. Tidak ada. Ayo kita masuk,” ajaknya. Beruntungnya sosok ‘Leona Veela’ sebagai seorang hackers melegenda tak pernah menunjukkan wajahnya secara publik dan selalu menolak sesi wawancara selama tiga tahun berturut-turut menjadi ratu di dunia CTF. Maka dari
“Mana hadiahku?” Leonis tanpa tahu malu menadahkan telapak tangannya pada Atlanta. Menagih bagian yang harus Leonis dapatkan dari bibi kandungnya.Ingat ada Dylan di sampingnya saat ini, Atlanta memaksakan senyuman pada Leonis. “Leonis sayang, bukankah tadi Paman Dylan sudah mengatakan jika hadiah itu dari aku dan Paman Dylan? Di dalamnya terdapat banyak benda lebih dari yang kau bayangkan,” balas Atlanta lembut. Ralat, terpaksa dilembutkan.“Tapi kenapa aku merasa jika kau memiliki hadiah juga untukku?” sahut Leonis angkuh.Atlanta berusaha sekuat mungkin menahan diri untuk tidak menyemprot ponakannya itu dengan kata-kata sinis. Jadi hal yang bisa Atlanta lakukan adalah melayangkan tatapan ‘meminta tolong’ pada suaminya.Dylan hanya tersenyum tanpa dosa. Tak berniat membantu Atlanta yang sedang kesulitan menghadapi seorang anak kecil saat ini.“Kalian berbincanglah. Aku akan mengambil minum di
Tiba-tiba Leonis melangkahkan kaki ke tengah lantai para hadirin dan berdiri di depan Atlanta dan Dylan.“Maukah kalian bernyanyi bersamaku?” ajaknya.Sontak Atlanta dan Dylan saling bertukar tatapan. Dylan mewakili Atlanta dan menerima ajakan gadis kecil itu.“Tentu saja.”Ketika Dylan hendak melangkahkan kaki menyusul Leonis, Atlanta menarik tangan Dylan dengan cepat.“Bagaimana jika aku mempermalukanmu hari ini?”Dylan tersenyum hangat. “Aku tidak akan mempermasalahkan kau bisa menyanyi atau tidak asal kita bisa menyenangkan Leonis hari ini. Aku tak akan malu karenamu. Ayolah sayang, kita tidak bisa merusak hari bahagia Leonis.”Atlanta menghela napas kemudian dengan pasrah di gandeng Dylan menuju depan dan berdiri di depan para hadirin sekalian.“Kau ingin kami bernyanyi lagu apa sayang? Jika aku mengetahui lagunya, aku yang akan memainkan pianonya,” tanya Dylan le
Leondra datang menghampiri Atlanta. “Bukankah aku sudah bilang jika kau lebih cocok menjadi artis?” Atlanta berdecih sinis dan menunjukkan telapak tangannya pada Leondra. “Aku tidak haus pusat perhatian seperti dirimu. Tangan dewiku ini terlalu sayang untuk di sia-siakan.” “Temanilah anakmu. Dia terlihat kesepian. Kenapa Dylan terlihat lebih cocok menjadi Ayah Leonis daripada dirimu?” sarkas Atlanta. Menegur dengan cara yang berbeda jika Leondra kurang lihai menjadi seorang ayah. “Jika kau merasa begitu, kenapa kau tidak membiarkan Dylan menjadi seorang Ayah saja? Sorot mata Dylan setiap kali melihat Leonis sama sepertiku ketika melihat anak kecil di jalan dan menantikan kehadiran Leonis waktu itu. Dylan tidak bisa membohongi sorot matanya.” Atlanta tersenyum miring. “Lebih baik kau yang hamil,” balasnya sebelum minum soda. Leondra berdecak pelan. “Kau memang belum siap menjadi ibu,” cibirnya. Atlanta mengangguk. Membenarkan hal itu se
Tiba-tiba Leonis memberikan kecupan manis di pipi Atlanta dan Dylan secara bergantian. Sepasang pasutri itu terkejut dengan apa yang Leonis berikan. Tak menyangka jika Leonis akan melakukannya di hadapan publik. Jika ini area privasi, mungkin saat ini Atlanta sudah memarahi Leonis karena sudah menciumnya. Tapi berada di area publik seperti ini Atlanta dibuat terbungkam. Tak bisa memarahi bocah kecil yang cantik itu. “Leonis, kau—” Atlanta berusaha menahan diri. Sementara tersangka kecil itu menyengir tak berdosa dan berlari kecil kembali ke pelukan ayahnya di atas panggung kecil itu. “Kenapa dia mencium kita?” tanya Atlanta kepada Dylan. Bersikap pura-pura bodoh di hadapan suaminya. Dylan tersenyum senang dan merangkul Atlanta dengan sayang. “Kau tidak lihat sorot mata Leonis jika dia sangat menyukai kita? Berbaik hatilah sayang, Leonis pasti menginginkan seorang Ibu.” Atlanta mengernyitkan dahi. “Maksudmu, kau ingin aku berselingkuh d
“Leonis tadi sangat menggemaskan.” Dylan memecah keheningan. Atlanta tidak menjawab. Dylan menggunakan tangannya sebagai bantalan kepala lalu menoleh ke samping, menatap istrinya sendiri. “Ini aneh. Jika di pikir-pikir lagi hubungan kita dan Leonis hanyalah orang asing. Kenapa Leonis memperlakukan kita dengan spesial? Aku juga merasakan jika kita dan Leonis adalah orang yang sudah lama saling mengenal meski faktanya bukan begitu. Sesuatu seperti ikatan batin.” Atlanta masih diam, sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk di berikan kepada Dylan. “Takdir? Mungkin? Bukankah sekarang banyak jika yang tak memiliki hubungan darah justru lebih dekat daripada yang memiliki hubungan darah?” sahut Atlanta. Dylan bergumam panjang memikirkan jawaban Atlanta. “Kau benar juga.” *** Atlanta tidak memiliki kegiatan lain selain memakan sereal sembari menikmati acara talk show di TV jika ada Dylan di rumah. Atlanta juga tidak bisa beke
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta