Beranda / Romansa / Imperfect Partner / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Imperfect Partner: Bab 21 - Bab 30

50 Bab

Chapter 21

Hans menghela napas lega karena keberadaannya di Jepang yang ia perkirakan sekitar dua minggu menjadi lebih singkat, yaitu sepuluh hari. Setelah pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara, Hans mengizinkan Damar pulang telebih dulu sambil membawa barang-barangnya, tapi tidak ke kediaman Narathama, melainkan ke apartemennya sendiri. Ia juga meminta agar asistennya tersebut merahasiakan kepulangan mereka dari keluarganya, termasuk Diandra. Ia sudah menghubungi Felix agar segera menjemputnya di bandara, memaksa lebih tepatnya. “Kenapa harus aku yang menjemputmu? Memangnya ke mana Damar atau sopir pribadi keluargamu?” Felix menggerutu setelah Hans memasuki mobilnya dan memasang seatbelt. Ia benar-benar dibuat kesal oleh sahabatnya ini.“Aku menyuruh Damar terlebih dulu pulang dan mengizinkannya beristirahat di apartemennya sendiri. Aku juga merahasiakan kepulanganku dari keluargaku, termasuk para pekerja di
Baca selengkapnya

Chapter 22

Hans yang baru saja mulai menuruni anak tangga setelah selesai membersihkan diri terkejut mendengar suara benda jatuh sehingga membuatnya berlari. Ia terkejut melihat Diandra berdiri mematung dan ponsel masih menempel di telinganya, sedangkan seorang asisten rumah tangganya tengah memungut pecahan gelas yang ada di sekitar kaki istrinya. Ia bergegas menghampiri Diandra dan menyentuh pelan lengannya, kemudian mengambil ponsel tersebut. Melihat Diandra hanya menoleh dengan mata merah dan tatapan datar, Hans langsung menggendong tubuh istrinya agar asisten rumah tangganya lebih mudah memungut pecahan gelas. “Minumlah dulu.” Hans mengangsurkan segelas air putih yang diberikan Bi Harum. Ia membawa Diandra ke ruang keluarga dan mendudukkannya di sofa.“Hans, antar aku ke rumah sakit,” Diandra mulai bersuara setelah meneguk sedikit air yang diberikan Hans.“Perutmu sakit?” Hans khawatir melihat tangan Diandra mengelus p
Baca selengkapnya

Chapter 23

Atas bujukan kedua cucunya, akhirnya Bu Weli bersedia tinggal di kediaman Sinatra. Meski kesedihan masih dirasakan Bu Weli dan keluarga Sinatra, tapi mereka tetap berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Yuri yang kini sudah sebulan lamanya. Diandra juga sering berkunjung ke kediaman Sinatra untuk menemani neneknya saat ayah dan kakaknya bekerja. Bahkan, Diandra beberapa kali menemani sang nenek mengunjungi makam Yuri. Seperti sekarang, Bu Weli tengah menunggu kedatangan Diandra di kamarnya. Cucunya tersebut mengatakan akan menemaninya makan siang. Ia sudah menyuruh Bi Asih membuat masakan kesukaan Diandra. Meski tetap merasa ada yang kurang di tempat tinggalnya sekarang, tapi Bu Weli selalu berusaha membiasakan diri. Bu weli tersenyum saat Bi Asih memasuki kamarnya dan memberitahukan bahwa Diandra telah datang. Dengan dibantu Bi Asih, Bu Weli menuju pintu kamarnya. “Dee,” sapa Bu Weli saat melihat cucunya tengah duduk di sofa dan
Baca selengkapnya

Chapter 24

Tanpa disadari oleh Lavenia dan Diandra, Hans kini tengah berdiri di ambang pintu kaca yang menjadi pembatas antara kolam renang dengan ruang keluarga di dalam vila. Setelah tadi membantu Allona membawakan barang belanjaan ke dapur, Hans langsung menuju kolam renang saat mendengar gelak tawa Lavenia. Hans mengamati Diandra dan Lavenia yang tengah asyik berenang. “Kak, ayo gabung,” seru Lavenia saat menyadari keberadaan Hans setelah muncul di permukaan air. Hans mengangguk. “Kalian sudah dari tadi berenang?” Pertanyaannya lebih ditujukan kepada Diandra yang kini melihatnya. “Kurang lebih lima menit,” Diandra menjawab mewakili Lavenia. “Kalian tunggulah, aku mau berganti pakaian dulu,” ucap Hans sebelum menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Diandra bersandar pada dinding kolam renang untuk beristirahat sebentar. Diandra berharap saa
Baca selengkapnya

Chapter 25

Akhirnya penantian Diandra untuk segera bisa melihat buah hatinya hanya tinggal hitungan jam. Kini ia sudah menempati salah satu kamar rumah sakit, karena kontraksi yang dirasakannya semakin intens. Sebenarnya sejak sore perutnya sudah mengalami kontraksi, ia pun langsung menghubungi dokter kandungannya untuk berkonsultasi. Dokter menyarankan agar Diandra tetap tenang. Diandra juga diminta segera mendatangi rumah sakit jika kontraksi yang terjadi semakin sering. Untuk mengalihkan sekaligus menikmati kontraksinya, Diandra mulai menyiapkan keperluannya dan sang bayi yang akan dibawa ke rumah sakit. Beberapa jam setelah makan malam, Diandra merasakan kontraksinya semakin intens dan menguat, sehingga ia pun memutuskan memberi tahu Hans agar segera diantar ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, Diandra dibawa ke ruang observasi dan diperiksa oleh dokter. Usai diperiksa, dokter mengatakan bahwa ternyata Diandra sudah berada pada pembukaan tujuh. Sontak saja keduany
Baca selengkapnya

Chapter 26

Hans menatap wajah damai Hara yang tengah terlelap di dalam box. Lelah yang dirasakannya setelah berkutat dengan segala urusan pekerjaan, seketika menghilang saat melihat wajah damai buah hatinya. Sejak tiga bulan ini, pemandangan seperti sekarang yang selalu ia lihat saat kembali ke rumah. Saking lekatnya menatap dan memerhatikan wajah sang anak, sampai-sampai Hans tidak menyadari keberadaan Diandra yang sudah berdiri di ambang pintu, di belakangnya. Hans tersenyum geli melihat Hara menggeliat karena ulah tangannya yang sengaja membelai pipi sang anak dengan lembut. “Jangan sampai membangunkannya, Hans,” tegur Diandra sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Hans menghentikan gerakan tangannya, kemudian menoleh setelah mendengar teguran dari istrinya. “Jika Hara terbangun, aku yang akan menidurkannya nanti. Kamu tenang saja.” Hans menyombongkan diri pada Diandra yang kini sudah berdiri di sampingny
Baca selengkapnya

Chapter 27

Usai menitipkan Hara yang telah terlelap pada Allona di rumah utama, Diandra dan Hans langsung menuju supermarket sesuai rencana mereka. Untuk menghemat waktu nanti saat berbelanja, Diandra telah mencatat semua kebutuhan yang ingin dibelinya terlebih dulu. Ia tidak mau meninggalkan Hara terlalu lama. Meski Hara jarang rewel, tapi tetap saja anaknya tersebut akan menangis jika tidak melihat kehadiran salah satu orang tuanya setelah bangun. Setelah memasuki supermarket, Hans langsung mengambil troli dan mengikuti Diandra yang mulai mencari barang-barang sesuai daftar belanjanya. Setengah jam berlalu, Diandra sudah mendapatkan semua barang yang dicatatnya. Kini mereka berpindah ke bagian lain untuk melanjutkan membeli kebutuhan dapur. Untuk mempersingkat waktu, Hans menawarkan diri membantu Diandra memilih beberapa jenis sayuran dan bahan makanan. Dengan senang hati Diandra menerima tawaran tersebut, berarti ia
Baca selengkapnya

Chapter 28

Berhubung renovasi kamarnya masih dikerjakan, sejak beberapa hari lalu Diandra dan Hans sudah pindah ke rumah utama. Seperti sebelumnya, selama beberapa hari setelah imunisasi, Hara akan sangat rewel sehingga membuat Diandra dan Hans harus ekstra sabar menghadapinya. Diandra yang kini tengah duduk bersandar pada sofa di kamarnya sambil memangku Hara menoleh ketika mendengar pintu terbuka secara perlahan. Ia melihat Hans masih mengenakan pakaian kantor memasuki kamarnya, bisa dipastikan jika suaminya tersebut baru pulang. “Sudah tidur?” Hans menanyakan tentang Hara setelah duduk dengan sangat hati-hati di sebelah Diandra. “Sudah, tapi belum lelap,” jawab Diandra dengan nada sepelan mungkin. Meski mata Hara sudah terpejam, tapi mulutnya masih aktif menyusu. “Setiap aku tidurkan di box-nya, beberapa menit kemudian Hara pasti bangun lagi dan menangis,” beri tahunya sambil membelai rambut lebat sa
Baca selengkapnya

Chapter 29

Sejak seminggu lalu, Diandra dan Hans telah kembali menempati paviliun karena renovasi kamar tidur mereka sudah selesai. Mengingat sekarang hari Minggu dan berhubung Hara telah bangun, Hans mengajaknya berjalan-jalan sekaligus mencari udara segar di taman yang ada di kediaman Narathama. Hans sangat senang ketika Hara yang diletakkan di dalam stroller menimpali perkataannya, meski hanya dengan gumaman tidak jelas. “Pagi, Hara,” Lavenia menyapa keponakannya dengan riang. “Pagi juga, Tante Ve,” Hans mewakili Hara menanggapi sapaan Lavenia yang baru kembali dari kegiatan berjogingnya. “Joging sama siapa, Tante?” sambungnya ingin tahu. “Sama siapa lagi kalau bukan dengan Om Damar, Sayang,” Lavenia tetap menjawab meski mengetahui jika pertanyaan tersebut mutlak milik Hans. Lavenia terkekeh ketika Hara tersenyum dan menanggapi ucapannya dengan celotehan tidak je
Baca selengkapnya

Chapter 30

Hans mengabaikan tatapan heran dua orang security saat melihatnya tergesa-gesa menapakkan kaki di lobi kantornya. Ia menunggu kedatangan seseorang yang tadi mengatakan akan mengunjungi kantornya. Ketika matanya menangkap sebuah mobil sedan hitam yang sangat dikenalnya melaju melambat ke arah lobi, ia pun bergegas menghampirinya. Begitu mobil berhenti tepat di depannya, ia langsung membuka pintu penumpang belakang tanpa menunggu komando.Dengan sangat hati-hati Hans membantu Diandra yang tengah menggendong Hara keluar dari mobil. Tanpa diminta, ia mengambil tas yang berisi keperluan Hara. “Kamu bawa stroller juga?” tanyanya ketika melihat Pak Amin menurunkan stroller dari bagasi.Diandra mengangguk setelah berada di luar mobil. “Hans, ambil lunch bag-ku di bangku depan,” pintanya setelah Hans menutup pintu penumpang belakang.Setelah Pak Amin meletakkan strolle
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status