หน้าหลัก / Romansa / Terpaksa Menikahi CEO / บทที่ 21 - บทที่ 30

บททั้งหมดของ Terpaksa Menikahi CEO : บทที่ 21 - บทที่ 30

176

Salah Tingkah

“Mengapa Tuan Griffin masih tega membuat saya terluka bahkan ketika saya sudah lelah menangis?” celetuk Olivia Milan di tengah isakannya. “Membuatmu terluka? Kapan? Di mana? Kau mengigau? Memangnya aku melakukan apa?” tanya Rainer Griffin yang justru membuat Olivia Milan semakin gatal batinnya. “Saya lelah menangis… Saya ingin makan saja, hiks…” ucap Olivia Milan cukup lirih. Ia berharap kalimat tersebut tak terdengar di telinga Rainer Griffin. Setelah ia pikir-pikir, ternyata tak ada gunanya ia menangisi kelakuan Rainer Griffin, toh lelaki tersebut sama sekali tak merasa telah melakukan kesalahan. “Diam jika memang lapar. Menangis justru akan membuatmu semakin kelaparan!” Ucapan Rainer Griffin dan sempat membuat Olivia kaget sebentar karena tak menyangka ucapannya yang lirih bisa terdengar oleh Rainer Griffin. Akhirnya, Olivia pun terpaksa mengangguk sebab bagaimana pun apa yang diucapkan Rainer Griffin ada benarnya. Terisak-isak menangis ternyata ju
อ่านเพิ่มเติม

Hand Sanitizer

Ketika Harry sedang menggandeng Olivia Milan dan berjalan masuk ke dalam restoran, terlihat Rainer Griffin tengah duduk di sebuah meja khusus yang merupakan meja bagi pengunjung-pengunjung spesial. Di tempat tersebut, Rainer Griffin sedang menunggu Olivia Milan mendatanginya. Ia pun sedikit heran ketika gadis yang ia tunggu tak juga menampakkan batang hidungnya. “Hai, Rain… Kebetulan sekali kita bertemu di sini!” ketika mengetahui lokasi Rainer Griffin berada, Harry langsung berjalan cepat dan menggandeng Olivia Milan dengan cara yang lebih erat dari sebelumnya. Olivia Milan merasa sedikit risi sebenarnya, tetapi bagaimana pun Harry adalah pria yang sedang mencoba menolongnya sehingga Olivia membiarkan saja pria itu mengapit tangannya erat, seolah mereka adalah sepasang kekasih. “Harry?! Via? Kalian?” Rainer Griffin berdiri seketika, ia menatap menyelidik ke arah Harry dan Olivia. Sorot matanya menghujam, tangannya mengepal geram seolah ia tengah menggenggam udara de
อ่านเพิ่มเติม

Kejadian di Apartemen

Drama menyebalkan yang dilakukan Rainer Griffin akhirnya terpaksa terhenti karena pramusaji tengah datang membawa beragam hidangan. Kekesalan yang ada di dada Olivia Milan mendadak luntur ketika ia melihat aneka rupa makanan yang tertata di meja. Ia pun dibimbing oleh pegawai Pinnacle at the Pier Restaurant untuk duduk di meja spesial. Hanya saja, Rainer Griffin justru pergi dari situ tanpa berpamitan pada Olivia Milan. Pria itu hanya berlalu pergi setelah memberi pesan singkat pada pramusaji. Pramusaji itu pun mengangguk mengerti, lalu kembali melayani Olivia Milan seolah gadis itu merupakan tamu penting di Pinnacle at the Pier Restaurant. Olivia Milan mencoba tak begitu terkejut dengan tindakan Rainer Griffin yang mendadak pergi meninggalkannya di tempat itu. Hanya saja, ada sesuatu yang mulai mengusik kepalanya, dan membuatnya cukup was-was. “Nona, selamat menikmati menu spesial dari Pinnacle at the Pier Restaurant. Jika ada yang kurang berkenan di hati No
อ่านเพิ่มเติม

Keputusan Besar

Malam telah sangat larut ketika Olivia Milan duduk termangu di jok belakang sebuah mobil yang melaju menuju ke kediamannya. Bibir gadis itu mengatup rapat sementara tatapan matanya kosong. Gadis itu tiba-tiba  menjadi sangat diam. Ia menciptakan sebuah kediaman yang ganjil hingga membuat driver yang mengantarnya pulang merasa sedikit risi dan tak nyaman. “Nona, apakah Nona yakin, Nona baik-baik saja?” tanya driver tersebut pada Olivia Milan yang duduk di belakang. “Ya.” “Apakah Nona membutuhkan sesuatu? Jika iya, Nona bisa mengatakannya pada saya.” “Tidak.” “Ah, ya, saya baru ingat, Tuan Sean memberikan sebuah titipan untuk Nona. Sepertinya itu adalah pakaian dan ponsel Nona yang tertinggal di Bluefin Seafood Restaurant.” Si driver mengambil sebuah paper bag yang berada di jok sebelahnya, mengulurkannya pada Olivia Milan sambil berharap gadis itu akan sedikit lebih ceria. “Terima kasih.” Hanya itu, lalu keheningan kembali
อ่านเพิ่มเติม

Rahasia Besar Terungkap

Sepuluh menit berselang, Olivia Milan mendapat panggilan untuk datang ke ruangan Rainer Griffin. Hanya saja, ketika Olivia Milan memasuki ruangan Rainer Griffin, ia tak menemukan sosok pria itu di dalam ruangannya. Hanya ada seorang pria berusia empat puluhan tahun entah dari divisi mana, yang saat itu sedang menunggu Olivia Milan di ruangan Rainer Griffin. “Nona Milan, Tuan Griffin menyetujui permohonan pengunduran diri Nona. Oh ya, Tuan Griffin juga meminta saya untuk memberikan berkas ini kepada Nona. Saya tak tahu isinya, tetapi Nona bisa membukanya setelah ini. Apakah ada hal lain yang perlu Nona tanyakan?” pria itu memberi penjelasan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rainer Griffin kepadanya. Olivia Milan menerima berkas yang diulurkan kepadanya. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan di kepala, tetapi karena pertanyaannya hanya tentang Rainer Griffin, ia merasa tak pantas untuk menyuarakan pertanyaan. “Saya kira, saya tak memiliki pertanyaan untuk diaj
อ่านเพิ่มเติม

Sabrina Bullock

“Bertemu dengan Rainer Griffin? Ah, Nona Milan jangan bermimpi.” ucapnya diakhiri dengan sebuah dengusan pelan seperti sedikit mengejek, “dia bahkan terus menolak telepon dariku.” “Saya kira, Nona membawa saya kemari untuk kemudian dipertemukan dengan Tuan Griffin,” lirih Olivia Milan menunduk lesu. Ia merasa bersalah sempat beranggapan jika bosnya itu merupakan pria yang kurang waras. Nyatanya, memang ada hal aneh yang masih belum terungkap seluk-beluknya. “Maaf, sepertinya Nona Milan mulai kelewat percaya diri.” gumam Sabrina datar, matanya kini menelisik tajam pada sosok gadis sederhana yang sedang bersamanya. “Maaf?” Melihat tatapan lugu Olivia Milan, keramahan yang tadinya sempat menghiasi wajah Sabrina Bullock perlahan-lahan memudar. “Aku membawamu ke sini, semata-mata demi membuka matamu, bahwa, jika memang ada perhatian-perhatian khusus yang Rain berikan kepadamu, itu semua semu! Rain belum bisa membedakan antara perempuan di mimpinya
อ่านเพิ่มเติม

Kesepakatan Kontrak

Lampu mobil yang berlalu lalang terlihat bak kunang-kunang yang melesat berkejar-kejaran di mata Olivia Milan. Saat itu, ia tengah berdiri menyadarkan tubuhnya pada sebuah pagar di balkon apartemen milik Rainer Griffin. Satu fakta aneh yang sedang menimpa Rainer Griffin sedikit banyak juga membuat Olivia Milan penasaran dan tertarik untuk terlibat menyelidikinya. Atas sebab itulah Olivia Milan setuju untuk diajak mengobrol bersama dengan Rainer Griffin di apartemen pria itu. “Kau yakin tak pernah menyerahkan fotoku kepada paranormal, heh?” selidik Rainer Griffin yang saat itu sedang duduk menikmati teh hangat. Pria itu memandangi rambut Olivia Milan yang terbang disapu angin malam. Sejenak, pria itu tersenyum tipis. Bahkan, rambut si gadis di dalam mimpinya juga sama persis dengan rambut Olivia Milan di dunia nyata. “Tuan Griffin, saya sudah menjawab lebih dari sepuluh kali untuk pertanyaan yang sama. Dan, saya kira jawaban saya juga masih sama.” ucap gadis itu seray
อ่านเพิ่มเติม

Rahasia Luka Lama

Di malam sebelumnya, Rainer Griffin dan Olivia Milan telah menandatangani kontrak kerja sama. Kerja sama terkait dengan kesediaan kedua belah pihak dalam upaya mengungkap misteri sosok gadis di mimpi Rainer Griffin. Olivia Milan bersedia mengambil kontrak tersebut karena ia tak ingin dituduh melakukan hal-hal mistis kepada Rainer Griffin. Sementara itu, Rainer Griffin membuat kontrak tersebut sebenarnya semata-mata agar ia punya alasan untuk tetap dekat dengan Olivia Milan. Pagi itu, adalah hari pertama Olivia Milan untuk memulai kehidupan sesuai dengan yang tertera di dalam surat kontrak. Ia datang pagi-pagi dengan membawa satu koper berisi pakaian-pakaian ganti dan beberapa barang pribadi yang ia perlukan dalam tiga bulan masa berkemah di apartemen Rainer Griffin. Entah berjodoh entah apa, Olivia Milan bertemu dengan Harry di dalam lift ketika gadis itu hendak naik ke lantai apartemen Rainer Griffin berada. “Hei, Kau lagi, Nona Milan! Bagaimana bisa kita se
อ่านเพิ่มเติม

Permintaan Rainer Griffin

“Buatkan aku Ful Medames, aku ingin mencicipi Ful Medames buatanmu!” tukas Rainer Griffin sambil berlalu pergi. Pria itu bahkan belum memberi ucapan selamat datang pada Olivia Milan, atau sekadar menunjukkan ruangan di mana Olivia Milan bisa meletakkan koper besarnya. “Tuan Griffin, apa itu Ful Medames?” tanya Olivia Milan sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal. “Kembaranmu di mimpiku, pernah membuatkan Ful Medames yang sangat tidak enak. Mari kita lihat apakah dirimu juga sama dengannya!” Hanya itu. Hanya itu yang disebutkan oleh Rainer Griffin sebelum akhirnya ia pergi entah ke mana, barang kali ke kamar, atau juga ke balkon. Olivia tak sempat melihat kepergian Rainer Griffin sebab ia segera membuka mesin telusur di ponselnya. Ia mengetik, “Ful Medames”. “Hidangan asal Mesir dari kara oncet yang dimasak dan disajikan dengan minyak sayur, jintan putih, dan ditambah dengan potongan paterseli, bawang Bombay, bawang putih, perasan lemon dan cabai??!!
อ่านเพิ่มเติม

Terjadi Lagi

“Oh ya, kembaranmu di mimpi itu, dia tak pernah mau kusuapi Ful Medames. Bagaimana denganmu?” goda Rainer Griffin dengan senyuman sedikit nakal ketika melihat wajah Olivia Milan yang masih masam.“Sialan, mengapa dia tersenyum sangat manis!” batin Olivia Milan dengan napas tertahan, ia merasa sedikit aneh ketika menyadari bahwa senyuman Rainer Griffin menjadi sangat manis saat disuguhkan dengan cara seperti itu.“Telingamu kumat tuli lagi?” Rainer Griffin mengerutkan alisnya, memicingkan mata ke arah Olivia Milan yang terlihat diam dengan ekspresi yang ganjil.“Ah, saya sama seperti dia, Tuan. Saya tidak ingin menerima suapan dari Tuan Griffin! Tapi tentu saja, itu tak membuktikan bahwa kami adalah orang yang sama!” celetuk Olivia Milan cepat. Ia sempat khawatit jika pria di depannya itu sempat menangkap ekspresinya yang ‘sedikit’ menikmati senyuman Rainer Griffin. Karena itulah mata Olivia Milan sengaj
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
...
18
DMCA.com Protection Status