Beranda / CEO / Mr. Gynophobia / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Mr. Gynophobia: Bab 11 - Bab 20

101 Bab

MENIKMATI KEHANCURANMU

"Dave menyeringai. "Oke, aku terima saranmu. Secepatnya, aku akan membuat dia merasa malu. Hukum untuk seorang stalker di sini terlalu murah hati. Jadi, aku akan membuat hukuman sendiri untuknya."  =====  Meski dingin semakin menyengat kulit dan meski langit malam tidak berbintang, semua itu tetaplah terasa indah untuk Dave, bahkan tumpukan berkas yang ia kerjakan hari ini terasa menyenangkan. Sejak siang tadi, tidak lelah mulut berbingkai bibir tebal itu bersenandung, sudah seperti anak muda yang baru mendapatkan kekasih. Tidak peduli pada tatapan aneh serta heran yang ditunjukkan oleh para bawahannya. Entah sadar atau tidak, Dave yang selalu menjaga wibawa, kini ia lupakan. Wajah datar dengan tatapan intimidasi serta suara ketus belum terlihat sejak Dave menginjakkan kaki ke kantornya. Lebih tepatnya, setelah ia berbincang dengan andrew tadi pagi. 
Baca selengkapnya

TRENDING TOPIC

“Aku juga tidak tahu, Valeri bilang ada video tentangku yang sedang ramai di bicarakan sejak semalam.”=====Jalan terlihat lancar. Banyak orang-orang yang berjalan di tepi bahu, jalan khusus yang telah di sediakan untuk pejalan kaki. Biasanya, Estelle ada bersama di dalam kerumunan orang-orang di sana. Bersaing untuk berjalan lebih cepat, padahal tidak sedang mengikuti perlombaan. Yah ... setiap orang di berbagai negara, sudah pasti setiap pagi akan sibuk seperti ini 'kan?Beralih ke dalam mobil, dengan wajah muram Estelle diam menatap jalan. Di sampingnya, ada wanita bersurai pendek sebahu sedang mengemudi. Wanita dengan usia sama seperti Estelle itu sudah beberapa kali melirik ke samping."El, sebaiknya kamu izin saja, aku akan putar lagi mobilnya, oke?" ucap Valeri. Usai menceritakan tentang video yang tidak tahu kenapa bisa muncul dan menjadi trending topik. Valeri pun memutuskan untuk pergi ke kantor bersama setelah menganta
Baca selengkapnya

ANCAMAN SAM OWEN

Entah sudah berapa kali sepatu bertali itu mengetuk pelan lantai, bergoyang dan berpindah. Punggung pun sama, sudah berkali-kali bersandar kemudian kembali tegak. Sam menengok jam yang ada di pergelangan tangannya, lalu memasukan ponselnya ke saku.   Ponsel yang sebelumnya ia gunakan untuk menghubungi Estelle. Namun sayang, wanita itu masih belum mau berbicara dengannya atau mungkin sedang sibuk dengan masalahnya. Inginnya sih langsung datang ke hadapan Estelle. Akan tetapi, Sam takut Estelle akan marah padanya. Meski mereka sudah saling bersedia untuk berteman. Namun, tidak bisa menghilangkan fakta kalau mereka itu, dua manusia yang belum lama saling mengenal.   “Berapa lama lagi rapatnya selesai?”   Pria dengan celana jeans hitam dan baju putih berleher V membuka mantel musim dinginnya. Sam kembali bertanya setelah dua jam menunggu Dave yang katanya sedang ada rapat untuk membahas video yang menjadi trending topic hany
Baca selengkapnya

HANYA KARENA VIDEO

Suara ketukan pintu menggema, membuat seorang pria yang yang sedang menatap layar ponsel jadi berkedip. Wajah datarnya semakin terbentuk kala seseorang mendorong pintu dan masuk dengan senyum yang membuat si pria ingin melempar gawai yang ada dalam genggamannya. “Bapak memanggil saya?” ucap sang wanita. Tidak lama, ia berhenti tepat di depan meja kayu cokelat tua dengan barang-barang yang tersusun rapi. Duk! Jeff melempar gawainya hingga benda pipih tak berdosa itu sedikit meluncur dan berhenti di tepi meja. Jika saja tidak ada papan nama yang bertuliskan Jeff Hansen, mungkin ponsel bercasing hitam itu sudah terjun dari meja ke lantai. “Estelle, saya dengar pagi tadi kamu membuat keributan di lobi?” seru sang wakil direktur seraya menyandarkan punggung, kedua tangannya bertengger pada lengan kursi. Estelle menunduk, menelan cepat salivanya. Membasahi tengg
Baca selengkapnya

KEDATANGANNYA

“Selamat, Estelle Clarice!” Suara lantang langsung menyambut Estelle ketika pintu lift terbuka. Julia masih saja memasang senyum puas meski Estelle dan Valeri mengabaikannya. ===== "Apa tidak ada pelukan perpisahan?" Julia masih saja gigih menggoda Estelle. Bahkan tertawa anggun saat mendapat tatapan tajam Valeri. "Diam kamu! Urus saja urusanmu sendiri!" ketus Valeri. Matanya mengedar melihat orang-orang di sana mulai berkasak kusuk, sepertinya mereka sudah menyadari keberadaan Estelle. Dengan segera, Valeri pun kembali menarik temannya. "Sialan! Wanita gila itu benar-benar sengaja!" pikir Valeri. Suara lantang Julia mengambil alih atensi orang-orang di sana. Valeri berani membawa Estelle turun karena dari yang ia tahu, sebagian wartawan sedang mengisi perutnya. Mungkin mereka berpikir, Estelle tidak akan turun ke bawah selama masih jam kerja. Julia hanya tertawa menanggapi umpatan Valeri. Ia melangkah santai mengikuti dua wanita yang terg
Baca selengkapnya

WAKTUNYA UNTUK MENGHIBURMU

Tempat untuk menghibur hati yang sedang bersedih, versi Sam adalah galeri lukisan. tenang dan nyaman, bukan maksud tenang karena sepi tidak ada pengunjung. Di sana, gedung besar dan luas berlantai dua, setiap hari akan selalu ramai pengunjung. Galeri Toaz yang berada di dekat perbatasan Queens dan Brooklyn, menjadi pilihan Sam untuk meredakan segala macam rasa suntuk di hati Estelle. “Indah, bukan? Apa kamu tahu, lukisan ini satu-satunya lukisan yang tidak dijual oleh pemiliknya. Lukisan yang katanya menyimpan jiwa orang terkasih, sang pelukis percaya, kalau kekasihnya selalu hadir menemani dirinya saat membuat ini,” kata Sam dengan suara rendah. Di belakang tubuhnya, tangan kanannya memegang lengan kiri. Pose santai yang terlihat sangat menikmati bingkai-bingkai bermandikan warna indah di sana. Estelle memandang Sam kagum, berpikir pria yang mengerti makna dibalik lukisan itu sangat keren. “Jiwa orang
Baca selengkapnya

LENGAH

“Tidak mau, kamu harus makan dulu bersamaku baru akan aku antarkan pulang.” Refleks Estelle langsung kembali menoleh pada Sam. “Tenang, kita akan makan di tempat yang hanya ada kita berdua ... kita ke rumahku, oke?” ===== "Apa ini tindakan yang benar?" Sudah berkali-kali Estelle menolak, tetapi Sam tidak menggubris penolakannya dan terus saja melajukan mobilnya. Hingga pada akhirnya, dengan kakinya sendiri, ia benar-benar menginjak rumah besar milik Sam Owen. Mungkin besarnya tiga kali lipat dari rumahnya yang hanya memiliki tiga kamar tidur dan dua kamar mandi. Perkarangan luas yang dihuni oleh beberapa tanaman dan bunga, serta gazebo kecil yang terisi dengan kursi malas dan meja kecil ... semua itu, sempat membuat Estelle tidak berkedip. Semua yang ia lihat di perkarangan itu adalah ciri-ciri halaman rumah yang ia suka. Bahkan Estelle sampai menelan saliva ketika melihat rumput yang membentang luas. Pasti akan lebih terasa nyaman jika diinja
Baca selengkapnya

TAMU TANPA UNDANGAN

"Madre, beri El kekuatan. Mantra yang Madre berikan tidak cukup," lirihnya di sela isak tangis yang ia redam suaranya.   =====   Candle light dinner, kira-kira seperti itu penampakan di ruang makan yang cukup luas di sana. Meski tanpa lampu yang meredup, tetapi lilin dan bunga mawar merah yang menghiasi meja sudah cukup membawa kesan romantis, terlebih ada sebotol wine yang juga ikut disediakan. Biasanya, Sam makan dengan penampilan meja yang biasa saja. Cukup ada air dan makanan. Namun, beberapa menit lalu ia memerintahkan pengurus rumahnya untuk mengatur ulang ruangan itu agar terlihat lebih nyaman dan cantik. Bagaimanapun, Estelle adalah tamu spesialnya. "Tuan, apa mau saya datangi saja? Mungkin, Nona tersesat," ucap pelayan wanita paruh baya. "Tidak perlu, biarkan dia menikmati waktu sendirinya," balas Sam seakan mengerti apa yang sedang diperlukan Estelle. Kedua tangan yang menampung dagu mulai dituru
Baca selengkapnya

WANITA SIMPANAN DAVE

Dalam ruangan yang minim pencahayaan. Wangi aroma segar dan manis strawberry yang menguar, tercium di sana. Bayangan dari dua tubuh yang saling bertumpuk di atas ranjang nampak terlukis jelas di dinding. Entah sudah berapa kali, suara erangan dan hembusan napas berat terdengar mengusik sunyi di sana. Sepasang kaki berbulu, terlihat sedang dalam posisi tengkurap. Sedangkan, sepasang kaki lain terjulur di bawah kaki berbulu itu. Saling berpelukan di atas ranjang mobil MQueen. Kaki yang menggantung, menjadi bukti jelas kalau ranjang itu terlalu kecil untuknya. "Lea, sampai kapan aku akan seperti ini?" Tidak ada jawaban. Dave kembali menghela napas, tangannya semakin erat memeluk tubuh besar dan lembut yang berada di atasnya. Lingkar emerald yang memaku lurus pada langit-langit, nampak tidak bersinar. Kini, pikiran Dave sedang menjelajah mundur, mengingat kejadian di mana dirinya dibentuk untuk membenci wanita. Sejak berusia tujuh tahun, Dave tela
Baca selengkapnya

TERJEBAK SENDIRI

[Aku menunggu kata terima kasihmu. Sebagai Daddymu, sudah seharusnya aku membereskan masalah anakku, bukan? Lihat keuntungan yang akan kamu dapatkan berkat diriku.]=====Keseriusan sorot mata dibalik bingkai kacamata yang merefleksi layar laptop tidak menjamin semua pikirannya juga ikut terfokus pada tugas-tugas kantornya itu. Sudah hampir tiga jam, Dave menyibukkan diri dengan setumpuk laporan hotel yang seharian kemarin ia tunda, ditambah kiriman berkas dari Sam yang harus ia periksa dan harus dikembalikan siang ini.Jika ditanya mengapa pekerjaannya bisa terbengkalai, itu semua karena Louis. Pria itu mengacaukan rencananya. Harusnya ia sudah bisa menghancurkan Estelle, tetapi sekarang kenapa dirinya merasa ikut hancur? Meski semua orang masih berpihak padanya.Kembalinya Louis ke negara ini tanpa kabar membuatnya terkejut. Apalagi pria yang berstatus sebagai ayahnya itu sudah tahu kalau phobianya belum benar-benar sembuh. Bukan hanya sekedar menebak,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status