Home / Romansa / An Empty Heart (INDONESIA) / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of An Empty Heart (INDONESIA): Chapter 71 - Chapter 80

117 Chapters

Bab 71

Damien menuruni anak tangga sambil menggulung lengan kemeja hingga mencapai siku. Saat ini, Damien sudah terlihat sangat rapi dan wangi. Memakai setelan kemeja berwarna hitam dan celana jeans berwarna senada. Kancing kemeja bagian atas tidak terkancing, sehingga menampilkan sedikit dada bidangnya."Kau mau kemana, Damien?"Pertanyaan dari Bailey membuat Damien sedikit tersentak dan menoleh ke arah Bailey. Pria itu sudah duduk di meja makan bersama Airin. Damien langsung menghampiri orang tuanya."Ayah, Ibu, malam ini aku akan makan di luar. Teman-teman lamaku ingin merayakan kesembuhanku," dusta Damien."Memangnya tidak bisa ditunda besok saja?" tanya Bailey. "Kasihan Ibumu sudah menyiapkan makanan sebanyak ini. Setidaknya hargai kerja keras Ibumu."Damien terdiam dan menunduk. Sejujurnya, ia juga malas pergi keluar. Tapi Damien harus tetap pergi untuk memenuhi janjinya. "Ayah, mereka sudah menunggu sejak tadi. Mereka datang jauh-jauh dari luar kota demi memberi kejutan ini.""Tapi ….
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Bab 72

Velice melirik ke arah Damien yang sibuk menatap ponselnya sambil tersenyum. Ia merasa kesal karena Damien mengabaikannya."Kenapa kau senyum-senyum sendiri? Apa itu pesan dari wanita bodoh itu?" tanya Velice dengan nada sinis.Damien menatap sekilas ke arah Velice. Kemudian ia kembali fokus pada ponselnya. Damien memang tengah bercanda gurau dengan Dyandta melalui aplikasi chat. Bahkan Damien mengabaikan pertanyaan Velice. Sehingga membuat Velice semakin kesal."Damien!" seru Velice hingga memancing pandangan dari pengunjung lain."Apa?" sahut Damien tanpa menatap Velice.Velice mendengus kesal sambil berkata, "Kau tidak ingat dengan perjanjian itu, hah? Jika sedang bersamaku, kau harus mengabaikan istrimu.""Kau pikir, aku bodoh?" Damien sudah selesai berurusan dengan ponselnya. Ia menatap Velice dengan tajam. "Aku yang membuat perjanjian itu dan aku masih ingat apa isinya. Di dalam isi perjanjian itu, tidak tertulis mengenai hal yang kau katakan tadi. Bahkan aku tidak akan pernah m
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Bab 73

Damien tiba di kantor lebih pagi hari ini. Pukul 07.15 pagi ia sudah sampai. Damien hanya ingin melihat apakah para staf dan karyawannya mengikuti kebijakan dan peraturan baru yang ia buat kemarin. Jika masih ada yang melanggar, maka konsekuensinya adalah pemecatan secara tidak hormat. Bahkan tanpa pesangon.Pria itu menunggu di lobi, dekat dengan meja resepsionis sambil menatap ke arah pintu masuk. Damien melihat Pablo datang dengan membawa tas kerja serta buku agenda yang memang selalu Pablo bawa kemanapun dia pergi."Selamat pagi, Tuan," sapa Pablo."Pagi, Pablo," balas Damien diiringi senyuman manis. "Kau datang lebih pagi hari ini.""Saya memang selalu datang sepagi ini, Tuan."Damien manggut-manggut. "Itu bagus. Pertahankan itu.""Baik, Tuan."Tak berapa lama, muncullah para kepala divisi yang tiba bersamaan. Mereka langsung menyapa Damien dengan ramah."Kami ke ruangan dulu ya, Tuan," pamit Aslan.Damien hanya mengangguk dan membiarkan mereka pergi. Begitu juga dengan Pablo. Da
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Bab 74

Damien keluar dari kantor saat jam makan siang. Ia menepati janji dengan Velice yang mengajaknya bertemu di kafe milik George. Damien masuk ke dalam Lunar's Cafe dan mencari keberadaan Velice."Damien!"Pria itu menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Velice tidak duduk di kursi yang biasanya mereka tempati. Velice memilih kursi yang berada di sudut kafe. Damien menghampiri wanita itu dan duduk di hadapannya."Ayo, dimakan. Aku sudah pesankan makanan ini untukmu," ucap Velice.Damien sedikit mengernyit. Velice memesankan makanan untuknya, namun Velice sendiri tidak memesan apa-apa. Hanya ada segelas jus saja."Maaf, aku sudah kenyang," tolak Damien sambil mendorong piring tersebut.Velice terlihat kesal karena Damien menolak makanan yang ia pesan. "Aku sudah membayar mahal untuk makanan itu, Damien. Setidaknya kau makan sedikit saja.""Aku sudah kenyang. Jangan memaksaku untuk memakannya. Jika kau merasa sayang dengan makanan itu, kenapa tidak kau saja yang makan?"Wajah Velice mendada
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Bab 75

Velice memakai pakaiannya kembali setelah puas bercinta dengan George. Pria itu cukup ganas, namun Velice menyukainya. Sudah tiga kali mereka melakukan hal itu, sampai membuat kaki Velice lemas.Wanita itu membetulkan riasan dan rambut yang sudah acak-acakan. Setelah rapi, barulah ia mendekati George yang sedang duduk di sofa sambil menghisap sebatang rokok di mulutnya."Mana bayaranku?" tagih Velice.George mengambil ponselnya yang berada di atas meja, lalu membuka aplikasi m-banking. "Sebutkan nomor rekeningmu," perintahnya.Velice pun menyebutkannya dengan penuh semangat. Dan tak berapa lama, muncul notifikasi di ponselnya. Uang dengan jumlah yang besar sudah masuk ke rekeningnya."Sudah cukup?" tanya George."Sudah!" Velice berseru kegirangan. Ia tidak pernah melihat uang sebanyak itu. "Terima kasih, Tuan. Aku sudah berubah pikiran sekarang. Tawaranmu aku terima dengan senang hati," lanjutnya.George tersenyum sinis. "Tapi kau harus ingat syarat yang kuberikan padamu.""Tentu saja
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Bab 76

Pukul 18.15 sore, Damien dan Dyandta tiba di rumah. Saat Dyandta datang ke kantor, Damien meminta Tommy untuk pulang saja ke rumah terlebih dulu, karena Damien akan pulang bersama istrinya.Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan menyapa Bailey serta Airin yang tengah duduk bersantai di ruang tamu sambil menikmati segelas teh dan kopi."Kalian pulang bersama?" tanya Airin."Iya, Bu," jawab Damien. "Tadi, Dyandta mampir ke kantorku.""Ah, pantas saja Tommy pulang lebih awal," ujar Airin. "Ya sudah, kalian pergi mandi. Setelah itu kalian makan ya. Ibu sudah memasak makanan kesukaan kalian.""Baik, Bu."Damien dan Dyandta kembali melangkah menuju kamar mereka di lantai dua. Sesampainya di kamar, Damien merebahkan diri di atas kasur. Rasanya lelah sekali mengurusi berkas-berkas di kantor."Kau tidak ingin mandi, Suamiku?" Dyandta bertanya sambil mengambil handuk bersih dari dalam lemari pakaian."Nanti aku menyusul, Sayang. Aku ingin meluruskan tubuhku sebentar.""Baiklah."Dyandta bergega
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Bab 77

Pukul 05.00 pagi, Damien sudah terbangun. Ia duduk bersandar sambil mengusap kedua matanya. Diliriknya sesaat jam dinding di arah kiri, kemudian Damien mengambil ponselnya di atas nakas. Ia teringat dengan pesan yang dikirimkan oleh Velice semalam. Damien memang sengaja tidak membacanya dan ia terpaksa memasang kata sandi agar Dyandta tidak membukanya.Damien membuka aplikasi chat. Betapa terkejutnya Damien saat melihat pesan yang begitu banyak dari Velice. Bukan hanya pesan. Ada juga panggilan tak terjawab dari wanita itu.Pria itu membaca satu per satu pesan yang ada di layar ponselnya. Pesan tersebut berisi makian dan ancaman dari Velice karena Damien mengabaikannya. Selain itu, Velice juga menuntut Damien karena tidak menemaninya makan malam. Padahal George sudah mengatakan pada Damien bahwa Velice tidak akan mengganggu kehidupannya lagi. Tapi nyatanya, Velice masih saja gencar menghubunginya."Sialan!" umpat Damien pelan.Nomor Velice segera diblokir dan dihapus oleh Damien. Tapi
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

Bab 78

Plak!George menampar Velice saat mereka berada di ruangan pribadi George. Pukul 07.00 pagi, George sengaja menghubungi Velice dan memintanya untuk segera datang ke kafe. Saat Velice datang, George menarik paksa wanita itu sampai masuk ke dalam ruangan pribadinya. George kesal karena Velice tidak menepati janjinya.Velice menatap George dengan tajam. "Kenapa Tuan menamparku?!" teriaknya."Harusnya kau tahu apa kesalahanmu!" balas George semakin murka. Bukankah sudah kuperingatkan untuk berhenti mengganggu Damien, hah?! Kenapa kau masih mengganggunya?!""Itu fitnah! Aku tidak mengganggunya!"George mendecih lalu menekan kedua rahang Velice sambil mendorongnya. Hingga tubuh Velice menempel ke dinding. "Aku bukan orang bodoh yang bisa kau tipu, Velice! Kau itu sudah membohongiku dan melanggar perjanjian kita!""Su-Sungguh. A-Aku tidak melanggarnya," ucap Velice terbata sambil meringis."Selagi aku memberimu kesempatan untuk mengaku, manfaatkan itu. Jika tidak, kau akan menerima resiko ya
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more

Bab 79

Dyandta kembali ke meja kerjanya setelah puas menangis sambil menatap hujan dari jendela. Ia menghapus air matanya. Menarik napas dalam, lalu membuangnya perlahan. Berusaha untuk tenang karena saat ini ia sedang berada di rumah sakit. Dyandta harus bersikap profesional.Saat dirinya sudah mulai tenang, telepon di atas meja kerjanya berdering. Dyandta segera menjawabnya dengan suara yang parau karena habis menangis."Halo," jawab Dyandta."Halo, Dokter. Maaf mengganggu waktu anda. Tapi ada satu pasien yang butuh pertolongan anda, Dok.""Baiklah. Suruh dia masuk," perintah Dyandta."Baik, Dok."Dyandta kembali meletakkan telepon itu di tempat semula dan menunggu kedatangan pasien yang dimaksud oleh asistennya tadi. Sambil menunggu, Dyandta menyempatkan diri untuk menyimpan map tadi di laci mejanya. Setelah itu, ia juga menyiapkan buku catatan seperti biasanya.Hingga beberapa saat kemudian, pasien yang dimaksud datang dan masuk ke dalam, ditemani oleh orang tuanya. Dyandta mempersilahka
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more

Bab 80

Melihat kedua orang tuanya pergi, Marco langsung panik dan berteriak histeris. Sampai membuat Dyandta dan asistennya terkejut setengah mati. Apalagi Marco berlari ke arah pintu ruangan yang terkunci sambil menghantukkan dahinya di pintu itu secara berulang. Memanggil orang tuanya dan memaki Dyandta karena telah mengusir orang tuanya dari ruangan itu."Kurang ajar! Kau mengusir mereka! Kurang ajar!"Teriakan itu sempat membuat Dyandta bingung. Hingga akhirnya, Dyandta tersadar dari kebingungannya dan segera mengambil obat penenang. Ia meminta asistennya untuk memegangi Marco."Tolong pegangi dia.""Baik, Dok."Sang asisten berusaha mendekap tubuh Marco dari belakang. Marco yang memiliki tenaga lebih besar langsung memberontak hingga tubuh sang asisten terhempas ke lantai."Tidak bisa dibiarkan seperti ini," gumam Dyandta sambil menolong asistennya. "Saya akan memegangnya. Setelah itu, suntikkan obat penenang ini. Mengerti?""Mengerti, Dok."Kali ini Dyandta sendiri yang akan turun tang
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status