Home / Fantasi / Penguasa Benua Timur / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Penguasa Benua Timur: Chapter 111 - Chapter 120

794 Chapters

110 – Akhir Pertarungan?

“Ha ha ha! Leluconmu benar-benar menggemaskan, Bocah-bocah tak tahu diri!” tawa Kaili meledak di udara. Terdengar sedikit janggal sebab suaranya menunjukkan bahwa Kaili setidaknya ada di kisaran usia tiga puluh atau empat puluh tahun. Tetapi, Kaili bahkan menyebut para pendekar senior yang berusia enam puluhan tahun dengan sebutan ‘bocah’.“Ayo, kalian bisa maju satu per satu atau bahkan main keroyok. Bagiku itu sama saja!”Ketika Li Han hampir maju seorang diri, Dong Hengli berseru memberi peringatan. “Pendekar Li, Kaili yang saat ini memiliki kekuatan yang entah berapa kali lipat dari terakhir kita bertemu dengannya! Ada baiknya kalian menyerang bersama-sama!”Li Han menoleh ke belakang, seolah ia ingin mendengar penjelasan lanjutan dari Dong Hengli. Liu Danzo, Liu Zimin dan Patriark Yuan Kai juga seperti menantikan penjelasan lebih dari senior Sindikat Xiaoxi tersebut.“Lihat lenganku ini, Kaili mem
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more

111 - Akhir Pertarungan Bagian II

Kaili melompat ke udara, dengan mata terpejam, ia membuat sebuah gerakan dari suatu jurus yang belum pernah dikenal oleh para pendekar aliansi. “Jangan beri dia kesempatan menyerang! Ayo!” Liu Danzo melesat naik ke udara, disusul juga oleh tiga pendekar lainnya. Tetapi, tepat ketika empat pendekar itu hendak memberi serangan pada Kaili, sebuah gelombang kejut dengan kekuatan yang luar bisa seperti meledak dan membuat tubuh empat pendekar itu terdorong cukup kuat. “AAAARRRGGGHHH!!!!” Empat pendekar itu merasa tubuhnya seperti dihantam kekuatan tak kasat mata, membuat mereka kehilangan keseimbangan dan saling terpental ke arah yang berlainan. Kaili tertawa terbahak-bahak melihat musuh-musuhnya terpental dan menghantam ke tanah. Tak tanggung-tanggung, ke empat pendekar aliansi nyatanya terpisah jarak yang cukup jauh satu sama lain! “Itu baru pemanasan! Baiklah, tak perlu berlama-lama lagi, siapa di antara kalian yang ingin mati duluan?!” Kaili menyeringai, kepercayaan dirinya berada
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more

112 - Lukisan Kulit Lembu

“Dia ingin meledakkan dirinya bersama Kaili!” pekik Li Han tak percaya. Ia tak menyangka jika Dong Hengli akan membuat keputusan seperti itu. “Sial! Lepaskan dirimu dariku!” Kaili mencoba menggerakkan tubuhnya, berusaha untuk melepaskan diri dari Dong Hengli yang juga membawa pusaka yang hendak meledak. Kaili tak yakin apakah ia akan selamat jika jurus pamungkas yang barusan ia keluarkan, akan mengenai tubuhnya sendiri. Apa lagi, dada dan punggungnya telah dipenuhi dengan lubang-lubang bekas tancapan pedang. “Tunggu apa lagi, aku tak bisa menahannya terlalu lama! Cepat lemparkan kami ke langit!” Dong Hengli berteriak dengan nyaring dan sedikit putus asa. “Tak ada pilihan lain! Pendekar Dong sudah membuat keputusan. Itu artinya, dia telah memikirkan konsekuensinya, semuanya, ayo kumpulkan kekuatan bersama!” Liu Danzo mencoba memimpin pasukan aliansi. Keputusan terburuk pun diambil. Tak ada kesempatan hidup atas tindakan yang diambil Dong Hengli. Pria itu seperti telah memilih jalan
last updateLast Updated : 2021-06-26
Read more

113 - Rahasia Lukisan Kulit Lembu

“Sial! Topeng ini sangat panas!” pekik Li Han sembari menarik tangannya dan mengibas-kibaskan telapak tangannya ke udara. Ia tak menyangka jika topeng itu bahkan lebih panas dari pada bara api. Tapi anehnya, bahkan tak tercium aroma terbakar dari kulit wajah Kaili. Dalam kesempatan berikutnya, Li Han melapisi tangannya dengan aliran tenaga dalam. Membuat permukaan tangannya akan terlindungi ketika ia melepas topeng emas yang selalu melekat di wajah Kaili, dan juga semua Keluarga Istana yang lain. Satu helaan napas. Dua helaan napas. Tiga helaan napas. Empat pendekar itu menanti dengan perasaan yang seragam. Penasaran, bagaimana rupa di balik topeng emas itu. “Menurutmu, apakah wajahnya akan sama dengan lukisan ini?” Liu Danzo menentengkan lukisan kulit lembu pada Liu Zimin dan Patriark Yuan Kai. Dalam lukisan kulit lembu itu, tergambar sesosok wajah pendekar muda yang dimbuhi dengan keterangan “Pendekar Kaili dari Istana Caihong”. “Mana kutahu, Kakak. Kita lihat saja sebentar lagi
last updateLast Updated : 2021-06-26
Read more

114 - Peluang untuk Menang

“Apa?! Bagaimana bisa begitu?!” Patriark Yuan Kai mulai menyusul keterkejutan tiga pendekar lainnya. Dengan kekuatan tinggi, seorang pendekar memang mampu mencapai batas usia di atas seratus tahun, tetapi, menua dengan tetap menjadi muda adalah hal lain. Tubuh Kaili bahkan masih seperti seorang pemuda kemarin sore. “Pertama-tama, untuk memperjelas usia Kaili, salah satu dari kita harus mengirim jasad ini ke negeri Shamo. Tepatnya ke Markas Yianju. Mereka memiliki teknik untuk menganalisa usia benda-benda mati termasuk jasad manusia. Sayangnya, sindikat Xiaoxi memiliki hubungan yang tak baik dengan Markas Yianju, sebaiknya kalian memikirkan cara untuk membawa jasad ini ke sana!” tutur Li Han pada rekan-rekan satu aliansinya. “Lalu, bagaimana jika terbukti bahwa Kaili memang berusia ratusan tahun? Bagaimana dia bisa tetap semuda ini? Apa penjelasan yang masuk akal tentang hal tersebut?” Liu Zimin bertanya. “Jika nantinya terbukti bahwa Kaili memang berusia ratusan tahun, sepertinya ak
last updateLast Updated : 2021-06-27
Read more

115 - Xu Xiaofei

“Sejarah menyebutkan jika benteng terapung Louchuan belum pernah mengalami kekalahan saat diserang musuh.” geram Liu Danzo dengan gigi gemeretak. Ia tak menyangka jika Zhao Yunlei juga terperangkap di dalam kapal besar itu. Zhao Yunlei adalah aset yang sangat berharga dalam deretan anggota Pasukan Lima. “Kita hanya perlu membuat keajaiban, untuk menang dari kapal Louchuan. Bukankah hari ini kita juga telah membuat keajaiban dengan mengalahkan Kaili!” sahut Patriark Yuan Kai meyakinkan semuanya. “Keajaiban, katamu? Ini bukan keajaiban, pendekar Dong menumbalkan dirinya untuk keselamatan kita! Apakah Kau juga akan menumbalkan dirimu jika dihadapkan dengan keadaan mendesak nantinya?” balas Li Han sedikit marah. Whuuussss……. Tiba-tiba, angin berhembus cukup kencang, membuat beberapa remah reruntuhan di desa Musi saling beterbangan ke udara. Untuk sejenak, para pendekar menghentikan perebatan mereka. Ada hal lain yang lebih penting ketimbang adu argument tentang bagaimana cara mengalahk
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

116 - Rencana Balas Dendam

“Senior Xu, bisakah kita beristirahat sebentar? Saya tak menyangka jika menghantam udara dengan kecepatan seperti ini rasanya akan sedikit menyakitkan!” gumam Patriark Yuan Kai menggunakan bahasa batin ketika ia merasa kecepatan Xu Xiaofei telah melebihi ambang ketahanan fisiknya. Terbang bersama Senior Xu Xiaofei setidaknya membuat Patriark Yuan Kai memahami apa yang dirasakan Sun Wen dan Shang Yi, dua pemuda dari desa Malam yang bersamanya dari Maundo. “Ah, sepertinya orang-orang menilaimu terlalu tinggi! Aku bahkan masih dalam tahap pemanasan, anak kecil!” gerutu Xu Xiaofei menanggapi keluhan Pendekar Harimau Utara. Tapi sejujurnya ia sedikit berbohong tentang suatu hal, dengan kecepatan seperti itu, pendekar dengan tenaga dalam aura kelabu bisa saja langsung kehilangan kesadaran seketika. Melihat Pendekar Harimau Utara bahkan masih bisa mengeluh, pria sepuh itu yakin jika Yuan Kai adalah pendekar muda paling hebat di eranya. “Sial! Sesakti itukah orang terkuat dari negeri Bingdao
last updateLast Updated : 2021-07-01
Read more

117 - Pertempuran di Perairan Leng Hai

Pulau kecil yang bernama Lengdao lebih mirip disebut sebagai bongkahan es raksasa yang mengambang di perairan Leng Hai. Sebagaimana negeri Bingdao yang selalu diselimuti salju dan es, hidup di pulau Lengdao bukanlah siksaaan bagi para pasukan militer yang mendiami pulau es tersebut. Hawa dingin di perairan Leng Hai yang berada di bawah titik beku membuat beberapa awak kapal yang biasanya melintasi perairan Lengdao akan mengalami hipotermia. Whussss….. Hawa dingin yang dibawa Xu Xiaofei telah mendarat terlebih dahulu di Lengdao, membuat para pasukan militer Bingdao mulai merapatkan barisan untuk memberi sambutan penghormatan. “Ketua Xu Xiaofei datang!!!” salah seorang pemimpin pasukan berteriak nyaring. Meski Xu Xiaofei belum menampakkan batang hidungnya, mereka yakin hawa dingin yang baru saja menyapu pulau Lengdao itu adalah kiriman dari orang nomor satu dari Bingdao, pimpinan tertinggi dari seluruh jenis pasukan militer yang ada di Bingdao. “Semuanya, siapkan barisan!!!” ulang pe
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

118 - Pertempuran di Perairan Leng Hai II

Kapal Louchuan melaju lebih cepat, tepat ketika moncong kapal mulai memasuki perairan Leng Hai. Fang Enlai, tangan kanan dari Jenderal Fu Lian telah memberi peringatan kepada seluruh awak kapal jika mereka akan segera memasuki perairan dengan hawa dingin yang ekstrim, sehingga melaju dengan kecepatan maksimal akan menjadi pilihan yang terbaik untuk menghindari awak kapal mengalami serangan sakit akibat hawa dingin. “Tuan Fang, jika kita melaju dengan kecepatan penuh, kita akan kesulitan membelokkan haluan ketika ada gunung es di depan jalur kapal!” pekik awak kapal kepada Fang Enlai yang masih bersikeras untuk menambah laju kecepatan kapal. “Benar, Tuan Fang. Apa lagi dengan kabut setebal ini, bukankah lebih baik kita berhati-hati?” Bukan apa-apa, kapal ini tak akan karam hanya karena membentur gunung es, tetapi, benturan dengan gunung es setidaknya justru akan mengakibatkan perjalanan kita semakin panjang!” seru awak kapal lainnya. Mendengar desakan dari para awak kapal, Feng Enlai
last updateLast Updated : 2021-07-03
Read more

119 - Musuh Lama Bertemu Kembali

Mendengar Pengakuan mengejutkan dari Xu Xiaofei, Patriark Yuan Kai tertegun kaget sebab ia tak pernah menduga jika pria sepuh yang aneh itu ternyata menyimpan kenangan yang cukup mengerikan di kepalanya. “U-ulangi lagi, si-siapa dirimu? Kakek Tua?” tanya Jenderal Fu Lian masih dengan langkah mundur perlahan. “Xu Xiaofei, Jenderal Fu! Xu Xiaofei hendak mengambil kembali bagian-bagian tubuh istrinya yang ada di tubuhmu!” tukas Xu Xiaofei tegas. “Ha ha ha! Apakah aku harus pura-pura mundur dan ketakutan lagi untuk membuatmu semakin senang, Tua Bangka? Ha ha ha kusudahi dulu sandiwaraku! Kau tahu, seharusnya kau melihat dan mendengar jeritan istrimu kala itu! Dengan begitu, setiap detik dalam hidup, kepalamu akan selalu ditemani dengan lolongan istrimu yang memilukan!” kelakar Jenderal Fu Lian dengan seringai bengis. “Cih, bagaimana jika keadaannya kubalik! Sepertinya aku lebih ingin mendengar lolongan dan jeritan putus asa dari siluman betina macam dirimu, Nenek Tua!” jawab Xu Xiaofei
last updateLast Updated : 2021-07-04
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
80
DMCA.com Protection Status