Home / Fantasi / Penguasa Benua Timur / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 121 - Chapter 130

794 Chapters

120 - Ganggang Merah Purba

“Istriku, maaf aku sepertinya sedikit terlambat!” ucap Mao Mingzao seraya menghampiri Jenderal Fu Lian yang tengah terhempas menghantam ke tiang kapal. “Kebetulan sekali kalian berdua berkumpul! Dengan begini dendam Bi Xiaolin akan terbalaskan dengan lunas!” celetuk Xu Xiaofei menahan napas. Pria sepuh itu pun kembali menggeser-geser kakinya, menciptakan beberapa bentuk ukiran yang berasap di atas lantai dek kapal. Ukiran-ukiran kakinya kali itu dibuat dengan penekanan yang lebih kuat dari yang pertama. Tentu saja, sebab pertarungan pasti akan lebih mengerikan dengan datangnya Mao Mingzao yang level kekuatannya berada di atas Kaili. Di tambah juga dengan kekuatan Jenderal Fu Lian, bisa dipastikan Xu Xiaofei akan tewas seketika andai ia lengah sebentar saja. Sementara itu di dalam kapal Louchuan, musuh yang dihadapi oleh Patriark Yuan Kai adalah Fang Enlai, tangan kanan dari Jenderal Fu Lian. Meski bukan berasal dari keluarga istana, Fang Enlai memiliki kekuatan yang tak bisa diremeh
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

121 - Sekaratnya Kapal Louchuan

Bunyi kemeretak memekakkan telinga muncul seiring dengan bergetarnya kapal Louchuan selama beberapa waktu belakangan. Bunyi tersebut menjadi pertanda buruk sebab itu merupakan gejala-gejala kerusakan parah dari kapal tersebut yang diakibatkan dari beberapa pertempuran yang terjadi baik di geladak kapal maupun di dalam kapal Louchuan. “Kurang ajar! Kukira, setelah aku berlatih keras selama seratus tahun terakhir, mengalahkan mereka adalah persoalan mudah! Aku keliru, siapa sebenernya mereka-mereka ini?! Aku meragukan status kemanusiaan mereka!” gerutu Xu Xiaofei dalam hati. Tongkat kepala elangnya bahkan kini telah mengalami beberapa keretakan setelah beradu kekuatan dengan gada dan pedang milik musuh. “Istriku, jika kita tak segera menghabisi Si Tua Bangka ini, bisa saja nyawa kita yang akan melayang karenanya! Tak kusangka ras manusia bisa mencapai titik sekuat itu! Ini gawat!” gumam Mao Mingzao pada istrinya. Itu adalah untuk pertama kalinya Mao Mingzao merasa kewalahan ketika bert
last updateLast Updated : 2021-07-06
Read more

122 - Pengorbanan Sang Legenda

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Empat detik. Waktu seolah berjalan sangat lamban ketika Zhou Fu menyadari bahwa kesadaran Zhao Yunlei telah benar-benar hilang. Gadis itu telah mencapai ambang batas ketahanan fisiknya ketika ditempa dengan tekanan bawah laut yang kian berat di kedalaman lebih dari 100 kaki. “Sialan! Prosesnya sebentar lagi baru akan selesai! Tetapi jika aku menunggu lebih lama lagi, Nona Zhao tak akan selamat kali ini!” gerutu Zhou Fu dalam hati. Ia akhirnya memutuskan untuk membuka mata, mengakhiri meditasi panjangnya yang hampir di titik final. Tak ada pilihan lain, ia harus bangun dan menolong Zhao Yunlei. “Pertama-tama, aku harus menghancurkan rantai-rantai besi di kaki dan tanganku ini!” gumam Zhou Fu dalam hati. Tangan-tangan dan kakinya lantas mengeluarkan cahaya keemasan, dalam hitungan detik, ia telah mampu mematahkan rantai besi khusus yang mengikat tangan dan kakinya. Setelah tubuhnya bebas, tangannya bergerak gesit untuk membelokkan jeruji besi yang me
last updateLast Updated : 2021-07-06
Read more

123 - Serangan di dalam Air

Lesatan lemparan Xu Xiaofei pada bangkai kapal yang ditempati Zhao Yunlei dan Zhou Fu membuat mereka berdua terlempar sejauh lima mil dari pertarungan besar di tengah Laut Len Hai itu. Dengan jarak tersebut, Xu Xiaofei berharap Zhou Fu segera membawa lari cucunya dan menyelamatkan satu-satunya garis keturunan yang ia miliki itu. “Menjauhlah kalian, Anak-anak kecil! Belum waktunya kalian terlibat dalam pertarungan seperti ini!” itu adalah pesan terakhir yang sempat didengar Zhou Fu dari Xu Xiaofei. Di tempatnya berada saat ini, Zhou Fu hanya seperti setitik debu yang mengapung di tengah lautan lepas. Bersama dengan tubuh Zhao Yunlei yang terbaring lemah, anak muda itu memejamkan matanya beberapa saat. Sebelah hatinya ingin turut terlibat dalam pertempuran. Sebelah hatinya lagi menghalangi sebab ada Zhao Yunlei yang harus ia selamatkan. “Andai ada pulau di dekat sini!” gumam Zhou Fu pasrah. Semua yang ia lihat adalah air, air, dan air laut. “Uhuk….!” Zhao Yunlei terbatuk di lemah. Z
last updateLast Updated : 2021-07-07
Read more

124 - Kematian yang Datang Tiba-Tiba

“Sialan! Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?! Bukankah senior Xu Xiaofei telah memintamu untuk pergi jauh?” bukannya berterima kasih, Patriark Yuan Kai justru terlihat marah ketika Zhou Fu datang menyelamatkannya. “Simpan omelanmu untuk nanti, Paman! Naiklah ke punggungku ini, aku bisa merasakan kekuatan di kaki paman telah menghilang!” jawab Zhou Fu seraya menyeret lengan Patriark Yuan Kai untuk diarahkan ke punggungnya, dengan begitu Zhou Fu bisa membawanya ke permukaan dan mencari tempat aman sementara. Selagi Jenderal Fu Lian terhempas masuk ke kedalaman laut akibat dari pukulan yang dilayangkan Zhou Fu padanya. “Hhhh…. Hhhh…. Hhhh….” Patriark Yuan Kai terengah-engah ketika Zhou Fu telah menaikkannya ke permukaan. Zhou Fu mencari bangkai kapal yang masih cukup luas untuk bisa mengistirahatkan tubuh Patriark Yuan Kai. “Tubuh Paman butuh istirahat. Aku akan mengurus Jenderal Fu Lian. Dia juga telah mengalami luka-luka berat, pasti ketahanan tubuhnya telah banyak berkurang.” Guma
last updateLast Updated : 2021-07-07
Read more

125 - Keputusan Zhou Fu

“Mengapa orang-orang ini justru mengumpat setelah ditolong?! Ah, apakah pertempuran yang melelahkan ini membuat otak kalian bergeser?” Zhou Fu menggerutu kesal setelah mendengar umpatan yang diberikan Xu Xiaofei padanya. “Jawab pertanyaanku, Bajingan Tengik! Di mana cucu perempuanku?!” Xu Xiaofei mengulang pertanyaannya, kali ini dengan nada yang lebih kasar. “Cucu kakek berada di tempat yang aman, meski tak begitu nyaman. Dia memintaku untuk menyelamatkan nyawa kakeknya, jadi tolong simpan umpatan-umpatan kakek untuk nanti. Masih ada satu musuh yang perlu kita habisi!” “Bajingan Tengik, sombong sekali bocah ingusan ini! Kau pikir siapa Mao Mingzao? Aku bisa saja menghabisimu dengan satu jari kelingking, tapi lihat tubuhku! Mao Mingzao bahkan telah membuatku hampir kehilangan nyawa!” Zhou Fu tak menjawab omelan Xu Xiaofei yang terakhir. Ia bergegas menuju ke tempat Patriark Yuan Kai berada sebab ia kembali ingat jika pria itu juga tengah berada cukup dekat dengan musuh yaitu Jender
last updateLast Updated : 2021-07-08
Read more

126 - Malam Hari di Perairan Leng Hai

“Bagaimana ini? Desakannya semakin kuat!!!” Zhou Fu dan Patriark Yuan Kai mendengar sayup-sayup dari teriakan puluhan orang sekaligus. Hari itu kabut di perairan Leng Hai masih cukup tebal dan semakin tebal karena hari telah beranjak malam. Mereka berdua menajamkan penglihatan untuk memastikan dari mana suara pekikan itu berasal. “Luar biasa! Mereka semua bersatu untuk melindungi senior Xu Xiaofei!” Patriark Yuan Kai menggeleng-gelengkan kepalanya takjub, ketika melihat puluhan kapal dari prajurit Lengdao telah memblokir Mao Mingzao. Mereka semua membuat satu formasi bersama-sama, menciptakan dinding pembatas tak kasat mata guna menghalangi Mao Mingzao yang akan menghabisi Xu Xiaofei. “Ketua Xu, pergilah secepatnya! Kami masih bisa menahannya beberapa saat lagi! Senior Xu harus segera pergi!” teriak Jenderal Wei Tan kepada Xu Xiaofei yang berada di salah satu kapal. “Aku tak mungkin meninggalkan kalian dalam keadaan seperti ini!” jawab Xu Xiaofei bersikukuh. “Ketua Xu, tolong jang
last updateLast Updated : 2021-07-08
Read more

Salam dari author

Halo... Jika berkenan, harap follow instagrm author di @banin.sn ya untuk mendapatkan info-info terupdate dari author tentang novel ini atau karya-karya author yang sejenis ini. Terima kasih sebelumnya.   Maaf, pesannya diulang, untuk memenuhi syarat jumlah kata pengumuman ini.     Halo... Jika berkenan, harap follow instagrm author di @banin.sn ya untuk mendapatkan info-info terupdate dari author tentang novel ini atau karya-karya author yang sejenis ini. Terima kasih sebelumnya.   Maaf, pesannya diulang, untuk memenuhi syarat jumlah kata pengumuman ini.     Halo... Jika berkenan, harap follow instagrm author di @banin.sn ya untuk mendapatkan info-info terupdate dari author tentang novel ini atau karya-karya author yang sejenis ini. Terima kasih sebelumnya.   Maaf, pesannya diulang, untuk memenuhi syarat jumlah kata pengumuman ini.  
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

127 - Pesan dari Elang Putih

Entah karena lokasi pertarungan yang bergeser cukup jauh, atau memang Zhou Fu yang lupa arah, ia tak bisa menunjuk ke sisi mana Zhao Yunlei berada. Keadaan Xu Xiaofei dan dirinya juga tak memungkinkan untuk melakukan pencarian jalur udara. Terutama Zhou Fu, ia menggigil cukup parah setelah pertarungannya dengan Mao Mingzao berakhir. “Bawa masuk mereka bertiga ke dalam kapal, beri perawatan dan pengobatan!” Jenderal Wei Tan memberi perintah kepada pasukannya untuk merawat Xu Xiaofei, Patriark Yuan Kai dan Zhou Fu. “Kami akan menyisir perairan Leng Hai dan segera menemukan Nona Zhao! Ketua Xu dan Tuan-Tuan semua harus istirahat dulu!” ucap Jenderal Wei Tan lagi kepada tiga tamunya. Xu Xiaofei hendak memberontak, ia ingin mencari Zhao Yunlei menggunakan kekuatannya yang bisa melesat di atas air, tetapi ternyata tubuhnya memang menolak. Hal yang sama juga terjadi pada Zhou Fu, sepertinya tubuh remaja itu baru merespon hawa dingin yang tak wajar dari perairan Leng Hai. Ia juga tumbang me
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

128 - Eksekusi Upacara Besar

Beberapa hari sebelum pertempuran di Perairan Leng Hai berakhir, Xu Xiaofei telah berjanji pada aliansi baru untuk saling membuat pertemuan di Maundo. Pertemuan tersebut sebenarnya digagas oleh Xu Xiaofei untuk membahas perang yang akan mereka lakukan melawan Pemerintah Caihong. Sayangnya, rencana awal Xu Xiaofei meleset, ia tak memenuhi janjinya dan sebuah petaka terjadi di Maundo. “Apakah aku bisa meminjam satu kapal perang kalian beserta awak kapalnya?” tanya Patriark Yuan Kai setelah beberapa saat hanya diam meresapi pesan dari Elang Putih. “Jangan gegabah, Pendekar Yuan! Bukankah Teluk Yin Mimi merupakan markas besar militer Caihong? Saya bisa meminta bala bantuan dari negeri Bingdao jika perang memang harus dilakukan!” respon Jenderal Wei Tan atas permintaan Patriark Yuan Kai yang tak masuk akal. “Ini gawat! Salah satu dari nama-nama di daftar tersebut, merupakan seseorang yang memegang kunci penting penemuan Shufashen!” geram Patriark Yuan Kai seraya menyebutkan satu nama yai
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
80
DMCA.com Protection Status