Home / Romansa / Pengawal Nona Muda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pengawal Nona Muda: Chapter 11 - Chapter 20

95 Chapters

(18+) Her Temptation

Ben sepertinya harus segera menceburkan diri ke danau yang ada di luar untuk mendinginkan otak dan tubuhnya, yang seketika memanas akibat segala hal yang dilakukan Ella pada tubuhnya. Gadis itu menggesekkan dadanya ke tubuh Ben. Pria yang diam di penjara selama 15 tahun dan tidak dapat menyalurkan gairahnya dengan benar, selain dengan sabun dan tangannya—itu pun seringkali terganggu oleh tahanan lainnya yang sudah tidak sabar untuk memuaskan hasratnya. Lalu bagaimana bisa menahan godaan dari seorang Radella? Otak Ben berusaha waras, tapi tubuhnya memilih mengikuti permainan Ella. Ben bukanlah pria polos dan bodoh yang tidak tahu maksud dari segala tindakan Ella saat ini. Ben tahu benar, bahwa gadis yang sekarang berada di bawah kuasanya, sengaja menggoda, agar dia memiliki alasan untuk memecat Ben. Namun, Ben juga punya rencananya sendiri. Dia akan membuat Nona Muda yang suka memberontak ini, tergila-gila padanya. Ben akan membuat Ella tidak bisa hidup tanpanya. Persetan jik
Read more

Mysterious Max

Ella membuka mata dan mendapati sepi di hadapannya. Detik berikutnya, dia seperti tersadar dari hipnotis gairah yang semalam diciptakannya bersama Max. Ella terduduk, membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot hingga ke perutnya.“Apa yang semalam belum puas?”Suara serak Max yang berasal dari luar membuat Ella langsung menarik selimut itu untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang polos. Sekali dia mengintip bagian bawah tubuhnya—celana dalamnya masih di sana—Ella langsung menghela napas lega.“Kenapa harus malu, Nona?” tanya Max yang menghampiri Ella, lalu mengecup bibirnya.“Kurang ajar!” maki Ella, lalu mendorong tubuh Max, beranjak memunguti seluruh pakaiannya, dan berlalu masuk ke kamar.Dari dalam kamar, Ella masih mendengar kekehan Max yang sedang menertawakan dirinya. Ella menggeram kesal dan buru-buru memakai kembali pakaiannya. Untuk beberapa saat dia menatap pantulan dirinya di cermin.
Read more

Fragile Ella

Ben menutup album foto yang ditemukannya beberapa saat yang lalu. Album foto keluarga Softucker yang terlihat sangat bahagia. Berbeda sekali dengan keluarganya. Ayah dan ibu Ben bercerai saat dirinya berusia 12 tahun. Sejak saat itu, Ben tidak pernah lagi melihat ibunya. Kabar terakhir yang dia dengar, ibunya sudah menikah lagi dengan pria berkebangsaan asing dan kini menetap di negaranya. Meninggalkan Ben dan ayahnya dalam keterpurukan.Ben menoleh sesaat, menatap majikannya yang masih terlelap di sofa. Tidak heran gadis itu begitu lelap, dia pasti lelah setelah melewati malam yang begitu menggairahkan. Terlebih saat tubuhnya menegang dang menjerit, karena kenikmatan yang diberikan oleh orang rendahan yang sanggup memuaskannya.Ben beranjak mendekati Ella, gadis itu menggeliat pelan seraya menggumam akan sesuatu. Ben sedikit lebih dekat dan Ben mendengar Ella menyebut nama seseorang berulang kali. Ben kembali menegakkan punggungnya, menarik selimut untuk menutupi tubu
Read more

Unusual Feeling

“Aku yang terlalu perasa atau sedari tadi pengawalmu yang seperti papan berjalan itu selalu menatapku?”Ella menoleh ke arah anggukan Grace. “Maksudmu Dave?”“Iya.”“Dia memang sedang menatapmu. Dia menyukaimu.”Grace hampir saja memuntahkan jus apel di dalam mulutnya, saat mendengar ucapan Ella. “Menyukaiku?” Grace langsung buru-buru menyambar topeng di meja.Ella mengangguk. “Kau pikir topeng itu bisa menyembunyikan pesonamu yang telah membius Dave?” cibir Ella. “Kau terlalu sibuk dengan deretan kekasih tidak bergunamu itu, sehingga tidak bisa melihat ada seorang pria menantimu, menyukaimu dari sejak awal kau datang ke rumahku.”“Kau mengada-ada.”“Tidak. Kau saja yang buta. Aku bisa langsung mengetahui kalau Dave punya perasaan terhadapmu.” Ella menatap Grace yang tersenyum simpul dengan tatapan yang tidak lepas dari para pen
Read more

An Old Friend

Sudah seminggu sejak kejadian di pondok dan James Softucker masih bersikap sama, seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya satu yang berbeda, Ben tidak lagi ditugaskan menjadi pengawal Ella. Ben tidak akan protes dengan keputusan James yang menugaskan dirinya untuk menjadi satpam di rumah. Ini jauh lebih baik, Ben bisa mengawasi jadwal kegiatan seluruh orang rumah dengan baik.James setiap pagi—kecuali akhir pekan—di jam yang sama akan berangkat ke kantor bersama supirnya. Saat jam makan siang, James lebih senang menghabiskan waktu di kedai kopi dekat kantor agar tidak terlalu membuang banyak waktu di luar. Setelah itu dia akan kembali tenggelam dalam pekerjaannya dan baru pulang menjelang jam makan malam. Di akhir pekan, James lebih senang menghabiskan waktunya dengan membaca buku di halaman belakang atau memutar piringan hitam musik klasik di ruang kerja. Sedangkan untuk Ella, akan berangkat ke kampus setelah sarapan. Seharian dia akan menghabiskan waktu bersama Grace
Read more

At Loshen

Ella pikir, hari-harinya akan kembali tenang setelah berhasil menyingkirkan Max dari kehidupannya. Namun, kenyataannya adalah sebaliknya. Hampir setiap malam pikiran Ella dipenuhi oleh Max. Ella tidak pernah menyangka, bahwa peristiwa satu malam di pondok musim panas Softucker, begitu menghantuinya. Berulang kali Ella berusaha mengenyahkan bayangan tubuh serta sentuhan Max, tapi yang terjadi adalah Ella malah merindukannya, menginginkan pria itu untuk kembali menyentuhnya. Hampir setiap malam pula, Ella bertanya-tanya, apakah Max juga merasakan hal sama? Belum lagi dengan tingkah Grace yang setiap hari seperti kaset rusak, merengek untuk bisa datang ke rumah—sekedar untuk bertemu Max.Hari-hari berlalu dan Ella menyadari, bahwa tidak hanya Grace yang ingin bertemu dengan Max, tapi juga dirinya sendiri. Seperti saat ini, Ella belum juga beranjak dari balik jendela kamarnya, karena hanya dari sanalah Ella bisa melihat Max yang sedang berada di pos jaga gerbang depan. Dari tempatnya itu,
Read more

Unknown Desire

Vernon tertawa lirih saat membaca tajuk berita yang terpampang di koran Rotter Daily. Kabar bahwa dua keluarga besar akan bersatu, menjadi berita panas hari ini. Setelah semalam acara pertunangan antara Radella Softucker dan Prince Loshen menjadi gambaran awal bagaimana bisnis keluarga mereka akan berjalan ke depannya nanti. Dalam semalam, harga saham Loshen Corp. langsung melejit, begitu pula dengan milik keluarga Softuckker, dan hampir seluruh orang di Rotterfort tidak berhenti membicarakan tentang hal itu. Vernon tidak sabar ingin melihat bagaimana reaksi Ben tentang berita ini. Pria itu pasti sangat kecewa, karena rencananya terganggu. Namun, sepertinya Vernon salah. Ben terlihat biasa saja saat melangkah masuk ke kedainya dan langsung menyambar satu gelas whiski yang baru dituangnya. Tidak nampak raut bingung, kecewa, atau apa pun di wajah pria itu. Bahkan saat matanya membaca tajuk koran, Ben hanya mendengus kecil, lalu kembali menandaskan whiskinya. “Kau baik-
Read more

Two Faced

Ella hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar kabar bahwa Max memiliki kekasih. Berita itu, jauh lebih tidak lucu dari lawakan yang pernah dilontarkan Grace tentang salah satu dosen mereka. Namun, saat seorang wanita—oh, tidak, bagi Ella, dia lebih terlihat seperti pelacur murahan dari Red District—bergelayut dengan cara paling menjijikan yang pernah Ella lihat. Tentu saja, saat Max membawa pelacur itu diperkenalkan, Ella lebih memilih menjilat es krim murahan dari penjual di tengah taman. “Kau baik-baik saja?” tanya Prince. “Ya, kenapa memangnya?” “Hari ini kau lebih pendiam dari biasanya. Kau juga mau datang ke taman untuk berkencan denganku.” “Kau jangan besar kepala, Prince. Aku datang ke sini, karena tidak ingin mendengar ocehan James yang terus menyuruhku untuk menemuimu,” kesal Ella. “Hari ini, kita hanya perlu duduk dan menunggu wartawan mana pun untuk menangkap basah kita berdua, ‘kan?” “Sayang, kenapa masih bersikap s
Read more

Wake Her Up!

Ben menggeram marah, karena gagal mengejar laju mobil Prince. Dirinya tidak menyangka, bahwa pasangan bodoh itu akan mengakalinya sampai seperti ini, bukankah itu artinya Ben lebih bodoh? Kenyataan itu membuat Ben sekali lagi memukul setir mobil, memaki, dan menambah laju mobilnya seperti orang kesetanan. Ben tidak peduli lagi dengan lalu lintas dan makian dari mobil lain, karena saat ini yang paling penting adalah menemukan keberadaan Ella dan menyeret gadis itu pulang.Dan di saat Ben hampir putus asa, dirinya baru menyadari bahwa dia memiliki cara untuk tahu di mana posisi Ella. Ben meraih ponselnya, membuka aplikasi GPS-nya yang terhubung dengan ponsel Ella. Ini sebenarnya adalah standar keamanan yang diterapkan di keluarga Softucker. James benar-benar mempertimbangkan segala hal—khususnya mengenai keselamatan Ella. Oleh karena itu, James diam-diam memasang pelacak di ponsel Ella yang terkoneksi dengan ponsel para pengawal di rumah. Ben tersenyum penuh kemenangan sa
Read more

Something Strange

Sialan!Entah sudah berapa kali Ella memaki sampai saat ini. Sudah setengah jam berlalu dan belum ada tanda-tanda jika Max akan segera keluar dari pintu itu. Juga Ella sudah lupa, berapa kali dirinya melirik spion, memastikan bahwa gerombolan di belakang sana semakin mendekatinya. Sebut Ella terlalu besar kepala, mengira gerombolan itu mengincarnya, tapi bagaimana jika itu adalah yang sebenarnya? Kalau gerombolan itu tiba-tiba saja mengepung mobil, Ella tidak tahu bagaimana cara untuk melindungi dirinya. Bisa saja dia berteriak, tapi butuh waktu berapa lama untuk Max mendengar dan segera berlari menyelamatkannya. Bahkan Ella yakin, Max hanya akan berdiri di teras rumah bobrok itu dengan senyum menyebalkannya.Namun, semua pikiran buruk itu, ternyata tidak mampu membuat panas dan rona merah di pipi Ella menghilang. Sejak dirinya membuka mata pagi tadi dan menemukan dirinya dalam pelukan Max, membuat degup jantungnya berantakan. Mengingat bagaimana Max menyentuhnya, memb
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status