Home / CEO / My Bitchy Lady / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of My Bitchy Lady: Chapter 41 - Chapter 50

56 Chapters

Bab 41 : Pergi Tanpa Pamit

Awalnya Mei Li tidak paham apa yang hendak dilakukan oleh pria ini, tapi saat Levi memijat kakinya dia sadar kalau pria itu sedang memperhatikan kondisi kakinya yang terluka. Mei Li meringis kesakitan saat tangan Levi memijat tepat pada bagian kakinya yang terkilir. “Tahan rasa sakitnya sebentar,” seru Levi kepada Mei Li. Dengan kuat dan tegas Levi mengarahkan pergelangan kaki Mei Li ke arah yang benar. Terdengar suara tulang yang bergemeretak saat Levi melakukannya. Mei Li berteriak pelan menahan rasa sakit sambil meremas pundak Levi. Levi melirik ke arah matanya, dia ingin memastikan gadis itu sudah tidak merasa sakit lagi. Levi menggerak-gerakan kaki Mei Li. Mei Li tidak merasakan rasa sakit lagi, kakinya yang terkilir sudah berhasil disembuhkan. Mei Li tersenyum senang kepadanya. “Terima kasih Le
Read more

Bab 42 : Rumah Yatim

Setelah keluar dari stasiun MRT, Levi berlari cepat menuju rumah yatim. Dia terlihat sangat gugup, ada berita buruk yang baru saja dia dapatkan dari Rose tadi pagi. Rose adalah rekan sekerja Levi di kampus. Levi sudah mengenal Rose sejak mereka masih kelas 1 SMA. Mereka terus berteman baik sampai mereka menempuh pendidikan lanjut di kampus yang sama. Saat senggang Rose sering mampir ke rumah yatim untuk membantu anak-anak yang ada di sana. Di depan rumah yatim, terlihat anak-anak sedang asik bermain di pelataran taman. “Tito, di mana Kak Rose sekarang?” tanya Levi cepat. “Kak Levi,” seru Tito bocah berumur 9 tahun, dia terlihat lebih dewasa dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. “Kak Rose ada di dalam kamar Bunda. Kak Rose tadi pinta Tito untuk menjaga anak-anak yang lain.” “Baiklah, kalau begitu kamu tetap jag
Read more

Bab 43 : Cemburu

“Levi, siapa gadis itu?” tanya Rose curiga. “Apakah kamu mengenalnya?” “Ya, dia adalah majikan perempuan saya.” Rose memang sudah tahu Levi sedang bekerja di rumah Tuan Baron Lee untuk menjaga cucunya yang masih gadis, tapi dia tidak menyangka akan bertemu dengannya di tempat ini. Levi berjalan ke arah Gita, memegang tangannya dan mengajak gadis itu untuk pergi ke tempat lain. “Ayo kita berbicara di sana, di sini tempat anak-anak sedang bermain.” “Lho kenapa saya harus pergi, saya kesini memang bermaksud mau berkunjung ke rumah kamu kok.” “Hah? Maksud kamu?” Levi semakin tidak percaya, kenapa gadis seperti Gita mau datang berkunjung ke rumahnya. Apakah dia memang sudah sangat bosan hingga sengaja datang ke rumah yatim untuk mengerjainya? “Ta
Read more

Bab 44 : Astaga

“Hei hentikan,” lerai Levi kepada dua gadis yang sebenarnya sudah bukan kanak-kanak lagi. “Kenapa kalian berdua jadi seperti ini sih?” Gita dan Rose kompak diam. “Sini kemarikan makanannya biar saya sendiri saja yang menyuapi Bunda makan,” ujar Levi meminta makanan yang sudah mereka persiapkan untuk Bunda. “Ambil ini saja,” pinta Gita kepada Levi. “Jangan Levi, lebih baik ini saja, Bunda lebih suka makan bubur ayam buatan saya,” paksa Rose agar Levi mengambil bubur miliknya. “Hei kalian ini kenapa sih, baru saja saya bilang jangan buat Bunda bingung dengan tingkah kalian. Sebaiknya kalian berdua pergi dari tempat ini sekarang juga.” Levi mengambil makanan milik mereka dan meminta mereka berdua keluar dari kamar secepatnya. Saat Levi menyuapi Bunda Reyha dengan bubur a
Read more

Bab 45 : Buah Kenikmatan

Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Levi merasa kesulitan untuk mengingatnya. Setahu dia kemarin malam mereka hanya makan dan minum di depan tenda kemah, tapi kejadian setelah itu dia tidak bisa mengingatnya. Levi melihat warna rambut dari wanita itu coklat tua lurus sempurna. Dia coba menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya. Hidungnya lurus sempurna seperti wanita yang berasal dari daerah pakistan, warna bibirnya merah muda dengan warna alaminya. Matanya sayu dengan bulu mata lentik yang memperindah rupanya. Dia adalah Rose teman dekatnya sejak masa SMA. Tapi kenapa Rose bisa tidur berdua dengannya di tempat ini? Levi benar-benar tidak bisa mengingatnya, kepalanya masih terlalu pening akibat pengaruh wine tadi malam. Levi coba menerawang tubuh Rose yang saat ini masih tertutup oleh selimut. Dia ingin memastikan apakah mereka berdua telah melakukan hubungan intim kemarin malam. 
Read more

Bab 46 : Kedatangan Dylan Wang

“Apakah Bapak mencari Putri Gita?” tanya Billy kepadanya. “Tidakkah ini masih terlalu pagi untuk Putri Gita bangun?”   “Billy,” Levi terkejut melihat Billy sudah berada di belakangnya saat dia hendak membuka pintu kamar Gita.   “S-saya, tadi sedang mencari Rose, saya mau mengajaknya mempersiapkan sarapan pagi untuk anak-anak.”   “Oh iyah saya lupa kemarin malam Putri Gita sudah meminta saya untuk membeli beberapa bahan makanan untuk hari ini. Apakah Pak Levi mau ikut bersama saya pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahannya? Karena saya tidak tahu apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan.”   “Hmm baiklah kalau begitu saya akan ikut ke supermarket.”   Levi pergi bersama Billy ke supermarket dengan meninggalkan Rose dan Gita tetap berada di tenda kemah.   *****   Hari itu seharian mereka di rumah yatim memasak sarapan pagi dan makan siang.
Read more

Bab 47 : Pekerjaan atau Perasaan

Levi tahu ini pasti akan terjadi, tapi mendengar kata-kata itu lagi dari Tuan Baron, membuat hatinya sakit. Tuan Baron Lee memang telah membuat janji rahasia dengannya sebelum dia berangkat ke provinsi Hunan, di mana kalau Gita berhasil melangsungkan pernikahan dengan Dylan Wang, di saat itu juga tugasnya di rumah Tuan Baron berakhir. Tuan Baron Lee akan memastikan kampus tempat dia mengajar dulu akan menerimanya kembali sehingga Levi bisa mengajar lagi di universitas. Selain itu Tuan Baron juga menjanjikan kepada Levi kalau dia akan menjadi donatur tetap untuk rumah yatim di mana Levi dan Bunda Reyha tinggal. Tawaran sebagus ini tentu saja tidak mungkin bisa Levi tolak. Bagaimanapun dia memang membutuhkan itu semua. “Pak Levi, jadi apakah kamu sanggup melakukan semua tugas itu?” Levi tidak mungkin berkata tidak kepada Tuan Baron, apa alasan dia m
Read more

Bab 48 : Cantik

“Wah cantik sekali,” ujar pegawai wanita yang sedang bertugas di sana. “Gita apakah menurut kamu kalung ini cukup cantik?” “Ya kalung ini bagus, pasti akan jadi hadiah yang berharga untuk Ibu kamu.” “Nona, tolong bungkuskan kalung ini. Saya akan membayarnya dengan kartu ini.” Pegawai wanita itu sangat senang menerima kartu transaksi pembayaran dari Dylan. Berhasil menjual sebuah kalung berharga miliaran akan membuat pegawai toko itu mendapatkan bonus yang besar dari manajernya. Beberapa pengunjung wanita merasa iri dengan Gita yang terlihat dekat dengan pria keren seperti Dylan Wang. Selain tampan, masih muda, dia juga sangat kaya raya, berani membeli kalung semahal itu. Pegawai wanita itu menyerahkan kotak kalung dengan dibungkus tas mewah yang merupakan hadiah dari toko. Dylan memberikan b
Read more

Bab 49 : Para Pemain Pengganti

Dylan segera menenangkan mereka berdua dan meminta mereka tetap bekerja dengan baik. Dylan telah menjanjikan bonus yang sangat besar apabila mereka berhasil mengatasi kesulitan ini. Pemain bass dan terompet akhirnya kembali meneruskan gladi tanpa mempedulikan cacian Edward yang tidak kunjung berhenti. Levi memang sudah memberitahu kepada mereka semua tentang kondisi Edward yang sulit untuk dikendalikan, tapi di waktu yang sangat singkat ini mereka tidak punya pilihan lain selain mengandalkannya. Acara resepsi pernikahan sudah di mulai, para tamu undangan sudah mulai berdatangan menikmati jamuan acara yang dipersiapkan. Beruntung selain masalah pemain musik, tim penyelenggara acara rupanya menyiapkan gedung resepsi pernikahan ini dengan sangat baik. Keluarga mempelai pria dan wanita tampak menyukai apa yang telah mereka dapatkan dari pelayanan Paradise Land. P
Read more

Bab 50 : Sukses

Gita tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Levi, kenapa dia dengan berani mengambil keputusan seperti ini. Ya, Gita tahu mungkin pria itu juga sudah kehabisan jalan, tapi apakah menyelesaikan masalah ini dengan menampilkan sebuah kebohongan lain akan membuat dirinya terbebas dari masalah. Tidak, Levi justru membawa dia pergi menuju ke tempat pembantaian, apa yang akan dikatakan orang-orang di sana saat mereka akhirnya melihat secara langsung kalau Gita tidak bisa bermain piano. Gita sudah tidak tahu lagi apa yang akan terjadi, dia hanya berjalan mengikuti petunjuk Levi menempati kursi piano. Gita menatap ke arah mata Levi dengan tatapan mata pasrah. Levi juga menatap ke arah mata Gita, mengedip dan mengangguk kepadanya seolah-olah dia yakin seratus persen kalau segalanya akan baik-baik saja. Levi meminta kepada sang maestro untuk segera memulai per
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status