Home / Romansa / Nikah Kontrak Ketika Hamil / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Nikah Kontrak Ketika Hamil: Chapter 61 - Chapter 70

81 Chapters

Morning Kiss

Cahaya matahari menerobos masuk melewati tirai tipis berwarna putih, membuat seorang pria yang masih nyaman tertidur mengerjap matanya berkali-kali. Dalam keadaan setengah sadar, tangannya mulai bergerak menyusuri tempat di sampingnya yang kini terasa dingin. Menandakan bahwa orang yang menempatinya sudah lama bangun.  Eric membuka satu matanya untuk memastikan, benar saja bahwa tempat di sampingnya telah kosong. Saat hendak bangun, suara pintu kamar mandi terbuka membuat ia mengurungkan niatnya dan pura-pura masih tidur.  Mlathi melangkah keluar dengan mengenakan dress mini di atas lutut berwarna jingga, terus mengusap rambut basahnya dengan handuk kecil. Bibirnya terangkat ketika melihat lelakinya masih tertidur dengan nyaman. Setelah meletakkan handuk ke atas sofa, ia beranjak ke jendela untuk menyibak tirai hingga cahaya matahari seketika langsung menyerbu Eric yang masih memejamkan mata.  Mlathi berba
last updateLast Updated : 2021-09-14
Read more

Lama Tidak Bertemu

"Kenapa kamu senang banget pergi ke taman? Kenapa gak ke mall, shopping gitu. Kayak wanita-wanita biasanya," tanya Eric bingung ketika tadi Mlathi ingin menghabiskan waktu berdua di taman. Mlathi menghirup udara segar seraya semakin mengeratkan pegangannya di lengan Eric. "Coba kamu rasain, di sini udaranya seger, kan? Itulah alasan aku kenapa selalu suka pergi ke taman. Alam itu indah, jadi harus dinikmati keindahannya," jawab Mlathi yang tidak pernah memudarkan senyum di bibirnya. Eric juga ikut menghirup udara segar yang sudah lama tidak ia rasakan. Terpuruk dengan pekerjaan dan berkas-berkas, membuat ia melupakan diri sendiri. Sekarang, ia baru menyadari bahwa hidup juga butuh relaks dan istirahat. "Kamu tau, taman juga membuatku bisa merasakan aura di desaku. Damai dan sejuk. Berada di sini membuatku seakan mengulang kembali kenangan yang aku lalui di desa. Aku merindukannya," lanjut Mlathi dengan nada sedikit sedih, membicarakan tentang desa
last updateLast Updated : 2021-09-17
Read more

Undangan Makan Malam

Tepat setelah mereka melepas rindu, ponsel Eric berdering dan ternyata telepon dari kantor karena ada pekerjaan mendadak yang harus Eric tangani. Tidak ingin membuat Eric kembali mendapat masalah, Mlathi menyuruhnya untuk segera pergi ke kantor, lagi pula ia masih ingin ngobrol lebih banyak dengan Karin. "Baiklah, aku pergi. Tapi nanti kalau sudah pulang, telepon aku, mengerti." Mlathi mengangguk. "Tenang saja, jangan mencemaskanku. Bekerjalah dengan baik." Eric mengusap pucuk kepala Mlathi lalu mendaratkan bibir tegasnya ke dahi Mlathi cukup lama hingga akhirnya ia berbalik pergi. Karin dan Mlathi terus menatap punggung kekar itu hingga mulai menghilang. "Sepertinya, dia sangat mencintaimu," ucap Karin yang membuat Mlathi menoleh lalu mengangguk pelan. "Syukurlah, kau menikah dengan pria yang tepat. Aku bahagia untukmu." Karin menatap sayu ke arah Mlathi, mengingat bagaimana kehidupan Mlathi dulu yang begitu menderita.
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Tidak Peka

Sedari tadi Mlathi terus berada di depan cermin, sekedar melakukan perawatan malam di wajah dan memakai lotion di kulit. Tiba-tiba ingatan tadi tepat di saat ia melihat album pernikahan yang ditunjukkan Karin membuat Mlathi menghentikan kegiatan sisir menyisir lalu menoleh ke arah Eric yang masih sibuk dengan ponselnya.  Ia menggigit bibir bawahnya, menimang. Setelah mantap dengan keputusan, Mlathi mulai merangkak naik ke kasur mendekati Eric yang sepertinya sangat pokus dengan benda pipih itu.  "Apa kau sibuk?" tanya Mlathi seraya menyenderkan kepalanya ke bahu Eric dengan manja.  "Tidak terlalu, ada apa?" sahut Eric tanpa menoleh sedikit pun.  Mlathi menghela napas ringan, kemudian mulai menyusun kata-kata kode dengan benar.  "Hm, tadi saat melihat album pernikahan. Karin terlihat sangat cantik yah memakai gaun pengantin. Ditambah dekorasinya semakin me
last updateLast Updated : 2021-09-20
Read more

Mungkinkah Hanya Bualan?

"Sayang, mau ke mana?" tanya Mlathi ketika melihat Eric tiba-tiba ingin keluar.  "Ke ruang kerja, ada sesuatu yang belum selesai. Tidurlah, jangan menungguku. Ok. Selamat malam," jawab Eric seraya melangkah kaki keluar tanpa menunggu balasan dari Mlathi.  Setelah pintu tertutup sempurna, Mlathi menghela napas kecewa lalu kembali menatap diri dari balik cermin. Lihat, wajahnya tampak sangat jelas begitu kusut. Kenapa suaminya malah tidak menyadari hal itu? Apa sekarang yang ia pedulikan hanya pekerjaan?  Mlathi menghela napas lagi, entah yang ke berapa kali. Baru saja bahagia karena sudah menemukan cinta. Tetapi, sekarang malah cinta itu perlahan menjauh.  Manik matanya tidak sengaja melihat selembar undangan yang diberikan Aish tadi siang. Tangannya mulai terulur untuk mengambil undangan itu, ditatapnya sejenak dengan tatapan nanar dan penuh keibahan. Bukan untuk siapa-siapa, mela
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Hal yang Tak Terduga

Mlathi mengerjap, kesadarannya perlahan timbul. Rasa nyeri di kepala membuat ia meringis sesaat. Kelopak matanya mulai membuka dan menelusuri setiap sudut tempatnya sekarang berada. Cahaya terang langsung memenuhi penglihatannya, ia berada di sebuah ruangan yang sepertinya kamar hotel.  Mlathi mulai berusaha bangkit seraya menahan rasa sakit di kepalanya. Dahinya terus berkerut laksana mencari jawaban atas setiap pertanyaannya yang timbul dari benaknya.  Seketika kedua matanya membulat saat otaknya sudah mulai mencerna dengan baik. Lalu tatapannya langsung beralih ke tubuhnya yang ditutupi selimut. Dengan panik, ia segera membuka selimut itu. Melihat pakaiannya masih utuh, membuat Mlathi sedikit bernapas lega.  Tiba-tiba pintu terbuka membuat pandangan Mlathi teralih ke sana. Dua orang wanita masuk dengan senyuman di wajahnya, terlihat sangat ramah. Dua wanita itu lalu membungkuk hormat di depan Mlathi. Me
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Kenyataan yang Sebenarnya

Mlathi sudah keluar dari ruangan ... entahlah ia bahkan tidak sempat melihat kesekeliling ruangan itu. Ia begitu emosi saat melihat Eric karena membuat ia kembali teringat akan kejadian tadi siang di restoran. Tawa renyah itu, bahkan ia begitu asik mengobrol dengan wanita itu. Sangat jarang melihat Eric bisa seakrab itu dengan wanita lain. Mlathi terus berjalan tidak tahu tujuan, tatapannya kosong dengan hati yang telah rapuh. Dikhianati oleh cinta memang rasanya begitu sakit. Mungkin kisah cinta yang diimpikannya selama ini hanyalah sebuah angan semu belaka. "Nyonya." Sebuah suara lelaki membuat Mlathi seketika menoleh dan mendapati seseorang yang berdiri tidak jauh darinya. "Asisten Tony." *** "Jadi, beberapa hari ini ia sibuk kerja hanya untuk membuat kejutan untukku?" tanya Mlathi tidak percaya akan cerita Tony padanya. Lelaki itu hanya mengangguk pelan. "Saat Tuan melihat Nyonya terus-menerus menatap bingka
last updateLast Updated : 2021-09-23
Read more

Wedding Day

Gaun biru yang menjuntai hingga menyapu rumput taman di hotel Gramoy telah terbalut cantik di tubuh seksi Mlathi, terlihat sangat cantik bak ratu di Kerajaan dongeng. Senyum tidak pernah surut dari bibir pinknya. Ia terus berjalan anggun dengan membawa sebuket bunga di tangannya, ditemani dengan dua teman dekatnya yang berada di sampingnya. Tak lain mereka adalah Karin dan juga Aish. Mereka memakai gaun pink sebatas lutut dengan mahkota cantik di atas kepalanya. "Lihat, pangeranmu bahkan tidak berkedip memandangmu," bisik Aish kepada Mlathi, membuat wanita itu tersipu malu saat pandangannya bertemu dengan manik lelaki di atas altar itu. "Hey, berjalanlah sedikit pelan. Kenapa harus buru-buru, sebentar lagi Eric akan menjadi milikmu seutuhnya," goda Karin yang semakin membuat kedua pipi Mlathi menghangat. Melihat rona merah di kedua pipi Mlathi membuat Karin dan Aish terkekeh pelan. Sangat senang menggoda seseorang yang akan menikah. "A
last updateLast Updated : 2021-09-23
Read more

Dia Ara, Kakakku.

"Kenapa kau masuk? Aku belum selesai," seru Mlathi seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada kemudian berbalik memunggungi Eric yang masih terpaku di ambang pintu.  Eric tidak bisa lagi berpikir secara logika, kedua kakinya langsung berjalan masuk kemudian memeluk Mlathi dari belakang. Pelukannya semakin erat seraya membenamkan wajahnya di leher Mlathi.  "Kenapa kau lama sekali? Aku sudah dari tadi menunggumu. Lagi pula aku suka kau memakai pakaian seperti ini, kau terlihat lebih menggoda," bisik Eric tepat di telinga Mlathi kemudian menciumnya.  Mlathi bergidik geli, baru kali ini tubuhnya terangsang akibat sentuhan-sentuhan dari Eric.  Eric semakin bergerilya mencium area tengkuk dengan tangannya telah bergerak meraba dua gundukan milik Mlathi.  Mlathi hanya bisa mendesah sebagai respon dari sentuhan-sentuhan Eric yang terasa hangat dan nyaman.
last updateLast Updated : 2021-09-24
Read more

Rahasia Asisten Tony I

Dua orang berjalan di koridor rumah sakit menuju sebuah ruangan yang telah dihuni oleh seseorang selama bertahun-tahun. Langkah itu seketika terhenti ketika pintu sebuah ruangan terbuka hingga cahaya masuk menerobos membuat ruangan yang gelap itu sedikit terang. Eric menoleh ke arah Mlathi seraya mempererat genggamannya lalu menarik wanitanya itu masuk ke dalam mendekati wanita yang duduk di dekat jendela. "Kak Ara, aku ingin memperkenalkanmu dengan istriku," seru Eric ketika mereka telah dekat. Namun wanita dengan penampilan acak-acakan itu sama sekali tidak bergeming. Eric berekspresi kecewa sekaligus sedih melihat kondisi kakaknya yang tidak berkembang dari tahun ke tahun. Menyadari hal itu, Mlathi mengusap punggung Eric untuk memberi ketegaran padanya lalu terseyum simpul. Membuat lelakinya itu sedikit merasa lebih baik. Mlathi memindai tatapannya ke arah wanita yang masih belum bergeming dari tempatnya. Lalu ia berjala
last updateLast Updated : 2021-09-25
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status