Home / Romansa / Terpaksa Menikahi CEO / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Terpaksa Menikahi CEO : Chapter 111 - Chapter 120

176 Chapters

Pesan Beruntun

Pagi hari setelahnya, terdengar suara ribut-ribut di dalam apartemen Rainer Griffin karena Olivia Milan telah sangat marah akibat postingan kontroversial yang dibuat oleh Rainer Griffin. Gara-gara kutipan yang dibuat kekasihnya lewat akun sosial medianya itu, Olivia Milan harus menanggung malu sebab ia mendapat banyak olok-olokan dari teman-teman dunia mayanya.“Pria berengsek sialan! Lihat apa yang telah kau buat pada akun sosial mediaku!” teriak Olivia Milan dengan menggunakan bahasa yang tak baku untuk pertama kalinya kepada Rainer Griffin yang saat itu baru bangun tidur.“Huaaaah... Katakan saja pada mereka jika ponselmu sedang dibajak! Lagi pula, bukankah kenyataannya memang demikian?” balas Rainer Griffin dengan masih menunjukkan rasa kantuk berat, wajar saja, dia memang hanya tidur selama kurang dari dua jam kala itu.Melihat Rainer Griffin yang masih enggan terbangun dari sofa, Olivia Milan secara perlahan-lahan meraih ponsel mili
Read more

Selesai?

111.Hal yang lebih mencengangkan berikutnya adalah ketika Olivia Milan membuka beberapa lampiran gambar lain yang dikirim oleh nomor asing tersebut. Gambar-gambar itu mempertontonkan pemandangan yang tak menyenangkan di mata Olivia Milan.“Hei, mengapa wajahmu terlihat aneh? Ada apa dengan ponselku?”Perlahan-lahan, Rainer Griffin bangkit dari tidurnya dan memosisikan diri untuk duduk di samping Olivia Milan. Pria itu melihat ekspresi Olivia Milan yang tampak seperti kaget, marah, sedih, sekaligus bingung yang melebur dalam sekali waktu.“Kenapa? Apa yang terjadi?” Rainer Griffin memosisikan dirinya sejajar dengan Olivia Milan, membuatnya bisa melihat ke arah layar ponsel pintarnya.Seketika, Rainer Griffin merebut ponsel itu dan lekas-lekas jarinya menekan tombol delete pada lampiran-lampiran gambar yang dikirim oleh nomor asing tersebut. Olivia Milan hanya terdiam tanpa tahu harus memulai kemarahannya dari mana. Bingung u
Read more

Menghubungi Harry Johnson

 Setelah mengucapkan kata ‘selesai’, Olivia Milan merasa ia sudah tak memiliki kalimat apa pun untuk diucapkan kepada Rainer Griffin. Maka, ia membalikkan tubuhnya seketika, memunggungi Rainer Griffin lalu melangkah dengan cepat menuju ke kamarnya. Olivia Milan ingin mendekam di dalam kamar setidaknya sampai gadis itu merasa benar-benar sendirian.“Aku anggap ucapanmu barusan hanyalah sebuah ketidaksengajaan yang dilandasi oleh amarah. Ingat, kita boleh bertengkar sebanyak yang kita mau, asalkan kita juga tak lupa berbaikan!” teriak Rainer Griffin seraya memandangi punggung Olivia Milan yang menjauh pergi.Olivia Milan menutup telinganya menggunakan dua tangan ketika Rainer Griffin mengungkit tentang bertengkar dan berbaikan. Dalam perjalanan menuju ke kamarnya itu, tiba-tiba, Olivia Milan merasa malu dan kesal mengingat beberapa saat sebelumnya, ia pernah menjadi perempuan sok bijak dengan membuat kutipan romantis tentang sebuah pe
Read more

Perempuan Sinting

Hari sudah sangat sore dan bahkan menjelang gelap ketika Olivia Milan masih ragu apakah ia perlu menghubungi Rainer Griffin atau tidak. Sayangnya, ketika ia memutuskan untuk menyerah dan memilih untuk meminta bantuan pada Rainer Griffin, ponsel Olivia Milan justru mati karena kehabisan baterai. Sialnya lagi, charger ponselnya berada di dalam tas yang telah raib dibawa pencuri.“Nah. Ketemu juga akhirnya!” dari kejauhan, Rainer Griffin telah menemukan sosok kekasihnya yang terlihat duduk dengan gelisah di sudut bangku ruang tunggu sebelah selatan. Pria itu pun mengambil jalan memutar agar ia bisa mengendap-endap dan pura-pura duduk di bangku belakang Olivia Milan. Ia ingin mengetahui penyebab kegelisahan kekasihnya, tanpa bertanya secara langsung pada gadis itu.Satu menit berselang, Rainer Griffin telah tiba di ruang tunggu dan mengambil tempat duduk di dua baris belakang dari tempat Olivia Milan berada.‘Sepertinya gadis itu sedang dalam masal
Read more

Gang Sempit

Beberapa detik setelah si perempuan muda berlalu pergi, Rainer Griffin melihat Olivia Milan kembali menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Gadis itu juga terdengar mengumpat beberapa kali, sebelum akhirnya ia duduk kembali dengan dua tangan memijit-mijit kepalanya.“Sial! Apakah aku harus berjalan kaki dan kembali ke apartemen pria berengsek itu? Ah, memalukan sekali! Apa yang harus kukatakan padanya tentang kepergianku hari ini?!” gerutu Olivia Milan dengan suara yang pelan tetapi cukup bisa didengar oleh Rainer Griffin.Pria itu masih dalam posisi yang sama. Pura-pura memainkan ponselnya seolah tak memedulikan sekeliling. Tetapi sejatinya, ia sangat menajamkan telinga untuk bisa mendengar rupa-rupa kejadian yang ada di bangku depan, bangku Olivia Milan berada.“Baiklah! Tak ada pilihan lain. Aku akan pulang ke apartemen lagi. Ah, semoga saja pria itu belum kembali dari kantor sehingga tak melihat jika kamarku kosong!” gumam Olivia Mila
Read more

Blicking Hall Building

Rainer Griffin terperanjat kaget ketika telinganya mendengar jerit permintaan tolong dari Olivia Milan. Tentu saja, ia lebih memilih untuk bergegas mengejar ke arah sumber suara.“Sial! Ini semua gara-gara kau!” bentak Rainer Griffin seraya melayangkan satu pukulan terakhirnya kepada si pemuda beraroma alkohol.“Aaaaargghhh!” pemuda itu menjerit lagi tetapi ia merasa cukup beruntung sebab Rainer Griffin meninggalkannya begitu saja tanpa memberi pukulan-pukulan lain yang lebih berat.“Olivia!!!” Rainer Griffin berteriak lantang ketika ia hanya melihat jalanan gang sempit yang sunyi.“OLIVIA MILAN!!! OLIVIA!!!” berkali-kali, Rainer Griffin meneriakkan nama kekasihnya agar gadis itu berkenan menyahut panggilan darinya.“Di mana kau? Nona Milan?! Olivia?! Via?! Nona Pesuruh?!” Rainer Griffin memanggil Olivia Milan dengan berbagai penyebutan.Tetapi, tetap saja tak ada satu pun jawaban y
Read more

Ahli Parkour

“Cih! Dasar pria congkak! Selamat menelan bulat-bulat kecongkakanmu itu! Ha ha ha!” orang asing itu membalikkan badan dengan sigap, berlari menjauh dari Rainer Griffin yang telah maju untuk menyerang.“Jangan lari, Pecundang!” teriak Rainer Griffin pada orang asing tersebut.“Namaku Jim, Jim Morrison. Panggil saja aku Jim Yang Hebat! Lari katamu? Ah, sayang itu bukanlah gayaku!” Jim Morrison melangkah menuju ke bibir lantai dua yang tak disekat oleh dinding atau pagar apa pun. Anehnya, Jim Morrison justru menjatuhkan dirinya dari lantai dua Blicking Hall Building.Rainer Griffin mengerutkan alis keheranan. Ia segera menghampiri ke arah di mana Jim Morrison menjatuhkan diri.“Ha ha ha! Kejar aku, jika kau memang memiliki niat untuk bertemu lagi dengan gadismu. Sayangnya, Nona Milan tidak berada di dalam Blicking Hall Building. Jika tak percaya, kuberi waktu sepuluh menit untuk memeriksa, aku akan menunggu sambil me
Read more

Prasangka adalah Segalanya

Ketika Rainer Griffin menjatuhkan dirinya dari ketinggian lantai dua Blicking Hall Building, ia mendarat dengan satu kaki hampir tergelincir di pagar yang sama yang sempat dilalui oleh Jim Morrison. Rainer Griffin segera mengatur posisinya dalam kondisi sigap dan siap siaga.  Untuk sejenak, ia meraa kesal karena pendaratannya tak sempurna.Meski demikian, andai orang lain yang melakukannya, bisa jadi kemungkinan yang dialami akan jauh lebih buruk dari apa yang dicapai oleh Rainer Griffin. Tapi tetap saja, ketika ia menyadari pendaratannya tak sempurna, Rainer Griffin mengumpat kesal.“Sialan! Semoga tak ada yang sempat melihat pendaratan memalukan itu!”“Awalan yang cukup bagus, Tuan Sombong! Tadinya kukira kau akan mendarat dengan kepala di bawah dan kaki di atas. Ah, desas desus tentang kehebatan Rainer Griffin memang bukan omong kosong belaka ternyata!” Jim Morrison tersenyum simpul, ia lantas berteriak lagi ke arah Rainer Griffin
Read more

Sebuah Penawaran

Dalam waktu yang lumayan singkat, Rainer Griffin telah berada di rooftop yang sama dengan Jim Morrison. Hal itu tentu saja membuat Jim Morrison melirik kembali jam di pergelangan tangannya. Dia telah berjanji untuk memberi waktu selama tiga puluh menit kepada Rainer Griffin. Ketika ia melihat jam di tangannya, Jim Morrison terperanjat kaget karena Rainer Griffin ternyata baru menghabiskan setengah dari jatah waktunya.Yang artinya, Rainer Griffin masih memiliki waktu lima belas menit untuk menghabisi Jim Morrison. Itu adalah waktu yang cukup lama untuk seorang Rainer Griffin jika misinya hanyalah mengalahkan satu orang saja.“Bawa Nona Milan ke sini atau aku tak akan memberi pengampunan untukmu!” teriak Rainer Griffin seraya maju mendekati Jim Morrison untuk memberi pukulan ke tubuh musuh.BUGGG!!!“Jangan terlalu percaya diri dulu, Tuan Sombong! Kau mungkin unggul dalam pertarungan jarak dekat! Tapi lihat, kau kalah jumlah! Ha ha ha!&rd
Read more

Menjemput Olivia Milan

“AKU SUDAH MEMUTUSKAN!”Jim Morrison melirik ke jam tangannya, ia segera membuat keputusan sebelum satu menit yang diberikan oleh Rainer Griffin benar-benar habis. Ketika Jim Morrison telah angkat bicara, sepuluh anak buahnya terlihat cukup gelisah karena khawatir jika keputusan yang akan diambil Jim akan membahayakan nyawa mereka.“Seseorang mengatakan jika mempercayai musuh adalah tindakan yang paling ceroboh yang pernah ada. Dan, aku mempercayainya. Jadi, semuanya, silakan kalian bersenang senang dengan Rainer Griffin yang angkuh itu!”Jim Morrison berteriak dengan lantang, tetapi tak ada apa pun yang terjadi setelahnya. Maksudnya adalah, semua anak buahnya seperti tak ada yang berani memulai baku hantam. Di lain sisi, Rainer Griffin merasa kesal dengan keputusan yang diambil oleh Jim Morrison.Andai pikiran bisa dibaca, Rainer Griffin bersedia pikirannya dibaca oleh Jim Morrison demi meyakinkan pria itu bahwa hal terpenting di
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status