Home / Romansa / Imperfect Partner / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Imperfect Partner: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Chapter 31

Seperti yang sudah direncanakanya kemarin, hari ini Deanita akan mendatangi kediaman Diandra satu jam sebelum makan siang. Selain akan memberitahukan ulang mengenai acara pertunangannya yang dipercepat dan meminta Diandra untuk menemaninya ke butik milik Allona, Deanita juga ingin menikmati makan siang bersama sang adik. Deanita sengaja melarang Diandra memasak, karena ia sendiri yang akan membawakan menu makan siang untuk mereka nikmati bersama. Sambil menenteng beberapa tumpuk lunch box, Deanita menunggu Diandra membuka pintu setelah ia menekan bel rumah yang menempel pada tembok. Setelah pintu terbuka, ia tersenyum gemas melihat wajah bantal keponakannya yang berada dalam gendongan sang adik. “Halo, Tante,” sapa Hara yang diwakilkan oleh Diandra. “Silakan masuk, Tante,” lanjutnya mempersilakan. “Halo juga, Sayang. Hara pasti baru bangun ya?” tebak Deanita sebelum mengi
Read more

Chapter 32

Hans dan Diandra akhirnya meninggalkan kediaman Sinatra setelah acara pertunangan Deanita dengan Jerry usai. Lavenia dan Allona yang tadi juga hadir dan ikut menyaksikan acara pertunangan tersebut sudah pulang lebih dulu. Diandra bersyukur acara pertunangan sang kakak berjalan lancar, meski pada awalnya Deanita sempat bersedih karena mengingat mendiang ibu kandungnya yang tidak bisa menyaksikan salah satu peristiwa bersejarah dalam hidupnya. “Hans, apa yang kamu rasakan saat menyaksikan secara langsung mantan kekasihmu dilamar oleh laki-laki lain?” Diandra memecah keheningan ketika mereka berada dalam perjalanan pulang. Hans yang sedang fokus mengemudi, menoleh ketika mendapat pertanyaan tidak terduga dari Diandra. “Jika kamu berada di posisiku, kira-kira bagaimana perasaanmu?” Alih-alih menjawab, ia malah balik melayangkan pertanyaan sambil mengulum senyum. “Sudahlah, lupakan saja pertanyaa
Read more

Chapter 33

Kebahagiaan yang baru saja dirasakan keluarga Sinatra atas pertunangan Deanita dan Jerry beberapa minggu lalu ternyata tidak berlangsung lama. Saat Deanita menengok Bu Weli yang tengah beristirahat di kamarnya, ia mengerutkan kening karena tidak menemukan sang nenek berbaring di ranjangnya. Setelah memanggil dan mencarinya di sekitar kamar, alangkah terkejutnya Deanita ketika mendapati sang nenek telah tergeletak di lantai kamar mandi. Meski benaknya dipenuhi kepanikan, Deanita akhirnya berhasil berteriak memanggil Bi Asih dan Pak Bayu agar membantunya membawa Bu Weli ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit dan neneknya mendapat penanganan dari tim medis, Deanita bergegas menghubungi Diandra. Di tempat lain, kaki Diandra melemas setelah mendapat kabar mengejutkan dari Deanita mengenai kejadian yang menimpa neneknya. Setelah Diandra mampu memperoleh tenaganya kembali, ia bergegas menuju kamar Hans untuk mengambil kunci mobil. Diandra akan meminjam mobil Hans u
Read more

Chpter 34

Diandra terpaksa membuka mata ketika merasa ada yang tengah mengamati tidurnya. Benar saja, matanya langsung beradu dengan tatapan Hans yang intens. Beberapa detik sebelum mengalihkan fokusnya, Diandra membalas tatapan suaminya yang sedang berbaring menyamping menghadapnya. Seolah tersadar akan sesuatu, mata Diandra pun mengerjap dan tatapannya langsung beralih pada bayi mungil yang masih terlelap di tengah-tengah ranjangnya. Diandra tersenyum tipis karena pada akhirnya Hara kembali tidur setelah lelah bermain bersama Hans. “Ternyata anak Mama tidur lagi.” Diandra mencium kening Hara setelah mengubah posisinya menjadi duduk.“Aku harap kamu tidak menendangku, Dee,” celetuk Hans sehingga membuat Diandra kembali menatapnya.Diandra mengerutkan kening karena belum menangkap maksud ucapan Hans. “Kenapa aku harus menendangmu?”“Karena tanpa meminta izinmu terlebih dulu aku tidur di ranjangmu,” jawab
Read more

Chapter 35

Bu Weli akhirnya membuka mata untuk pertama kalinya setelah dinyatakan koma oleh dokter sejak tiga hari lalu dan mendapat perawatan di ruang ICU. Ditemani Hans, Diandra bergegas menuju rumah sakit setelah menerima kabar dari papanya mengenai perkembangan terkini kondisi sang nenek. Oleh karena itu, ia kembali menitipkan Hara yang sudah terlelap kepada sang ibu mertua dan adik iparnya. Setelah tiba di rumah sakit, Diandra dan Hans melihat Deanita tengah duduk sambil dipeluk oleh Jerry di samping pintu ruang ICU, tempat sang nenek mendapat perawatan. Mereka yakin jika Deanita tengah menangis, sebab bahu wanita itu bergetar. Melihat pemandangan di depannya, seketika membuat pikiran Diandra diserang kekhawatiran. Melihat isyarat yang diberikan Jerry melalui anggukan kepala, Diandra mengajak Hans segera memasuki ruang ICU. Begitu pintu terbuka, ekspresi sedih papanya yang berdiri di samping ranjang sang n
Read more

Chapter 36

Akhirnya Hans merasa lega karena Diandra sudah tidak terlalu larut dalam kesedihan atas kehilangan sang nenek, sehingga membuat produksi ASI-nya lambat laun kembali normal. Merasa memperoleh kepuasan setiap menyusu membuat kerewelan Hara pun semakin berkurang. Selain lega, Hans juga menjadi lebih tenang saat meninggalkan istri dan anaknya ke kantor, sebab kondisi keduanya sudah kembali seperti sedia kala. Selama Hara dilanda kerewelan, Hans pun tidur di kamar Diandra. Tentu saja Hans sangat senang, karena pada akhirnya ia kembali bisa berbagi kamar dengan Diandra. Namun, ia tidak menjadikan hal tersebut sebagai celah untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Hans kini tengah kecewa, tapi ia tidak mau egois. Lagi pula ia tidak bisa secara sepihak menyalahkan Diandra yang menolak ajakannya untuk makan siang, sebab istrinya tersebut sudah lebih dulu mempunyai janji bersama Sonya. Setelah membalas pesan dari Diandra, Hans menaruh asal ponselnya di atas meja kerja
Read more

Chapter 37

Sikap acuh tak acuh Diandra padanya sejak kemarin, membuat Hans mengerutkan keningnya semakin dalam. Hans juga bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengenai perubahan sikap Diandra, sebab ia merasa tidak melakukan kesalahan ataupun bertindak yang dapat menyakiti hati istrinya. Kemarin, sepulangnya dari kantor Hans kembali melihat ekspresi datar sang istri yang dulu sering dilihatnya, sewaktu hubungan mereka masih saling mendendam. Bahkan, seusainya makan malam kemarin, Diandra lebih memilih berada di kamarnya sendiri menghabiskan waktu bersama Hara, dibandingkan berbagi cerita dengannya mengenai perkembangan sang buah hati, seperti kebiasaan mereka belakangan ini. Saat sarapan pun, Hans yang selalu lebih dulu memulai percakapan, sebab Diandra terlihat enggan membuka mulutnya meski sekadar untuk berbasa-basi. Perubahan sikap yang Diandra perlihatkan sangat mengganggu konsentrasi Hans dalam bekerja, sehingga ia memutuskan untuk pulang lebih awa
Read more

Chapter 38

Dari tempat duduknya Diandra tersenyum menyaksikan kebahagiaan yang dipancarkan oleh pengantin baru di atas pelaminan. Hari bersejarah milik Deanita akhirnya berjalan lancar dan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Gaun resepsi pernikahan rancangannya melekat sempurna membalut tubuh ramping sang kakak, begitu pun dengan setelan yang dikenakan oleh kakak iparnya. Menurutnya, Deanita dan Jerry merupakan pasangan yang paling berbahagia, mengingat keduanya melangsungkan pernikahan atas dasar saling mencintai. Tanpa Diandra sadari, satu per satu rangkaian pernikahan yang dijalaninya dulu secara lancang terlintas di benaknya, sehingga membuat matanya terasa panas. Dengan cepat Diandra mendongakkan wajah agar air matanya tidak jatuh gara-gara ingatan akan masa lalunya tersebut. Untung saja Helena dan Sonya yang turut diundang tidak memerhatikannya meski mereka menempati meja bersama, sebab kedua sahabatnya tersebut sedang larut dalam obrolan dengan pasangannya mas
Read more

Chapter 39

Seperti keinginannya yang sempat disampaikan kepada Diandra beberapa waktu lalu, kini Hans akan merealisasikannya. Ia akan mengajak Diandra berlibur di vila pribadinya yang ada di Bali selama beberapa hari. Ia sangat yakin jika liburannya kali ini akan lebih seru dan berwarna, karena ada kehadiran Hara di tengah-tengah mereka. Berhubung dua hari lagi merupakan ulang tahun pertama putri kecilnya, selain liburan Hans juga akan membuat pesta sederhana sebagai bentuk perayaannya. Oleh karena itu, Hans memutuskan akan mengajak keluarga dan beberapa sahabatnya untuk ikut memeriahkan pesta sederhana tersebut. Diandra yang tengah berkemas menghentikan kegiatannya saat samar-samar mendengar tangisan Hara. Baru saja ia hendak menuju pintu guna mencari sumber suara, Hans yang tengah menggendong Hara sudah lebih dulu memasuki kamarnya. Ia bergegas menghampiri Hans, ketika Hara di sela tangisnya memanggilnya dengan lirih sambil mengulurkan tangan agar beralih gendongan.
Read more

Chapter 40

Pesta yang Hans buat untuk merayakan ulang tahun pertama putrinya memang sangat sederhana, sesuai keinginan sang istri. Selain ucapan selamat ulang tahun dari orang-orang terdekat yang hadir, di acara tersebut hanya ada acara tiup lilin, potong kue dan dilanjutkan dengan makan bersama. Sebenarnya kegiatan tersebut lebih tepat jika dikategorikan sebagai acara syukuran, bukan seperti pesta ulang tahun anak rekan-rekan pengusaha sekelas Hans pada umumnya. Sebagai seorang ayah, Hans sangat ingin membuatkan pesta yang istimewa untuk putrinya, tapi berhubung Diandra belum memberikan izin, dengan terpaksa ia pun harus meredam keinginannya tersebut. Membuatkan sebuah pesta ulang tahun mewah untuk sang putri, bagi Hans bukanlah merupakan hal sulit, apalagi dengan kondisi ekonomi dan penghasilan yang dimilikinya sudah lebih dari kata cukup. Pesta telah selesai, Hans mengajak anak dan istrinya kembali ke vila yang mereka tempati, apalagi Hara sudah tid
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status