Dylan mendesah pelan karena hari ini ia harus menyamar menjadi seorang paket. Dylan menatap Zunaira dan Orion malas.
“Sungguh aku harus berpenampilan seperti ini di Las Vegas? Kota penuh hura-hura?” tanya Dylan, memastikan sekali lagi.
Zunaira dan Orion kompak mengacungkan jari jempol kepada Dylan.
“Kau tetap tampan,” puji Zunaira, supaya Dylan berhenti berkecil hati.
“Kau tukang paket tertampan seantero Las Vegas,” tambah Orion.
Dylan berdecih sinis mendengar pujian omong kosong yang di lontarkan untuknya. Tentu saja Dylan tak percaya dengan pujian palsu itu. Dylan bukan lagi anak kecil yang mudah di bujuk.
Walau ini bukan pertama kalinya Dylan menyamar sebagai seorang tukang antar paket, tapi ini adalah pertama kalinya Dylan menyamar seperti ini di sebuah kota dosa yang mewah, Las Vegas.
“Kau tidak berharap menyamar menjadi seorang bartender atau pembisnis bukan?” imbuh Orion.
D
Akhirnya Dylan menemukan target yang sudah mabuk dan sedang menari bersama wanita berambut pendek yang Dylan lihat tadi. Wanita itu memunggungi Dylan dan badannya terus bergerak menari dengan lihai. Dari belakang saja Dylan bisa mengetahui dengan jelas jika wanita itu adalah wanita pesta. Dengan berani Dylan menghampiri Atlanta dan Tony yang sedang asik menari. Melihat seorang manusia aneh yang datang menghampiri mereka, Atlanta mulai menyadari adanya keanehan. ‘Tukang paket di kasino? Tony tak sebodoh itu untuk menerima sebuah paket dari tukang kurir antar paket yang berpakaian lusuh,’ batin Atlanta. Atlanta memilih untuk memeluk Tony dan mengambil dompet milik Tony. Dompet tersebut akan menjadi kartu kedua Atlanta jika malam ini Tony gagal mengantarnya ke rumah bordil tersebut. “Maaf Tony, aku tidak ingin bekerja sama dengan orang bodoh. Aku berubah pikiran,” gumam Atlanta. Kedua kaki Dylan berhenti melangkah di hadapan Atlanta dan
Atlanta berdecak kesal melihat sebuah bangunan dengan penjagaan ketat di depannya saat ini. “Ini semua karena kurir sialan tadi. Kenapa aku harus lari? Bukankah aku bisa menghajarnya? Aku jadi kehilangan Tony gara-gara kurir sialan itu,” gerutu Atlanta. “Percuma aku mengajak Tony, pria itu hanya bisa di manfaatkan.” Atlanta segera turun dari mobil dan masuk ke rumah bordil melalui pintu depan. Dengan bangga Atlanta menunjukkan sebuah kartu identitas milik Tony yang kini berada di tangannya kepada salah satu penjaga tersebut. “Tony memberiku ini sebagai jaminan jika dia memberikanku aksses untuk masuk ke rumah bordil ini,” ujar Atlanta. Ketika penjaga tersebut hendak menghubungi atasannya, Atlanta segera mencegahnya. “Bosmu sedang mabuk di kelab. Aku dan dia sedang berpesta di kasino. Aku harus masuk, aku memiliki urusan pribadi di sini. Aku sudah mendapatkan izin dari Bossmu.” Penajaga tersebut menatap Atlanta ragu sebelum akhirnya mem
Tak sabar, Atlanta segera merebut chip yang menempel di kuku Mauren dengan cara mencabutnya secara paksa. Terakhir, Atlanta membuka pintu mobil. Menyuruh Mauren segera keluar dari mobilnya karena urusan Atlanta sudah selesai. Cepat-cepat Mauren turun dari mobil karena takut. Darah dari jarinya terus bercucuran. Untungnya tetesan darah itu tidak mengenai mobil Atlanta. Melalui jendela, Atlanta melemparkan satu tas jinjing yang berisi setumpuk uang kepada Mauren. Setelah itu Atlanta segera pergi secepat mungkin dan meninggalkan Mauren di pinggir jalan. Tiba-tiba sebuah sepeda motor memotong jalannya, membuat Atlanta terpaksa menginjak pedal rem supaya tidak terjadi tabrakan. Tidak salah lagi, itu tukang paket yang terus mengejarnya sejak tadi. Sementara Dylan berusaha melihat wajah wanita itu dengan jelas walau cahaya mobil menyorotinya dengan tajam. “Atlanta? Istriku?” Dylan menyipitkan mata, berusaha meyakinkan jika dirinya tak salah lihat.
Atlanta pura-pura terbangun karena dirinya tak bisa terus menerus pura-pura tidur di hadapan Dylan. “Sayang, kau sudah pulang?” tanya Atlanta. Dylan tersenyum. “Ah, iya. Kejutan?” Dylan menjadi kikuk sendiri. Atlanta mengangkat kedua tangan, memberi kode supaya Dylan memberikannya sebuah pelukan. Dylan menghampiri Atlanta dan memeluknya dengan erat. “Aku merindukanmu,” gumam Atlanta. Dylan mencium kepala Atlanta. “Aku juga merindukanmu.” Atlanta kembali memejamkan mata di dalam pelukan. Dylan terbungkam meski tangannya tak berhenti bergerak mengusap punggung istrinya. “Sayang,” panggil Dylan pelan. “Hmm?” Atlanta membalasnya hanya dengan gumaman. “Apa kau memiliki kembaran?” Dylan tak bisa lagi menahan rasa penasarannya yang sudah memuncak. Atlanta mengerutkan dahi, kemudian menenggakkan kepala. Menatap wajah Dylan. “Kembaran?” tanya balik Atlanta. “Aku kemarin bertemu dengan wanita yang
“Aku sudah memasang harga. Mari kita tunggu tanggal mainnya,” ujar Atlanta melalui telepon kepada atasannya, Oliver. “Aku selalu puas dengan kinerjamu. Aku akan menambahkan bonus bulan ini,” balas Oliver dari sebrang sana. “Baiklah, aku tunggu bonusku,” jawab Atlanta sebelum menutup panggilan tersebut. Atlanta menghela napas lega saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Ternyata waktu yang ia butuhkan lebih dari dua jam. Sesuai janji, Atlanta segera keluar dari ruang kerja dan menghubungi Dylan. “Hai sayang, kau dimana? Aku sudah selesai bekerja. Maaf, ternyata ini lebih lama dari yang aku perkirakan,” ujar Atlanta begitu panggilan terhubung. Atlanta menuang air dingin ke dalam gelasnya. “Sayang? Dylan?” panggil Atlanta karena Dylan tak kunjung menjawabnya dari sebrang sana. Lalu barulah terdengar suara Dylan dari kejauhan. “Siapa yang meneleponku? Istriku?” Meski samar-s
Dari kaca jendela Ryan bisa melihat mobil Dylan meninggalkan lahan parkir kafe. Saat kopi yang Ryan sedang sedot mulai habis, saat itu juga Ryan menyadari sesuatu. “Tunggu, aku baru ingat siapa suara perempuan itu.” Ryan menutup mulutnya terkejut ketika berhasil mengingatnya dengan jelas. “X? Apa itu sungguh suara X? Tapi itu terdengar seperti suara X jika mode lembut. Meski X tak pernah berbicara lembut denganku, tapi aku bisa memperkirakan hal itu dengan jelas.” Mata Ryan membulat sempurna. “Tunggu dulu, bagaimana jika X dan istri Dylan adalah orang yang sama? Bukankah ini sebuah plot twist yang besar?” “Tidak. Belum ada bukti yang jelas. Semua ini selama ini hanya sebuah asumsi. Jika hal ini memang benar berurusan dengan istri Dylan, berarti aku tidak bisa bertindak sembarangan.” Ryan mengatur napas. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Ya, aku tidak boleh gegabah. Aku harus tetap tenang selagi belum ada bukti yang jelas. Aku tidak
“Sayang, jadi bagaimana keputusanmu? Kau mau ikut’kan denganku akhir pekan ini? aku sudah janji jika kita akan datang bersama?” tangan Dylan mengusap paha Atlanta, masih berusaha membujuk. Atlanta kembali menghela napas dan menganggukkan kepala. Tak ada yang bisa Atlanta lakukan selain mengalah dengan Dylan. Bagaimana pun Atlanta harus menjadi seorang istri yang baik, penuh lembut dan perhatian. Itulah seorang Atlanta, bukan Leona. “Mari kita datang,” putus Atlanta pada akhirnya. Dylan bersorak senang karena Atlanta telah menyetujuinya. “Aku akan buang sampah dulu ke bawah.” Atlanta segera berdiri dan membawa kantung plastik untuk ia buang ke basement apartemen. “Taruh saja sayang, biar aku yang membuangnya nanti.” Dylan tidak ingin Atlanta bekerja secara berlebihan. Atlanta tersenyum tipis. “Biar aku saja. Aku harus meregangkan tubuhku dan jalan sebentar setelah duduk lama tadi.” Dylan mengangguk. Membiarkan Atlanta ya
Dylan dan Atlanta bergandengan tangan begitu turun dari mobil. Sebelum mereka masuk ke dalam mansion megah itu, Atlanta refleks menghentikkan langkah kakinya ketika kaki mereka menginjak anak tangga pertama yang membawa mereka masuk ke dalam mansion tersebut. Padahal ini rumah Atlanta, dimana semua anggota keluarga yang memiliki hubungan darah dengannya tinggal dan berkumpul di bangunan ini. Tapi Atlanta masih merasa asing hingga detik ini. Tentu saja karena Atlanta tak pernah tinggal di bangunan ini. Rumah lama keluarga Adams sudah lenyap di bakar belasan tahun yang lalu. “Ada apa sayang?” Dylan menoleh pada Atlanta. Atlanta tersadar dari lamunannya kemudian menggelengkan kepala. “Tidak. Tidak ada. Ayo kita masuk,” ajaknya. Beruntungnya sosok ‘Leona Veela’ sebagai seorang hackers melegenda tak pernah menunjukkan wajahnya secara publik dan selalu menolak sesi wawancara selama tiga tahun berturut-turut menjadi ratu di dunia CTF. Maka dari
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta