Home / Romansa / An Empty Heart (INDONESIA) / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of An Empty Heart (INDONESIA): Chapter 101 - Chapter 110

117 Chapters

Bab 101

Airin melepas pelukannya pada Damien, lalu menarik tangan putranya untuk naik ke lantai dua mansion. Dulu, kamar kesayangannya ada di lantai dua dan selalu tertata rapi setiap saat. Koleksi buku-buku bacaan juga ada di dalam kamar yang cukup luas itu. Bahkan Damien sampai takjub melihat kamar Airin yang masih rapi dan luas.Di samping kanan, dekat pintu masuk, ada kamar mandi yang ukurannya juga luas. Di samping pintu kamar mandi ada dua buah rak buku berukuran sedang. Dan sedikit bergeser dari rak buku, ada balkon yang sering digunakan Airin untuk membaca buku-buku koleksinya. Hingga perabotan lainnya masih lengkap di kamar itu."Wah, ini luas sekali, Bu," ucap Damien takjub. "Bahkan lebih luas dari kamarku."Airin tersenyum. "Ya, begitulah. Ibumu ini anak satu-satunya. Jadi, Ibu sangat diistimewakan.""Beruntung sekali Ibu.""Memangnya kau merasa tidak beruntung dirawat Ibumu ini, hm?" tanya Airin sedikit kesal.Damien menyengir kemudian menjawab, "Aku juga sangat beruntung memiliki
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Bab 102

Ponsel berdering di atas meja saat Damien dan Airin sedang sibuk menyantap makanan mereka. Damien melihat ke layar ponsel yang menyala. Sebuah panggilan masuk dari George. Dahinya langsung mengernyit dan buru-buru menerima panggilan tersebut. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk saat mengabaikannya."Bu, sebentar ya," izin Damien pada Airin."Iya, Nak."Damien tidak pergi menjauh dari Airin. Ia tetap duduk di tempatnya lalu menjawab panggilan telepon dari George. "Halo, George.""Halo, Damien. Kau dimana sekarang?" tanya George yang suaranya terdengar panik dan sedikit ngos-ngosan."Aku sedang di luar bersama Ibuku," jawab Damien dengan jantung yang berdegup kencang. "Ada apa? Kenapa suaramu seperti orang panik?""Velice sudah sadar tapi dia mengamuk seperti orang tidak waras."Mendengar hal itu, Damien mendadak syok. Ia bingung harus beraksi apa saat ini. Wanita itu memang sudah sadar. Tapi psikisnya tidak baik-baik saja."Aku terpaksa menghubungi Dyandta untuk menangani Velice. Tapi
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Bab 103

"Teror?" gumam Damien dalam hati.Damien mengirimkan pesan balasan pada Pablo. Karena sejujurnya, ia baru mengetahui hal ini.[Kenapa baru memberitahu sekarang?]Damien menyimpan ponselnya. Merasa tidak tenang dengan informasi yang ia dapatkan dari Pablo. Bagaimana bisa perusahaannya mendapatkan sebuah teror? Padahal selama ini, perusahaan tersebut baik-baik saja.Denting ponsel kembali terdengar di saku celananya. Tapi, saat hendak mengambil ponsel tersebut, Dyandta sudah terlanjur menghampiri. Damien pun mengurungkan niatnya untuk melihat pesan balasan dari Pablo."Damien, bantu aku ya. Kita akan memindahkan Velice ke rumah sakitku," ucap Dyandta pada Damien.George yang baru saja selesai berbicara dengan Cacha via telepon, langsung menyahut, "Hari ini juga?""Iya. Lebih cepat, lebih baik," kata Dyandta."Tapi, kondisi kesehatannya masih belum pulih. Bagaimana kalau terjadi sesuatu?"Dyandta tersenyum pada George, kemudian menjawab, "Kau tenang saja. Dokter Rachel akan selalu berkun
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Bab 104

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Damien sudah berangkat ke kantor untuk mengadakan rapat bersama beberapa petinggi di perusahaan. Damien juga sudah menceritakan teror itu pada keluarganya saat makan malam. Kini, Damien ditemani Bailey menuju kantor. Sedangkan Dyandta harus ke rumah sakit untuk mengurus pasiennya. Hanya tersisa Airin dan Tommy di rumah karena Bailey yang meminta Tommy untuk menjaga istrinya.Di sepanjang perjalanan, Damien dan Bailey sibuk membahas masalah teror yang muncul secara tiba-tiba itu. Dulu sekali, saat perusahaan Bailey sedang naik daun, ia juga mendapatkan sebuah teror yang pelakunya adalah rekan bisnisnya sendiri."Nak, tetap waspada pada para petinggi di perusahaanmu. Ayah tidak ingin kau terjebak oleh kelicikan mereka. Dalam dunia bisnis, tidak boleh terlalu percaya pada rekan bisnis kita. Percaya sekedarnya saja. Jangan berlebihan. Terkadang teror itu datang karena dari orang dalam," nasehat Bailey."Ayah pernah mengalaminya?"Bailey mengangguk. "Tap
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Bab 105

Di rumah sakit, Dyandta tampak berlari kecil melewati lorong menuju ruang perawatan Velice. Ia mendapat laporan Velice sedang berteriak dan meminta untuk dilepaskan. Meskipun sudah diikat, tetap saja para perawat yang berjaga takut untuk mendekat. Mereka menunggu kedatangan Dyandta dengan gelisah."Lepaskan aku!"Teriakan Velice semakin jelas terdengar di telinga Dyandta. Dyandta mempercepat langkahnya dan sampailah ia di depan ruangan tersebut. Para perawat yang menunggu pun bisa bernapas lega setelah Dyandta datang."Tolong siapkan jarum suntik," perintah Dyandta pada asistennya."Baik, Dok."Jarum suntik diberikan pada Dyandta. Kemudian Dyandta menyuntikkan obat penenang secara perlahan di lengan kiri Velice. Setelah menunggu beberapa detik, barulah Velice kembali tenang. Tapi kali ini dia tetap sadar. Hanya saja lebih tenang dari sebelumnya. Dosis yang Dyandta berikan tidak terlalu tinggi.Dyandta merapikan rambut Velice yang berserakan. Tidak peduli dengan tatapan tajam Velice pa
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Bab 106

Sekitar hampir satu jam lebih berlalu, akhirnya Dyandta selesai menangani pasien-pasien yang ingin konsultasi dengannya. Dyandta bersandar sejenak di kursi sambil menghela napas lega. Kepenatan itu sungguh dirasakan Dyandta akhir-akhir ini. Padahal sebelumnya ia tidak pernah merasa lelah ataupun pusing saat menangani pasien.Dyandta melirik ke arah jam dinding. Sudah waktunya ia visit ke kamar rawat pasien. Dengan rasa malas, Dyandta berdiri dari kursi sambil memegang buku catatannya.Tapi, baru beberapa langkah, Dyandta merasakan hal yang tidak enak di perutnya. Mendadak ia mual dan berkeringat. Kepalanya terasa berat dan seperti bergoyang. Dyandta hampir terjatuh dan langsung berpegangan pada ujung meja sambil memegangi kepalanya.Sang asisten yang melihat pun panik. "Kenapa, Dok?""Tidak tahu, Angella. Kepala saya tiba-tiba pusing dan perut saya mual. Tidak enak sekali rasanya," jawab Dyandta pada asistennya itu."Kalau gitu, Dokter istirahat saja sebentar. Nanti akan saya panggilk
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Bab 107

Setelah puas berbincang dengan George dan Cacha, akhirnya Dyandta memutuskan untuk melakukan visit ke kamar rawat pasien. Meninggalkan George dan Cacha yang sesekali masih bersitegang karena hal kecil. Ia membiarkan mereka berdua di dalam ruangannya, sementara dirinya harus melanjutkan tugas rutin. Walaupun rasa sakit di kepala masih terasa. Tapi Dyandta tidak boleh bermalas-malasan.Satu per satu kamar rawat dimasuki oleh Dyandta dengan ditemani Angella. Ada beberapa pasien yang sudah mengalami kemajuan dalam beberapa pekan terakhir. Kemungkinan minggu depan pasien tersebut sudah bisa pulang ke rumah masing-masing.Kini, Dyandta sudah berada di ruang rawat Marco. Pria itu juga jauh lebih tenang dan mengalami banyak perubahan, walaupun belum sepenuhnya. Terkadang ada masa dimana Marco sering tiba-tiba berteriak dan menangis diwaktu yang bersamaan. Tapi semua itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar 5 sampai 10 menit saja. Setelah itu, Marco kembali tenang dengan sendirinya.Dyandta t
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Bab 108

Sore hari, Damien tiba di rumah sakit. Ia tampak buru-buru turun dari taksi. Bailey tidak bisa mengantarnya karena sedang meeting di luar dengan klien.Damien datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar tentang penyerangan Velice terhadap istrinya. Yang melaporkan tak lain adalah George, melalui pesan singkat. Kebetulan George harus pulang untuk beristirahat karena sedikit pusing. Apalagi tangannya juga terluka. Cacha juga pulang untuk menemani George."Sayang!" seru Damien ketika sampai di depan pintu ruangan Dyandta dengan napas tersengal-sengal.Dyandta menatap ke arah pintu setelah meletakkan sesuatu di atas meja. "Ah, kau sudah datang."Damien mengangguk sambil berjalan masuk. Ia sedikit memegang perutnya karena merasa lelah berlari dari depan rumah sakit sampai ke ruangan Dyandta."Aku langsung ke sini setelah mendapat kabar dari George. Dia bilang, kau terluka karena diserang Velice," ucap Damien sambil mengatur napasnya."Hhh! Dasar tukang mengadu," gerutu Dyandta karena kesa
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Bab 109

Selepas makan malam, Damien, Dyandta, Bailey dan Airin duduk di teras rumah. Saling berbagi cerita dan tertawa bersama. Malam ini, terasa begitu istimewa karena Dyandta tengah berbadan dua. Sesekali Damien menemani Dyandta ke kamar mandi saat mual, namun untungnya tidak terlalu sering. Hanya sesekali saja. Dan besok, Damien akan membawa Dyandta ke dokter kandungan untuk memeriksa usia kandungan istrinya.Damien terus merangkul Dyandta saat duduk di teras. Pandangannya tak lepas dari wanita cantik yang dalam hitungan bulan akan melahirkan buah cinta mereka ke dunia."Dyandta, Ibu senang sekali mendengar kau hamil. Ibu tidak menyangka. Sungguh," ucap Airin. "Padahal Ibu sudah sedikit pesimis saat orang lain menuduh Damien mandul karena waktu itu Cacha tidak kunjung hamil. Bahkan Cacha juga ikut menuduh Damien."Senyum manis terukir di kedua sudut bibir Dyandta. Digenggamnya kedua tangan Airin, lalu berkata dengan bijak, "Ibu, anak adalah titipan Tuhan. Jika Tuhan sudah berniat menitipka
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Bab 110

Pagi hari, tepat pukul 07.00, Damien dan Dyandta pergi menuju rumah sakit untuk menemui dokter kandungan. Mereka akan melakukan pemeriksaan sekaligus konsultasi. Maklum, ini yang pertama bagi mereka. Menjadi calon ayah dan ibu untuk pertama kali cukup membuat mereka sedikit gugup. Ada banyak ketakutan yang muncul, seperti keguguran dan lain sebagainya.Sekitar 30 menit, sampailah mereka di salah satu rumah sakit ternama di New York. Mereka masuk ke lobi dan berjalan menuju poli kandungan setelah mengambil nomor antrian. Karena masih pagi, antrian belum terlalu banyak. Mereka mendapat antrian nomor 4. Mereka tidak akan menunggu terlalu lama.Satu per satu pasien mulai dipanggil untuk bertemu dengan dokter kandungan tersebut. Nama yang tertera di dekat pintu bertuliskan Mariana. Pasien di sana biasa memanggilnya Dokter Ana dan wanita itu begitu dikagumi oleh para ibu-ibu hamil. Menurut mereka pelayanan Dokter Ana sangat baik dan memberi kenyamanan bagi mereka. Apalagi saat persalinan, D
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status