Beranda / Romansa / Pengawal Nona Muda / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Pengawal Nona Muda: Bab 61 - Bab 70

95 Bab

Silly Benedict

"Nic? Nicholas!" panggil Kim, membuat Ben berdeham untuk menyembunyikan kekagetannya. "Apa yang sedang kau pikirkan? Mereka sedang menunggumu.""Maaf," ucap Ben, lalu kembali fokus pada rapat yang sejak selesai makan siang, hingga hampir jam pulang kantor ini, belum juga selesai. "Lakukan rencana yang diusulkan bagian pemasaran. Setelah melakukan survei, akan terlihat bagaimana arah pasar dan dari sana kita bisa menentukan barang apa yang paling laku. Saya rasa, rapat sore ini, cukup sampai di sini. Selamat sore."Ben langsung menyambar jasnya dan berjalan keluar ruangan rapat. Di belakangnya, Kim mengejar dan berulang kali memanggilnya."Kau mau pergi ke mana?" tanya Kim saat mereka sudah berdua di dalam lift. "Beberapa hari ini, kau sepertinya tidak fokus dengan pekerj
Baca selengkapnya

Drunk Benedict

"Kau jatuh cinta pada Ella."Satu kalimat itu terus berulang di dalam kepala Ben. Satu kalimat yang diucapkan Peter dengan mudahnya, sambil menuang bir dan tertawa lebar. Sedangkan Ben hanya bisa mengelak dengan mengatakan bahwa Peter salah mengartikan perasaannya. Namun, seolah seperti pakar dalam hal percintaan, Peter pun tetap pada pendiriannya, bahwa Ben jatuh cinta pada Ella.Meski Ben menolak pernyataan itu berulang kali, tapi di saat bersamaan ia pun tidak kuasa menolak keinginan untuk melajukan mobilnya menuju Rochden. Apakah ini berarti ucapan Peter adalah benar? Tidak, Ben tidak mungkin memiliki perasaan cinta pada Ella. Ia menyakini bahwa ini hanyalah rasa bersalah telah memperlakukan Ella dengan buruk, sehingga Ben perlu melakukan apa pun untuk menebusnya. Setidaknya, membalas budi, karena berkat perempua
Baca selengkapnya

Unknown Number

Ben telah mengganti pakaian konyolnya dengan pakaiannya sendiri yang sudah dicuci oleh Rosaline. Namun, belum terlihat tanda-tanda bahwa ia akan pergi meninggalkan peternakan keluarga Baxter ini. Ben malah memilih duduk di serambi rumah, menikmati kue kering dan teh yang disajikan oleh Rosaline, sambil menikmati pemandangan Pedro dan teman-temannya yang berlari di lapangan rumput, para pekerja yang sibuk mengangkut jerami, dan hewan-hewan ternak yang asyik bermain lumpur."Jadi, kau adalah Benedict Cerg?"Ben menoleh dan mendapati Eden sudah berada di ambang pintu. Wanita tua itu terlihat jauh lebih sehat dari terakhir kali Ben melihatnya. Setidaknya, sekarang ia bisa mendorong kursi rodanya sendiri."Kita pernah bertemu, 'kan? Kau ... pengawal cucuku."
Baca selengkapnya

Angry Kim

Prince hampir menghabiskan setengah stoples camilan yang disediakan di atas meja kerja Ben. Ia sudah duduk di sana—mungkin—selama hampir satu jam, hanya untuk melihat Ben berjalan mondar-mandir, duduk, membuka lembaran dokumen yang tidak sampai dua detik, berdiri lagi, meneguk wine—ya apa pun yang Ben lakukan, lama-lama membuat Prince lelah."Kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan, bisakah sekarang aku pulang?"Ben menggeleng. "Kau baru boleh pulang, setelah memberiku ide untuk mendekati Ella," jawab Ben, lalu duduk di kursinya. "Kau pernah menjadi suaminya, kau pasti tahu semua yang membuat hati Ella luluh, apa yang disukainya, apa yang dibencinya—"Kedua bahu Prince berguncang hebat mendengar ucapan Ben yang belum selesai itu. Andai s
Baca selengkapnya

Reunion

"Kau suka dengan kuenya?" tanya Kim pada Ben, setelah ia menyuapkan satu sendok penuh potongan keik. "Ini adalah keik favoritku."Ben tersenyum kecil sambil mengangguk."Kau sengaja mengajakku ke sini?""Aku?" bingung Kim. "Aku tidak pernah mengajakmu, Nic. Aku hanya menawarimu untuk ikut ke Rochden. Kau ada di sini adalah keputusanmu sendiri.""Kau tahu Ella bekerja di sini?"Kim meletakkan sendoknya, meminum air di gelas, lalu mengusap sisa air di ujung bibirnya dengan tisu. Ia mengambil napas panjang, kemudian menoleh dan tersenyum pada Ben. "Nic, aku pun sama terkejutnya denganmu saat melihat Ella berdiri di balik etalase. Kau tahu sendiri bahwa aku jarang
Baca selengkapnya

Confession

"Kau benar baik-baik saja, El?" tanya Jensen, ia masih mengkhawatirkan Ella yang jadi lebih banyak diam setelah kepergian pelanggan yang tidak diinginkannya. "Sebaiknya kau pulang dan beristirahat. Astrid pasti mengerti kondisimu. Aku yang akan memberitahunya.""Tidak perlu," tolak Ella. "Jam kerjaku masih sisa setengah jam lagi. Setelah selesai, aku akan langsung pulang.""Baiklah kalau begitu.""Apa nanti kau akan pergi menemani Kim?"Jensen yang hendak menghabiskan kopinya, langsung tersenyum kecil. "Kenapa? Kau tidak rela aku pergi dengannya? Kau cemburu?"Ella melengos mendengar kalimat Jensen. "Bukan begitu, aku—"
Baca selengkapnya

Forever Yours

"El, kau benar-benar membiarkannya menunggumu di luar?" tanya Rosaline sambil mengintip melalui celah gorden."Aku tidak menyuruhnya menunggu. Itu pilihannya sendiri," jawab Ella sambil menyuapkan suapan terakhir makan siangnya—yang terlambat.Rosaline menggeleng pelan melihat sikap nona mudanya ini. Ia kemudian duduk di sebelah Ella dan menatapnya dalam diam. Sedangkan Ella yang ditatap intens oleh Rosaline, tentu saja merasa tidak nyaman, sebisa mungkin ia menghindari Rosaline dengan menghabiskan jus apel."Nana sudah memberimu lampu hijau. Bahkan sekarang dia sedang asyik menemani Ben di luar. Mengapa kau begitu keras kepala menolaknya?" bingung Rosaline. "Orang buta pun bisa melihatnya, El, kalau kau sedang membohongi perasaanmu sendiri. Kau juga mencintai dia,
Baca selengkapnya

No Other

"Terima kasih," ucap Ella saat menerima secangkir teh yang masih mengepulkan asap, dari Ben. Kemudian ia letakkan cangkir itu di dekat kakinya, dan segera merapatkan selimut ke tubuhnya. Ia melongok ke jendela, bulan masih berada di atas sana, meski sempat tertutup awan. Mendadak, cuaca yang hangat siang tadi, malam ini berubah sangat dingin. Mungkin minggu depan sudah memasuki musim dingin."Kau sedang melihat apa?" tanya Ben yang sudah duduk di belakang Ella, lalu menarik tubuh wanita itu mendekat padanya, ke atas pangkuannya, dan memeluknya. Ia menarik selimut yang dikenakan Ella, hanya untuk menyelimutkannya kembali membalut pada tubuhnya dan Ella."Tidak ada. Aku hanya sedang berpikir.""Tentang?""Sikap Nana s
Baca selengkapnya

Fear

Ben baru saja mengakhiri teleponnya dengan Ella, setelah memberitahu bahwa Kim sudah dipindah ke ruang rawat dan sekarang tinggal menunggu hasil tes yang dijalaninya. Ben tahu, tidak seharusnya ia bersikap seperti ini dengan kondisi Kim yang belum sadarkan diri sejak kemarin—tersenyum seperti orang tolol dengan langkah ringan menuju mesin penjaja minuman otomatis. Ia membeli dua botol minuman soda, sambil terus memikirkan Ella di kepalanya.Ben sadar, dengan sikapnya ini, dia memanglah seorang bajingan.Ben kembali ke kamar rawat Kim dan ia terkejut mendapati istrinya itu sudah siuman."Kim?"Kim yang masih belum sadar sepenuhnya, berusaha menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya. Satu erangan kesakitan
Baca selengkapnya

Guilty and Regrets

Sudah hampir dua jam Ben duduk di kursi, di bagian paling ujung meja, dan di hadapannya lebih dari 10 orang kolega bisnisnya sibuk membahas tentang keberlangsungan perusahaan Wade. Ben tidak menyangka, di saat dirinya sibuk mencari keberadaan Ella, Kim yang berusaha menggantikannya, malah membuat semuanya semakin memburuk.Entah apa yang dipikirkan oleh Kim saat itu, karena di bawah kepemimpinannya, beberapa aset perusahaan terjual tanpa ada uang yang masuk. Berulang kali Ben menyakinkan para koleganya, bahwa ia tidak mengetahui apa yang dilakukan Kim, tapi mereka sulit percaya. Lebih buruknya, mereka menuduh Ben memberikan pengaruh buruk pada Kim, setelah kematian Garrett Wade."Bagaimana mungkin kau mengatakan kalau tidak tahu mengenai penjualan lahan dan pabrik kita di utara? Jelas-jelas di surat jual beli itu ada tanda ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status